27 Hasil dari keempat rancangan percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa
total waktu yang paling kecil adalah pada rancangan kedua R2 dengan nilai 78,74 jam atau 78 jam 44 menit 24 detik Hasil dari keempat rancangan percobaan yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa total waktu yang paling kecil adalah pada rancangan kedua R2 dengan nilai 78,74 jam atau 78 jam 44 menit 24 detik. Rancangan percobaan pertama R1 dan
kedua R2 merupakan rancangan jalur kimiawi menggunakan kalsium hidroksida dilanjutkan dengan sakarifikasi dan fermentasi simultan menggunakan bantuan mikroba
Zymomonas mobilis, Saccharomyces cerevisiae, Pichia stipitis, sedangkan rancangan percobaan ketiga R3 dan keempat R4 merupakan jalur biologis. Dibandingkan dengan
jalur kimiawi, jalur biologis rata-rata memerlukan waktu yang relatif lebih lama dengan jalur kimiawi, pada jalur biologis, lama waktu yang dibutuhkan mencapai nilai 270,09 jam.
Melihat dari kegiatan yang dilakukan pada rancangan ketiga R3 dan rancangan keempat R4, terdapat tambahan kegiatan yaitu persiapan starter untuk pertumbuhan kapang pelapuk
putihnya, sehingga akumulasi waktu yang diperlukan lebih besar dibandingkan dengan akumulasi waktu rancangan pertama R1 dan rancangan kedua R2.
Dalam perlakuan awal secara biologis, jamur pelapuk putih yang dianggap paling efektif. Meskipun demikian, secara umum perlakuan awal jenis ini hanya mengurangi
sedikit lignin Taherzadeh dan Karimi 2008, serta memerlukan waktu yang lama Knauf dan Moniruzzaman 2004. Teknik perlakuan awal yang telah dikembangkan lebih banyak
dilakukan secara mekanik atau fisiko-kimia. Perlakuan awal secara biologi sedikit sekali digunakan, sehingga rancangan kedua R2 atau jalur kimiawi dan menggunakan mikroba
Saccharomyces cerevisiae – Pichia stipitis memenuhi kondisi syarat efisiensi waktu.
2. Efisiensi biaya
Analisis efisiensi berikutnya adalah efisiensi biaya. Analisis biaya dilakukan akan dicari penggunaan biaya yang paling kecil dan akan dicari rancangan yang menghasilkan
keuntungan kotor paling besar. Perhitungan efisiensi biaya adalah menghitung berapa biaya per unit produk dalam skala laboratorium tanpa memperhitungkan biaya peralatan yang
digunakan, jadi hanya biaya bahan baku dan bahan penunjang yang akan dihitung. Dalam perhitungan, biaya bahan baku yaitu limbah tanaman jagung, diasumsikan tidak
mengeluarkan biaya. Semua rancangan percobaan menggunakan bahan baku limbah tanaman jagung sebanyak 0,659 kilogram yang akan menghasilkan produk bioetanol dengan
jumlah yang berbeda-beda untuk masing-masing rancangan percobaan. Rancangan pertama R1 produksi bioetanol skala laboratorium menghasilkan
bioetanol sebanyak 0,1013 liter. Asumsi harga jual bioetanol per liter adalah Rp. 15.000,00 maka penerimaan yang didapat pada rancangan pertama R1 adalah Rp. 1.518,95. Total
biaya yang digunakan adalah Rp. 175,58 dan keuntungan yang diperoleh dari rancangan pertama R1 adalah sebesar Rp. 1.343,37.
Rancangan kedua R2 produksi bioetanol skala laboratorium menghasilkan bioetanol sebanyak 0,0768 liter. Asumsi harga jual bioetanol per liter adalah Rp. 15.000,00
maka penerimaan yang didapat pada rancangan pertama R1 adalah Rp. 1.151,51. Total biaya yang digunakan adalah Rp. 176,09 dan keuntungan yang diperoleh dari rancangan
kedua R2 adalah sebesar Rp. 975,42. Rancangan ketiga R3 produksi bioetanol skala laboratorium menghasilkan
bioetanol sebanyak 0,1117 liter. Asumsi harga jual bioetanol per liter adalah Rp. 15.000,00 maka penerimaan yang didapat pada rancangan pertama R1 adalah Rp. 1.675,40. Total
28 biaya yang digunakan adalah Rp. 22.897,72 dan keuntungan yang diperoleh dari rancangan
ketiga R3 adalah sebesar -Rp. 21.222,32 atau mengalami kerugian sebesar Rp. 21.222,32. Rancangan keempat R4 produksi bioetanol skala laboratorium menghasilkan
bioetanol sebanyak 0,0848 liter. Asumsi harga jual bioetanol per liter adalah Rp. 15.000,00 maka penerimaan yang didapat pada rancangan pertama R1 adalah Rp. 1.271,44. Total
biaya yang digunakan adalah Rp. 22.896,66 dan keuntungan yang diperoleh dari rancangan ketiga R3 adalah sebesar -Rp. 21.625,21 atau mengalami kerugian sebesar. Rp. 21.625,21.
Rincian laba kotor semua rancangan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Laba kotor masing-masing rancangan produksi
Rancangan Total penerimaan Rp
Total pengeluaran Rp Laba kotor Rp
R1 1.518,95 175,58 1.343,37
R2 1.151,51 176,09 975,42
R3 1.675,40 22.897,72
21.222,32 R4 1.271,44
22.896,66 21.625,21
Dari keempat rancangan percobaan yang dilakukan, total penggunaan biaya yang paling sedikit adalah pada rancangan percobaan pertama R1 yaitu proses produksi
bioetanol dengan proses deliginifikasi secara kimiawi menggunakan kalsium hidroksida serta proses fermentasi dengan menggunakan bantuan mikroba Zymomonas mobilis – Pichia
stipitis, sehingga rancangan pertama R1 merupakan rancangan yang paling efisien dari sisi biaya dengan total biaya Rp. 175,58 dan laba kotor sebesar Rp. 1.343,37. Perhitungan lebih
lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7.
3. Efisiensi rendemen