3. Industri Rotan TINJAUAN PUSTAKA

diperoleh dari kulit buah beberapa spesies pernah digunakan sebagai zat warna, pernis dan jamu lokal. Jenis-jenis rotan di Indonesia yang memegang peranan penting dalam perdagangan adalah: 1. Rotan manau Calamus manan Miq dari Sumatera dan Kalimantan. 2. Rotan sega Calamus caesius Bl dari Sumatera dan Kalimantan. 3. Rotan semambu Calaus scipionum dari Sumatera dan Kalimantan. 4. Rotan irit Calamus trachyoleus dari Kalimantan. 5. Rotan umbulu Calamus simphysipus dari Maluku dan Sulawesi. 6. Rotan cacing Calamus ciliaris, seuti C. ornatus, seel Daemonorops melanochaetes dari Jawa. 7. Rotan suwei Calamus papuanus Becc. dari Irian Jaya. 8. Rotan jermasin C. leioucaulis, tarumpu C. muricetus, batang C. zollingerii dan tohiti C. inops dari Sulawesi. Selain jenis-jenis rotan diatas, sebenarnya ada beberapa jenis rotan yang juga berpotensi tinggi tetapi belum termasuk dalam kelompok jenis rotan komersial. Sedangkan bahan baku rotan yang digunakan pada industri kerajinan rotan di Kabupaten Cirebon adalah rotan manau, rotan sega, rotan seel, rotan seutu, rotan balukbuk, rotan escot, rotan pulut dan sebagainya.

A. 3. Industri Rotan

Khatib 1986 mengemukakan bahwa industri mempunyai pengertian sebagai kelompok kegiatan usaha yang menciptakan benda ekonomis. Industri kehutanan dan pertanian memiliki persamaan yaitu masing-masing bersumber dari alam dengan pemanfaatan sumber-sumber yang dapat diperbaharui. Industri kerajinan rotan merupakan suatu bentuk usaha yang membuat barang-barang kerajinan dengan bahan utama rotan. Industri kerajinan rotan ini akan meningatkan nilai tambah rotan, dari rotan batangan menjadi berbagai macam perabot rumah tangga. Industri rotan digolongkan menurut tingkat pengolahan dan hasil produksinya sebagai bertikut : 1. Industri bahan baku Mengolah rotan mentah menjadi rotan W washed dan S sulphurized. Industri ini merupakan usaha pengawetan rotan bulat sebagai bahan baku. 2. Industri barang setengah jadi Mengolah rotan W dan S menjadi produk antara yang siap dipergunakan bagi industri barang jadi. 3. Industri barang jadi Mengolah produk-produk setengah jadi serta rotan W dan S menjadi barang yang siap dikonsumsi. Sementara itu menurut Fariyati 1995 berdasarkan skala usaha, dalam operasinya terdapat dua pola industri produk jadi rotan, yaitu pola pabrik tunggal dan pola sub-kontrak. Pola pabrik tunggal yang selanjutnya disebut sebagai pola lokal, tidak terdapat keterkaitan dalam segala bidang antara industri produk jadi rotan skala kecil dengan skala menengahbesar, sehingga masing-masing industri berjalan sendiri-sendiri. Dengan demikian industri yang berskala kecil akan mengelola usaha baik yang menyangkut pengadaan bahan baku, proses produksi dan pemasaran dilakukan tanpa berhubungan dengan industri rotan skala menengahbesar. Sebagaimana diketahui bahwa pada industri kecilrumah tangga mempunyai banyak keterbatasan. Secara umum Fariyanti 1995 menyebutkan beberapa aspek yang menjadi keterbatasan, yaitu: 1. Kurang akses kepada modal dari sektor keuangan formal sehingga menggunakan modal sendiri atau meminjam dari sektor informal dengan tingkat bunga tinggi. 2. Rata-rata lemah dalam pemasaran : dari segi pengalaman pasar segmen pasar dan selera tempat , penentuan harga keuntungan dan biaya dan negoisasi metode bahasa, jalur distribusi dan penjualan. 3. Berhubungan dengan produksi : rata-rata menghadapi masalah tingkat efisiensi penggunaan bahan baku, proses dan biaya, mutu dan rancangan penampilan dan finishing, kapasitas mesin penggunaan optimal dan penguasaan teknologi dan packaging penampilan dan keamanan. 4. Berhubungan dengan manajemen, kelemahan yang dihadapi adalah segi administrasi dan ketrampilan dalam pengelolaan usaha. Sementara itu industri produk jadi rotan skala menengahbesar memiliki teknologi produksi yang tinggi, informasi pasar, manajemen dan analisis keuangan yang baik. Dengan melihat keadaan fisik masing-masing kedua industri terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan yang sangat jauh di antara keduanya. Perbedaan tersebut berdampak pada suatu persaingan yang sebagian besar dimenangkan oleh industri yang berskala menengahbesar. Untuk mengantisipasi keterbatasan yang dihadapi oleh industri produk rotan skala kecilrumah tangga dan usaha untuk tetap menumbuh kembangkannya maka dikembangkan pola sub-kontrak antara industri produk rotan menengahbesar dengan skala kecilrumah tangga. Dalam pola ini terdapat pengalihan kerja dari satu unit usaha perusahaan kepada unit lain. Perusahaan yang mengalihkan pekerjaannya dikenal sebagai pemberi pesanan atau kontraktor, sedang yang menerima pesanan dikenal dengan sub-kontraktor. Dari kenyataan di lapangan pemberi pesanan secara umum memberikan bantuan berupa bahan baku vertical subcontracting. Dengan demikian pemberi pesanan dalam hal ini industri produk jadi rotan skala menengahbesar tinggal melakukan kegiatan finishing saja, sementara itu kegiatan proses produksi dilakukan oleh sub-kontraktor.

A. 4. Perdagangan Komoditi Rotan