4.3 ANALISIS KEBUTUHAN ENERGI
Analisis energi dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan input energi langsung yang berupa solar, bahan bakar tungku baik
biomassa maupun minyak tanah, dan energi manusia. Energi tidak langsung yang berupa embodied energy dari peralatan yang digunakan
pada produksi tahu tidak termasuk dalam perhitungan karena data dan referensi yang diperlukan tidak mencukupi. Tabel rata-rata hasil
perhitungan konsumsi pada produksi tahu dapat dilihat pada Lampiran 10.
4.3.1 Energi Manusia
Energi manusia dalam proses produksi tahu ditentukan mulai dari proses perendaman dan pencucian hingga pencetakan. Setiap tahapan
proses tersebut, energi manusia merupakan energi langsung yang mempunyai peranan sangat vital.
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata energi manusia yang digunakan untuk keseluruhan proses produksi tahu sebesar 0.02708
MJkg tahu atau 0.06726 MJkg kedelai. Nilai rata-rata energi manusia yang digunakan pada tahap perendaman dan pencucian sebesar 0.00186
MJkg tahu atau 0.00683 MJkg kedelai. Tahap penggilingan membutuhkan energi manusia sebesar 0.00031 MJkg tahu atau 0.00105
MJkg kedelai. Nilai tersebut merupakan nilai penggunaan energi manusia yang paling kecil pada proses produksi tahu karena energi manusia hanya
digunakan untuk memasukkan bahan kedelai ke dalam hoper mesin giling. Tahap pemasakan membutuhkan energi manusia rata-rata sebesar 0.00057
MJkg tahu atau 0.00219 MJkg kedelai. Tahap penyaringan membutuhkan energi manusia rata-rata sebesar 0.01161 MJkg tahu 0.02309 MJkg
kedelai. Tahap tersebut membutuhkan jumlah pekerja dan jam kerja lebih banyak agar susu kedelai dapat diekstrak seluruhnya dari ampas. Energi
manusia yang diperlukan untuk penggumpalan susu kedelai hingga terbentuk jonjot tahu rata-rata adalah sebesar 0.00425 MJkg tahu atau
0.01263 MJkg kedelai. Sedangkan pencetakan tahu membutuhkan energi manusia rata-rata sebesar 0.00848 MJkg tahu atau 0.02146 MJkg kedelai.
Besarnya energi manusia yang diperlukan pada tiap tahapan proses produksi tahu dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Kebutuhan energi manusia pada proses produksi tahu
Lokasi Rata-rata
Jenis tahapan proses
I II
III IV
V VI
MJkg tahu
MJkg kedelai
Perendaman Pencucian
0.00169 0.00118 0.00178 0.00654 0.00000 0.00000 0.00186 0.00683 Penggilingan
0.00015 0.00013 0.00023 0.00039 0.00009 0.00086 0.00031 0.00105 Pemasakan
0.00023 0.00071 0.00076 0.00062 0.00044 0.00066 0.00057 0.00219 Penyaringan
0.00660 0.00714 0.01616 0.02131 0.00714 0.01131 0.01161 0.02309 Penggumpalan 0.00279 0.00302 0.00687 0.00497 0.00158 0.00625 0.00425 0.01263
Pencetakan 0.00558 0.00830 0.00319 0.02115 0.00695 0.00570 0.00848 0.02146
Jumlah
0.01704 0.02048 0.02899 0.05497 0.01621 0.02478 0.02708 0.06726
4.3.2 Energi Bahan Bakar Solar untuk Proses Penggilingan
Solar digunakan sebagai bahan bakar motor penggerak mesin giling kedelai. Mesin giling yang digunakan umumnya memiliki umur
sekitar 10 – 16 tahun sehingga tidak efisien. Dengan demikian, mesin giling kedelai bekerja dengan waktu yang lebih lama sehingga jumlah
bahan bakar yang digunakan lebih banyak untuk kapasitas giling yang sama. Energi yang berasal dari bahan bakar solar ini sebesar 0.26187
MJkg tahu atau 0.82108 MJkg kedelai. Nilai ini lebih besar bila dibandingkan dengan kebutuhan energi manusia. Oleh karena itu efisiensi
mesin giling harus diperhatikan antara lain dengan melakukan perawatan terhadap mesin giling tersebut. Peningkatan efisiensi mesin merupakan
salah satu upaya penghematan yang akan mempengaruhi biaya produksi. Tabel 12 menyajikan kebutuhan energi yang berasal dari solar untuk
menghasilkan produks per kg tahu.
Tabel 12. Kebutuhan energi solar pada produksi tahu
Lokasi Rata-rata
Ulangan I
II III
IV V
VI MJkg
tahu MJkg
kedelai
1 0.23993 0.29742 0.27707 0.43200 0.16590 0.19867
2 0.23037 0.27896 0.31518 0.41836 0.13621 0.20021
3 0.23209 0.29040 0.30785 0.40331 0.13975 0.15005
Rata-rata 0.23413 0.28892 0.30004 0.41789 0.14729 0.18298 0.26187
0.82108
4.3.3 Energi Bahan Bakar Minyak Tanah untuk Proses Pemasakan
Beberapa lokasi penelitian menggunakan bahan bakar minyak tanah dengan alasan proses pemasakan berlangsung lebih cepat, tidak
membutuhkan ruang yang luas, panas yang dihasilkan lebih tinggi, tempat lebih bersih, dan tenaga kerja dapat bekerja dengan baik pada setiap
bagian masing-masing. Selain itu, minyak tanah yang disemburkan pada tungku pembakaran dapat diatur sehingga sehingga kontinyuitas bahan
bakar tetap terjaga. Lama proses pemasakan bubur kedelei sendiri tergantung pada jumlah pasokan bahan bakar pada tungku pembakaran
dan kontinyuitas pasokan bahan bakar. Berdasarkan hasil wawancara, mutu produksi tahu lebih baik jika
menggunakan panas yang tinggi. Tahu yang dihasilkan lebih banyak dan pada proses penggorengan tahu yang dihasilkan pun juga lebih
mengembang. Mutu produksi tahu tersebut harus tetap dipertahankan agar tidak kehilangan pelanggan. Kebutuhan energi bahan bakar minyak tanah
yang digunakan untuk menghasilkan 1 kg tahu seperti ditunjukkan pada Tabel 13.
Energi bahan bakar minyak tanah yang digunakan pada proses pemasakan merupakan sumber energi yang paling banyak digunakan pada
produksi tahu, seperti yang terlihat pada Gambar 17. Hal ini menunjukkan bahwa biaya untuk penyediaan sumber energi pada tahap tersebut adalah
paling besar dibanding tahap produksi yang lain. Dengan demikian efisiensi dari kompor minyak burner pump adalah sangat penting
diperhatikan, agar tidak terjadi pemborosan bahan bakar minyak.
Tabel 13. Kebutuhan energi bahan bakar minyak tanah pada produksi tahu
Lokasi III
VI Rata-rata
Ulangan MJkg
tahu MJkg
kedelai
1 3.82870 4.65758
2 3.78469 4.85110
3 3.74068 4.18265
Rata-rata 3.78469 4.56377
4.17423 13.08804
Kebutuhan energi bahan bakar pada industri tahu yang menggunakan bahan bakar minyak tanah lebih kecil bila dibandingkan
dengan industri yang menggunakan bahan bakar biomassa. Hal ini menunjukkan bahwa efisiensi sistem pembakaran bahan bakar minyak
tanah lebih tinggi bila dibandingkan dengan efisiensi sistem pembakaran biomassa.
Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil perhitungan Lampiran 14, apabila jumlah produksi tahu di Kabupaten Bogor dtingkatkan 20
per hari yaitu menjadi 72959.39 kg tahu per hari, maka dalam jangka waktu satu bulan jumlah bahan bakar minyak tanah yang harus disediakan
untuk memenuhi kebutuhan energi produksi adalah sebesar 2188782 liter. Kebutuhan bahan bakar minyak tanah untuk produksi tahu cukup besar,
sedangkan cadangan minyak dunia semakin menipis. Oleh karena itu, dalam upaya penghematan energi dapat dilakukan dengan diversifikasi
penggunaan sumber energi untuk produksi tahu.
4.3.4 Energi Bahan Bakar Biomassa untuk Proses Pemasakan
Biomassa yang digunakan untuk bahan bakar tungku pada produksi tahu di lokasi penelitian, umumnya diperoleh dari kebun, ladangtegal atau
pekarangan milik sendiri, dan biomassa yang diperoleh dari limbah industri meubel. Biomassa yang diperoleh limbah industri ini berupa
serbuk gergaji yang dikempa sehingga padat seperti briket serbuk gergaji. Sedangkan industri yang tidak memiliki lahan penghasil kayu,
memperoleh batok kelapa dari produsen kelapa parutdaging kelapa. Panas yang dihasilkan oleh pembakaran limbah industri lebih tinggi dari kayu
bakar, yaitu 100
o
C - 104
o
C.
Tabel 14. Kebutuhan energi bahan bakar biomassa pada produksi tahu
Rata-rata Ulangan
I II
IV V
MJkg tahu
MJkg kedelai
1 8.43685 9.36944
25.76657 11.64167
2 7.73570 7.77449
26.37797 10.03355
3 7.93386 7.73105
26.45889 10.60273
Rata-rata
8.03547 8.29166 26.20114
10.75931 13.32190
41.77000
Jumlah kebutuhan energi langsung yang berasal dari bahan bakar biomassa adalah sebesar 13.32190 MJkg tahu atau 41.77000 MJkg
kedelai Tabel 14. Dari data hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsumsi energi pada produksi tahu yang menggunakan bahan bakar
biomassa lebih besar dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah. Gambar 17 dan Gambar 19 menunjukkan bahwa konsumsi energi terbesar
pada pada produksi tahu adalah pada tahap pemasakan. Dengan demikian, industri yang menggunakan bahan bakar biomassa pada proses
pemasakannya, desain tungku yang memiliki efisiensi tinggi dapat menghemat penggunaan bahan bakar karena panas yang dihasilkan dari
proses pembakaran dapat disalurkan dengan baik oleh tungku. Berdasarkan data yang diperoleh dan hasil perhitungan Lampiran
14, apabila pemerintah Kabupaten Bogor menetapkan kebijakan untuk meningkatkan jumlah produksi tahu sebesar 20 per hari yaitu menjadi
72959.39 kg tahu per hari, maka dalam jangka waktu satu bulan jumlah bahan bakar biomassa yang harus disediakan untuk memenuhi kebutuhan
energi produksi adalah sebesar 1991791.29 kg kayu. Jumlah tersebut merupakan jumlah kebutuhan kayu yang cukup besar, oleh karena itu
diperlukan suatu perencanaan seperti pembuatan kebun energi sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga.
4.3.5 Energi Listrik untuk Penerangan Industri kecil tahu di Kabupaten bogor menggunakan sumber
energi listrik sebagai penerangan sehingga skebutuhan energi listrik untuk produksi tahu sangat kecil. Tabel 3 pada Lampiran 9 menyajikan jumlah
energi listrik yang digunakan pada produksi tahu. Nilai rata-rata energi
listrik pada industri kecil tahu dengan bahan bakar minyak tanah adalah sebesar 0.00430 MJkg kedelai atau 0.00273 MJkg tahu. Nilai rata-rata
energi listrik pada industri kecil tahu dengan bahan bakar biomassa adalah sebesar 0.00130 MJkg kedelai atau 0.00121 MJkg tahu.
4.4 ENERGI SPESIFIK PEMASAKAN