Analisis Lingkungan dan Penetapan Strategi Perusahaan 1. Identifikasi Faktor Internal
persen. Sementara itu balas jasa yang paling rendah adalah untuk sumbangan imbalan tenaga kerja yaitu sebesar Rp 1.607,05 atau 10.25 persen.
E. Analisis Lingkungan dan Penetapan Strategi Perusahaan E. 1. Identifikasi Faktor Internal
Aspek-aspek yang ditinjau untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan internal perusahaan antara lain faktor sumberdaya manusia, faktor
managemen usaha, faktor produksi dan faktor finansial. Dari hasil analisis lingkungan internal menunjukkan beberapa hal yang menjadi kekuatan dan
kelemahan industri. Kekuatan dan kelemahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.
Faktor Sumberdaya Manusia
Tenaga kerja merupakan faktor yang sangat penting bagi suatu industri, kekuatan yang dimiliki oleh industri rotan di kabupaten Cirebon dari faktor ini
adalah ketrampilan tenaga kerjanya. Rata-rata tenaga kerja di Kabupaten Cirebon sudah terampil dalam pembuatan rotan karena mereka telah
berpengalaman selama bertahun-tahun. Hal ini terbukti dengan mutu dan desain produk yang bagus sehingga 50 responden menyatakan 75-100 produk
dapat diterima oleh pasar. Selain itu kekuatan lain dari faktor ini adalah adanya penyerapan tenaga kerja yang cukup besar sebab industri pengolahan
merupakan industri padat karya yang membutukan banyak tenaga kerja dalam pelaksanaanya. Berdasarkan data yang diperoleh dari Disperindag Kabupaten
Cirebon pada tahun 2004 tenaga kerja yang dapat diserap dari sektor ini sebanyak 61.140 orang. Jumlah tersebut belum termasuk penyerapan yang
diambil dari pengaruh industri rotan terhadap usaha lainnya seperti usaha warung makan, tempat kos, transportasi dan lain sebagainya.
Kelemahan yang dihadapi dari faktor sumberdaya manusia adalah rendahnya disiplin dan produktifitas tenaga kerja. Hal tersebut dapat
mempengaruhi target produksi yang ditetapkan perusahaan. Permasalahan ini dapat diatasi oleh pihak perusahaan dengan upaya pembenahan dan
pengawasan yang intensif sehingga produktifitas dan disiplin tenaga kerja dapat ditingkatkan. Kadang kala juga terjadi kesulitan dalam melayani pesanan dengan
desain produk baru, tenaga kerja umumnya kurang paham dalam hal pembuatan desain baru sebab yang mereka lakukan selama ini adalah membuat barang
yang sudah ada contohnya. Untuk mengatasi masalah ini seringkali perusahaan merekrut tenaga profesional dibidang desain untuk membuat produk yang baru
tersebut. Tabel 8. Kekuatan dan Kelemahan Industri Pengolahan rotan
Faktor Strategis Internal
Kekuatan Kelemahan
1. Sumberdaya Manusia
1 Ketrampilan tenaga kerja
2 Penyerapan tenaga kerja
1 Rendahnya disiplin dan produktifitas tenaga
kerja 2 Kesulitan melayani
permintaan degan desain produk baru
2. Managemen Usaha
3 Mantapnya jaringan pemasaran dan
produk 3 Kesulitan dalam
memperoleh pasokan bahan baku
4 Tidak memiliki mitra pemasok bahan baku
5 Belum ditemukan cara untuk mengatasi
kelangkaan bahan baku 6 Produksi tergantung
pesanan dari luar negeri 3. Faktor produksi
4 Alat produksi yang memadai untuk
memenuhi kebutuhan pasar
7 Teknik produksi yang belum efisien
4. Finansial 5 Memberi nilai tambah
6 Perbandingan keuntungan dengan
investasi 7 Sumbangan terhadap
daerah 8 Penciptaan lapangan
usaha lain 9 Dukungan terhadap
upaya pengembangan
pemanfaatan HHNK 8 Kemampuan
permodalan
Managemen Usaha
Industri pengolahan Rotan yang terdapat di Kabupaten Cirebon pada umumnya adalah industri keluarga yang telah dijalankan selama puluhan tahun
sehingga memiliki jaringan pemasaran yang mantap. Mantapnya jaringan pemasaran ini ditandai dengan pernyataan resonden dimana 70 responden
memiliki pelanggan-pelanggan yang setia terutama dari luar negeri importir.
