Keadaan Umum Sejarah Industri Rotan Tegalwangi

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN SEJARAH INDUSTRI ROTAN DI KABUPATEN CIREBON

A. Keadaan Umum

Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Barat yang terletak dibagian timur dan merupakan batas sekaligus sebagai pintu gerbang Propinsi Jawa Tengah. Letak daratannya memanjang dari Barat Laut ke Tenggara. Dilihat dari permukaan daratannya dapat dibedakan menjadi dua bagian, pertama daerah dataran rendah umumnya terletak di sepanjang pantai utara pulau Jawa, yaitu Kecamatan Gegesik, Kaliwedi, Kapetakan, Arjawinangun, Panguragan, Klangenan, Cirebon Utara, Cirebon Barat, Weru, Astanajapura, Pangenan, Karangsembung, Waled, Ciledug, Losari, Babakan, Gebang, Palimanan, Plumbon, Depok dan Kecamatan Pabedilan. Sedangkan sebagian lagi termasuk pada daerah dataran tinggi. Berdasarkan letak geografisnya, wilayah kabupaten Cirebon berada pada posisi 108 40’-108 48’ Bujur Timur dan 6 30’-70 00’ Lintang selatan, yang dibatasi oleh: a. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu b. Sebelah barat laut berbatasan dengan wilayah Kabupaten Majalengka c. Sebelah selatan berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kuningan d. Sebelah timur berbatasan dengan wilayah Kotamadya Cirebon dan Kabupaten Brebes Faktor iklim dan curah hujan di kabupaten Cirebon dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang sebagian besar terdiri dari daerah pantai dan perbukitan terutama daerah bagian utara, timur, dan barat, sedangkan daerah bagian selatan merupakan daerah perbukitan. Wilayah kecamatan yang terletak sepanjang jalur pantura termasuk pada dataran rendah yang memiliki ketinggian antara 0 – 10 mdpl, sedangkan wilayah kecamatan yang terletak di bagian selatan memiliki letak ketinggian antara 11 – 130 mdpl. Kabupaten Cirebon dilalui oleh 18 aliran sungai yang berhulu di bagian selatan. Sungai-sungai yang ada di daerah Cirebon tergolong besar antara lain Cisanggarung, Ciwaringin, Cimanis, Cipager, Pekik dan Kalijaga. Pada umumnya sungai-sungai besar tersebut dipergunakan untuk pengairan pesawahan disamping untuk keperluan mandi, cuci dan kakus umum.

B. Sejarah Industri Rotan Tegalwangi

Industri kerajinan rotan di Kabupaten Cirebon sudah ada sejak tahun 1930-an di Desa Tegalwangi Kecamatan Weru, yang saat ini menjadi sentra industri kerajinan rotan termaju di kabupaten Cirebon. Jenis produk yang dihasilkan adalah perabot rumah tangga berupa meja, kursi, rak, sketsel dan lain lain serta produk anyaman lainnya dengan wilayah pemasaran di Desa Tegalwangi dan sekitarnya sampai ke kota Cirebon dengan cara dijajakan dari rumah ke rumah. Perintis usaha kerajinan rotan adalah warga Desa Tegalwangi bernama Semaun. Dia menggunakan peralatan produksi yang sangat sederhana, sehingga kualitas dan kuantitas produksinya sangat terbatas. Sejak saat itu ketrampilan membuat mebel tersebar luas di Tegalwangi. Pada tahun 1940-an banyak permintaan mebel rotan dari toko-toko Cina di Cirebon, untuk memenuhi kebutuhan orang-orang Belanda yang bekerja di Cirebon dan sekitarnya. Kemajuan perdagangan ini meningkatkan pula perdagangan dan pengolahan bahan baku yang berasal dari hutan sekitar Magelang, Banjarnegara dan Sumatera. Pada akhir dasawarsa 1950-an beberapa pengusaha Tegalwangi memprakarsai kerjasama untuk mengatasi pengusaha Cina di Cirebon yang menguasai perdagangan bahan baku. Bank Rakyat membantu permodalan dengan memberi pinjaman sebesar Rp 75.000,00 dari pinjaman ini Rp 22.500,00 digunakan untuk membeli rotan, Rp 50.000,00 didepositkan dan sisanya sebagai modal kerja. Dengan modal tersebut mereka membeli bahan baku dari Banyuwangi dan Semarang. Di antara anggota kelompok usaha itu sekarang sudah ada yang menjadi pengusaha besar, bahkan beberapa orang anak mereka mengikuti jejak orang tuanya menjadi pengusaha atau tokoh desa Iskandar, 1991. Pada awal tahun 1980-an produk kerajinan rotan dari Kabupaten Cirebon memasuki sejarah baru dalam bidang pemasaran, yakni produk kerajinan tersebut dapat diekspor dan diterima oleh konsumen dari luar negeri, tepatnya pada tahun 1982. Sampai saat ini grafiknya cenderung naik bila dilihat dari volume dan nilai ekspornya. Faktor-faktor yang mendorong perkembangan industri kerajinan rotan tersebut antara lain : 1. Dukungan bahan baku yang cukup banyak yang merupakan sumber daya alam di dalam negeri. 2. Tersedianya sumber daya manusia terampil. 3. Adanya deregulasi dari pemerintah yang menyangkut kebijakan larangan ekspor bahan baku rotan tahun 1986. 4. Jenis produksinya banyak disenangi oleh konsumen dari luar negeri. Melihat perkembangan industri kerajinan rotan yang cenderung meningkat banyak investor yang menanamkan modalnya di sektor industri tersebut, sehingga industri kerajinan rotan di kabupaten Cirebon yang ada saat ini bukan hanya industri kecil, menengah, tetapi termasuk industri besar dengan teknologi yang lebih maju. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon tahun 2004, terdapat kurang lebih 1.060 unit usaha yang terdiri dari 943 industri kecil, 82 industri menengah dan 44 unit usaha industri besar.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN