EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI Pola Konsumsi Energi pada Industri Kecil Tahu di Kabupaten Bogor, Jawa Barat (Studi Kasus : Industri Kecil Tahu di Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Cibungbulang)

Perbandingan antara nilai energi spesifik dengan nilai input energi langsung pada proses pemasakan bubur kedelai Tabel 16 di industri kecil tahu di Kabupaten Bogor yang menggunakan bahan bakar biomassa adalah sebesar 15.18 dari total input energi langsung. Sedangkan, di industri kecil tahu yang menggunakan bahan bakar minyak tanah sebesar 55.78 dari total input energi bahan bakar. Prosentase energi spesifik pemasakan yang besar menunjukkan bahwa tungku yang digunakan adalah efisien artinya kalor yang dihasilkan dari hasil pembakaran dapat dimanfaatkan dengan baik.

4.5 EFISIENSI PENGGUNAAN ENERGI

Konsumsi biomasa sebagai bahan bakar dari tahun ke tahun menunjukkan kecenderungan angka yang kian meningkat. Pada umumnya pengguna utama tungku adalah masyarakat perdesaan, hal ini disebabkan bahan bakar berupa kayu sangat mudah didapat dan kalaupun membeli harganya masih murah. Tabel 17 Efisiensi sistem tungku untuk produksi tahu di beberapa lokasi Lokasi Tungku Bahan bakar tungku Energi output MJ Energi Input MJ Efisiensi sistem I I biomassa 619.46190 4054.500 15.28 II II a biomassa 193.13114 1187.2 16.27 II b biomassa 96.61058 522.05 18.56 III III minyak tanah 351.29966 582.84220 60.27 IV IV biomassa 203.59088 1657.48333 12.28 V V biomassa sistem boiler 759.93720 4096.6 18.55 VI VI a minyak tanah 313.20497 545.27620 57.46 VI b minyak tanah 320.51159 569.18183 56.30 Tungku yang digunakan pada industri tahu di lokasi kegiatan penelitian umumnya terbuat dari bahan yang sama yaitu batu bata dengan dinding tungku dilapisi semen dan kuali pemasakan dipasang langsung pada tungku, kecuali Tungku di lokasi III menggunakan kuali pemasakan berupa drum. Kuali pemasakan terbuat dari bahan logam, dengan maksud panas yang dihasilkan oleh pembakaran dapat disalurkan dengan baik ke bubur kedelai pada proses pemasakan. Spesifikasi setiap tungku yang digunakan pada 6 lokasi industri kecil tahu di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Lampiran 12. Hasil pengukuran efisiensi sistem masing-masing tungku disajikan pada Tabel 17 dan contoh perhitungan efisiensi sistem dapat dilihat pada Lampiran 11. Model Tungku yang digunakan di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 21 – Gambar 26. Tungku di lokasi IV memiliki nilai efisiensi sistem paling kecil yaitu sebesar 12.28 karena cerobong asapnya terlalu lebar sehingga banyak kehilangan panas. Sedangkan efisiensi sistem yang paling besar adalah tungku di lokasi II yaitu sebesar 16 - 19 karena dua tungku didesain dengan satu cerobong asap. Gambar 21. Tungku di lokasi I Gambar 22. Tungku di lokasi II. Gambar 23. Tungku di lokasi III Gambar 24. Tungku lokasi IV. 11. Tungku sistem boiler 12. tangki penampung air Gambar 25. Tungku sistem boiler a dan tangki penampung air b yang digunakan di lokasi V. a Tungku minyak tanah b Tungku minyak tanah Gambar 26. Tungku di lokasi ke VI. www.kompas .co.id, 2006 Tungku di lokasi V Gambar 25 menggunakan sistem boiler yaitu dengan memanaskan air yang berada di dalam tangki yang berukuran 2.3 m x 0.58 m x 0.6 m. Uap dialirkan melalui pipa besi ke dua buah bak pemasakan. Dengan cara ini efisiensi sistem yang dihasilkan kecil yaitu 18.55. Namun desain tungku seperti ini memiliki beberapa keuntungan, antara lain tidak terjadi pengerakan pada bagian dasar bak pemasakan, bubur kedelai yang dimasak lebih bersih karena tidak terkena abu yang beterbangan, mutu tahu lebih baik karena rasa dan aroma lebih enak. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut Lampiran 3 – Lampiran 8, menunjukkan bahwa tungku yang menggunakan bahan bakar minyak tanah memiliki efisiensi yang lebih besar dari pada tungku yang menggunakan bahan bakar biomassa. Efisiensi yang rendah pada industri yang menggunakan biomassa jenis kayu bakar Lokasi IV ini berdampak pada tingkat konsumsi bahan bakar kayu yang tinggi, dan hal ini akan berdampak pada laju pengrusakan hutan yang tinggi. Hutan yang rusak tentu saja mengakibatkan tingkat erosi tinggi, pendangkalan sungai yang cepat serta dampak-dampak lainnya. Dampak lain dari tingkat efisiensi yang rendah ini adalah asap pembakaran. Asap tersebut mengandung zat- zat berbahaya seperti partikel debu, Karbon Dioksida CO 2 , Carbon Monoksida CO, Hidrokarbaon HC, Nitrogen Oksida NOX, Ozone O3 dan LeadPlumbum Pb . Pencemaran udara oleh CO 2 karena pembakaran bahan bakar minyak tanah selama sebulan di Kabupaten Bogor adalah sebesar 547742.6 kg CO 2 . Sedangkan, akibat pembakaran bahan bakar biomassa adalah sebesar 2120746.87 kg CO 2 . Perhitungan hasil pembakaran pada produksi tahu berupa karbondioksida ini dapat dilihat pada Lampiran 13. Angka tersebut merupakan jumlah pencemaran udara yang besar, apalagi jika diakumulasikan dengan pencemaran dari hasil pembakaran yang dilakukan oleh jenis indutri lainnya. Untuk mengatasi masalah pencemaran udara oleh gas CO 2 ini, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan kegiatan penghijauan karena gas CO 2 berperan pada proses fotosintesis tanaman.

4.6 ANALISIS DAMPAK KENAIKAN HARGA BBM