Setiap industri memiliki pelanggan-pelanggan tetap dari berbagai negara terutama Asia, Eropa dan Amerika.
Bahan baku adalah salah satu faktor yang sering menjadi kendala dalam pengelolaan industri rotan di Kabupaten Cirebon karena Cirebon bukanlah kota
penghasil rotan mentah. Bahan baku pada umumnya di datangkan dari daerah luar Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Kesulitan muncul karena
industri tidak memilik mitra pemasok bahan baku yang kontinyu sehingga setiap kali harus berganti-ganti mencari pemasok bahan baku. Ditambah lagi setelah
dikeluarkan Peraturan mengenai pembukaan ekspor rotan asalan dan setengah jadi bahan baku semakin sulit dicari, terutama untuk jenis-jenis tertentu.
Faktor Produksi
Industri pengolahan rotan merupakan industri padat karya yang membutuhkan tenaga kerja yang cukup banyak namun tidak memerlukan alat
produksi yang berteknologi tinggi. Alat produksi yang digunakan dalam industri pengolahan merupakan peralatan sederhana karena sebagian besar pembuatan
produk menggunakan ketrampilan tangan dari para pekerjanya. Namun hal tersebut bukan berarti alat produksi tidak diperlukan. Saat ini teknik produksi
yang digunakan belum cukup efisien padahal dilihat dari segi teknologi dan peralatan sudah cukup memadai.
Faktor Finansial
Kabupaten Cirebon merupakan sentra industri pengolahan rotan yang terbesar di Indonesia, industri ini tumbuh subur dan berkembang di Cirebon sejak
puluhan tahun lalu. Industri ini dapat memberikan sumbangan yang besar bagi pendapatan daerah terutama dari pajak, retribusi dan lain sebagainya. Oleh
sebab itu Pemerintah Daerah Kabupaten Cirebon sangat mendukung berkembangnya industri ini yaitu dengan mempermudah pertumbuhan industri
kecilnya. Industri kecil di kabupaten Cirebon tidak perlu memiliki akte pendirian usaha sehingga dapat tumbuh dengan baik.
Selain bermanfaat bagi pertumbuhan daerah industri rotan juga sangat berpengaruh terhadap penciptaan lapangan usaha lain. Banyak usaha-usaha di
daerah Cirebon yang tumbuh karena imbas dari industri rotan. Usaha tersebut yaitu usaha warung makan, disekitar pabrik rotan banyak sekali berdiri warung-
warung makan yang target konsumennya adalah tenaga kerja dari pabrik-pabrik
industri rotan. Usaha penginapan juga salah satu yang terkena imbasnya, baik penginapan berupa hotel maupun usaha rumah kontrakan. Karena secara tidak
langsung akan banyak orang-orang dari luar daerah Cirebon yang datang karena mempunyai kepentingan dengan industri rotan.
Namun demikian masih terdapat kendala dalam menjalankan industri ini seperti kendala permodalan. Kendala permodalan terutama dialami oleh industri
kecil dan rumah tangga oleh karena itu jalan yang mereka tempuh adalah dengan menjadi sub-kontraktor dari industri-industri menengah dan besar.
Dengan begitu maka kendala permodalan dapat sedikit teratasi karena mendapat bantuan dari industri yang lebih besar. Sedangkan untuk industri
menengah dan besar biasanya mengatasi kendala tersebut dengan melakukan peminjaman dari lembaga keuangan yang berbunga rendah dengan agunan.