36 Indonesia memiliki sumber lignoselulosa yang berpotensi untuk dimanfaatkan salah
satu diantaranya yaitu limbah tanaman jagung LTJ. Teknologi yang mengkonversi biomassa menjadi bioetanol merupakan teknologi yang mempunyai nilai ekonomi tinggi
karena dapat memanfaatkan bahan limbah sebagai bahan baku. Ketersediaannya berkorelasi dengan budidaya tanaman jagung. Berdasarkan data lapangan, bobot LTJ dari satu tanaman
jagung adalah 73,83 gram. Menurut Wirawan et al. 2000, populasi tanaman jagung optimal berkisar antara 62.500 – 100.000 tanamanha. Data BPS pada Kabupaten Bogor
menyatakan bahwa luas lahan tanaman jagung adalah 1.145 hektar, dengan konversi 430 miligram glukosa per gram biomassa Kaar dan Holtzapple 2000 dan 0,51 gram bioetanol
per gram glukosa Demirbas 2005, kemudian berat jenis etanol 0,789 gram per sentimeter kubik, maka potensi bioetanol yang dapat diproduksi dengan lahan seluas ini adalah berkisar
1.469 kiloliter sampai dengan 2.350 kiloliter bioetanol per panen atau sama dengan 4.406 kiloliter sampai 7.049 kiloliter bioetanol per tahunnya, sedangkan target produksi dari
industri bioetanol ini hanya sebesar 216 kiloliter tiap tahunnya. Berdasarkan perhitungan ketersediaan bahan baku, maka pendirian industri bioetanol limbah tanaman jagung
memiliki pasokan bahan baku yang memenuhi. Perhitungan secara lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 1.
2. Aspek Lokasi
Terdapat beberapa prinsip dasar dalam penentuan lokasi industri, yaitu peraturan dan kebijakan, pembobotan relatif, interaksi antar berbagai faktor input dan pasar, dan
pertimbangan umum lokasi lainnya. Lokasi penting bagi industri, karena akan mempengaruhi kedudukan industri dalam persaingan dan menentukan kelangsungan hidup
industri. Banyak faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi industri, dan lokasi tersebut harus memiliki keuntungan jangka panjang termasuk pertimbangan akan
kemungkinan untuk memperbesar atau memperluas industri pada masa yang akan datang. Tujuan penentuan lokasi suatu industri dengan tepat adalah untuk dapat membantu industri
beroperasi dan berproduksi dengan lancar, efektif dan efisien. Penentuan lokasi industri yang tepat akan menentukan:
a. Kemampuan melayani konsumen dengan memuaskan. b. Mendapatkan bahan baku yang cukup dan kontinyu dengan harga yang layak.
c. Mendapatkan tenaga kerja yang cukup. d. Memungkinkan adanya perluasan lahan industri jika akan meningkatkan kapasitas
produksi. Untuk memungkinkan dapat dilakukannya penentuan lokasi suatu industri dengan
tepat, maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Sebenarnya faktor- faktor yang mempengaruhi dalam menentukan lokasi suatu industri banyak sekali. Menurut
Assauri 1980, faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu: a. Faktor utamaprimer primary factors.
b. Faktor sekunder secondary factors. Faktor utama primary factors adalah faktor-faktor yang langsung mempengaruhi
tujuan utama industri. Adapun faktor-faktor yang termasuk dalam faktor utama adalah letak dari pasar; letak dari sumber-sumber bahan baku; terdapatnya fasilitas pengangkutan; supply
37 dari buruh atau tenaga kerja yang tersedia, sedangkan yang termasuk dalam faktor sekunder
secondary factors menurut Assauri 1980, antara lain rencana masa depan; biaya dari tanah dan gedung, terutama dalam hubungannya dengan masa depan; kemungkinan
perluasan; terdapatnya fasilitas service; terdapatnya fasilitas pembelanjaan; persediaan air; tinggi rendahnya pajak dan Undang Undang Perburuhan; masyarakat daerah itu sikap,
besar, dan keamanan; iklim; tanah; perumahan yang ada dan fasilitas-fasilitas lainnya. Berdasarkan target pasar yang akan dituju, maka pendekatan pemilihan lokasi adalah
pendekatan faktor utamaprimer dengan pilihan dekat dengan pasar yang akan dituju. Suatu industri didirikan karena adanya permintaan akan barang yang dihasilkan atau karena
diharapkan dapat menciptakan permintaan demand akan barang yang dihasilkan. Pasar yang akan dituju adalah pasar industri menengah yang bergerak di bidang Bahan Bakar
Nabati BBN, yang berlokasi dekat dengan pusat kota atau pusat pemerintahan, sehingga lokasi yang dipilih adalah daerah Jawa Barat, tepatnya di Bogor. Pemilihan lokasi ini
berdasarkan pemikiran antara lain, dekat dengan pasar yang akan dituju, yaitu kota-kota besar di Jawa Barat terutama ibu kota negara yaitu Jakarta. Selain itu, pemilihan lokasi ini
dengan pertimbangan ketersediaan tenaga kerja, ketersediaan sumberdaya air dan listrik, ketersediaan lahan yang cukup serta transportasi yang tidak terlalu jauh dengan pasar.
Keunggulan lain adalah bahwa pasokan bahan baku pada lokasi ini mampu memenuhi target produksi yang akan didirikan.
Alasan utama industri mendirikan dekat dengan daerah pemasaran hasil produksi supaya dapat cepat melayani konsumen atau barang hasil produksinya dapat cepat sampai di
pasar. Jadi bila letak industri dekat dengan daerah pasar hasil produksinya maka pelayanan kepada konsumen akan menjadi lebih cepat Assauri 1980.
Ketersediaan tenaga kerja di daerah ini masih tersedia dalam jumlah besar sekaligus sedikit murah karena lokasi tidak berada di pusat perkotaan. Industri bioetanol dari limbah
tanaman jagung akan menyerap tenaga kerja di lokasi yang dekat dengan industri, sehingga angka pengangguran dan kriminalitas bisa berkurang karena aktifitas kerja di industri
bioetanol tersebut. Ketersediaan sumberdaya air di lokasi ini masih baik. Kualitas air tanah juga masih
bagus dan tidak tercemar karena daerah lokasi pendirian industri bukan merupakan pusat keramaian dan terjaga kealamiannya, sehingga kebutuhan air bersih dapat terpenuhi dengan
baik. Tenaga listrik PLN juga sudah tersalurkan dengan baik di lokasi ini. Kedekatan lokasi industri dengan pasar relatif tidak jauh. Jarak dengan pusat kota
adalah sekitar 88 km dengan kondisi jalur yang baik. Kedekatan dengan lokasi pasar akan menghemat biaya transportasi pengangkutan dan penyaluran produk. Dengan demikian
efisiensi biaya transportasi bisa dilakukan.
3. Penentuan Kapasitas Produksi