KESIMPULAN Kajian tekno ekonomi prototype perancangan proses produksi bioetanol dari limbah tanaman jagung

58 IX. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pertumbuhan produksi bioetanol di Indonesia dapat dilihat pada kebutuhan premium di Indonesia. Kebutuhan premium di Indonesia meningkat 7 setiap tahun sementara produksi nasional bioetanol hanya meningkat sekitar 2,4 tiap tahunnya. Padahal pemerintah mengejar target substitusi 1,48 miliar liter bensin dengan bioetanol dalam kurun waktu 2007-2010 yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 5 tahun 2006. Target pemerintah untuk mensubstitusi 1,48 miliar liter bensin dengan bioetanol dalam kurun waktu 2007-2010 hanya terpenuhi sebesar 47 saja pada tahun 2010. Hal ini mengakibatkan banyaknya industri bioetanol bermunculan mulai dari skala kecil sampai dengan skala industri besar. Pendirian industri bioetanol ini diperlukan kajian tekno ekonomi untuk mengetahui bagaimana prospek kelayakan industri tersebut di masa yang akan datang. Penggunaan bahan baku limbah tanaman jagung merupakan pemilihan alternatif bahan baku selain menggunakan bahan berpati dan bergula, karena penggunaan limbah tanaman jagung tidak menimbulkan kekhawatiran perdebatan penggunaan bahan pangan dan industri. Kajian tekno ekonomi ini merupakan prototype pendirian industri bioetanol, terutama bioetanol berbahan baku limbah tanaman jagung yang selama ini masih dalam tahap penelitian. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kelayakan pendirian industri bioetanol berdasarkan rancangan percobaan laboratorium. Hasil dari percobaan laboratorium memperoleh hasil efisiensi waktu, efisiensi biaya dan efisiensi rendemen. Efisiensi waktu dicapai pada rancangan kedua R2, yaitu rancangan delignifikasi secara kimiawi menggunakan kalsium hidroksida CaOH 2 dilanjutkan dengan sakarifikasi dan fermentasi simultan menggunakan Saccharomyces cerevisiae – Pichia stipitis. Rancangan kedua R2 ini menghasilkan nilai total waktu selama 78,74 jam atau 78 jam 44 menit 24 detik. Efisiensi biaya dicapai oleh rancangan percobaan pertama R1. Rancangan percobaan pertama R1 yaitu proses produksi bioetanol dengan proses deliginifikasi secara kimiawi menggunakan kalsium hidroksida serta proses fermentasi dengan menggunakan bantuan mikroba Zymomonas mobilis – Pichia stipitis. Rancangan percobaan pertama R1 ini menghasilkan nilai total biaya Rp. 175,58 dan laba kotor sebesar Rp. 1.343,37. Efisiensi rendemen dicapai pada rancangan ketiga R3, yaitu rancangan delignifikasi secara biologis menggunakan kapang pelapuk putih jenis Phanerochaete chrysosporium dilanjutkan dengan sakarifikasi dan fermentasi simultan menggunakan Zymmomonas mobilis - Pichia stipitis. Rancangan ketiga R3 ini menghasilkan nilai rendemen 0,14. Semakin mendekati nilai 1, maka nilai rendemen semakin bagus. Efisiensi yang dilakukan berdasarkan tiga kriteria, yaitu efisiensi waktu, efisiensi biaya serta efisiensi rendemen untuk masing-masing perlakuan rancangan percobaan, maka dapat direferensikan bahwa rancangan pertama R1 merupakan rancangan terbaik dengan mengunakan metode bayes. Rancangan pertama R1 merupakan proses produksi bioetanol dengan proses deliginifikasi secara kimiawi menggunakan kalsium hidroksida serta proses fermentasi dengan menggunakan bantuan mikroba Zymomonas mobilis – Pichia stipitis. Potensi pasar bioetanol masih terbuka karena produksi bioetanol nasional masih kurang dari pencapaian target produksi. Segmentasi pasar dari aspek perilaku untuk produk bioetanol adalah industri besar dan industri menengah, kemudian untuk segmentasi pasar dari aspek 59 geografis adalah Provinsi Jawa Barat khususnya daerah Jabodetabek serta Pulau Jawa. Target pasar yang dituju adalah industri menengah yang bergerak di bidang bahan bakar nabati. Penentuan posisi produk bioetanol yaitu sebagai pelopor produk bioetanol dengan kualitas terbaik, ramah lingkungan, mudah diperbaharui, distribusi lebih mudah dan cepat, dan mampu memenuhi permintaan khususnya dalam negeri. Strategi bauran pemasaran yang dilakukan terhadap produk adalah menawarkan kualitas mutu, desain kemasan dan keunggulan produk. Strategi harga yang dilakukan adalah sama dengan harga pasaran dimaksudkan untuk meminimalisasi kerugian akibat besarnya modal yang diperlukan. Strategi promosi, yaitu dengan periklanan dan publikasi, promosi penjualan, dan kerjasama dengan industri bahan bakar pemerintahan. Strategi tempat menitikberatkan pada kegiatan yang dilakukan untuk membuat produk dapat diperoleh dan tersedia bagi pelanggan sasaran. Strategi tempat ini dilakukan dengan mendistribusikan produk langsung kepada konsumen untuk menjaga keterjaminan produk sampai langsung kepada konsumen. Berdasarkan aspek teknis teknologi untuk bahan baku bioetanol limbah tanaman jagung masih tersedia karena ketersediaan bahan baku limbah tanaman jagung berkorelasi dengan produksi jagung nasional. Rata-rata produksi jagung nasional tahun 2005 sampai dengan 2009 adalah 14.155.870 ton, sedangkan kapasitas produksi yang ditentukan hanya membutuhkan bahan baku limbah tanaman jagung sebesar 1.274 ton per tahunnya. Besar investasi yang diperlukan adalah Rp. 7.435.087.755,00 yang terdiri dari biaya investasi tetap sebesar Rp 4.791.119.700,00 dan modal kerja sebesar Rp 2.643.968.055,00. Debt Equity Ratio DER yang digunakan adalah 100 persen dana sendiri dan nol persen dana pinjaman bank. Hasil evaluasi kriteria analisis finansial diperoleh kesimpulan bahwa dengan discount factor 14 pada perhitungan umur ekonomis 10 tahun nilai NPV menunjukkan angka positif Rp. 80.845.077,00. Angka tersebut menunjukkan bahwa investasi yang ditanam perusahaan sepanjang sepuluh tahun ke depan memperoleh manfaat bersih menurut nilai mata uang sekarang sebesar Rp. 80.845.077,00. Nilai IRR diperoleh 14,24, hal ini berarti investasi yang dilakukan mampu mengembalikan modal dalam tingkat suku bunga 14,24 per tahun. Nilai Net BC adalah 1,01, angka tersebut menunjukkan setiap investasi Rp. 1,00 yang dikeluarkan sekarang pada tingkat suku bunga 14, akan diperoleh keuntungan bersih Rp. 1,01. Payback period industri ini adalah selama 5,94 tahun, ini berarti, semua investasi yang dikeluarkan untuk pendirian industri ini akan kembali setelah 5,94 tahun. Berdasarkan kriteria kelayakan investasi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendirian industri bioetanol limbah tanaman jagung layak untuk didirikan. Analisis sensitivitas dilakukan pada kenaikan harga bahan baku limbah tanaman jagung dan penurunan harga jual bioetanol. Proyek akan tidak layak apabila terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 1,66 dari harga awal Rp. 7.000,00 per kilogram menjadi Rp. 7.116,06 per kilogram serta terjadi penurunan harga jual bioetanol sebesar 0,66 dari harga awal Rp. 15.000,00 menjadi Rp. 14.900,34 per liter. .

B. SARAN