4 28
28
2.5 Pengelolaan Perikanan dalam Konsepsi Perencanaan dan Pengelolaan Wilayah Pesisir
Terminologi perencanaan planning dan pengelolaan management memiliki berbagai interpretasi yang tergantung pada tujuan waktu penggunaan
terminologi. Perencanaan merupakan serangkaian proses sebelum melakukan sesuatu dimasa depan, yang memiliki dua komponen yaitu menentukan tujuan
yang akan dicapai dimasa depan dan mengidentifikasi langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan dapat dikategorikan kedalam dua
kelompok besar yaitu perencanaan strategis strategic planning dan perencanaan operasional operasional planning. Perencanaan strategis merupakan level
tertinggi dalam perencanaan, jenis perencanaan ini menyediakan kerangka, visi dan misi serta strategi besar untuk mencapai beberapa tujuan spesifik.
Perencanaan strategis tidak berisi detail langkah pencapaian tujuan. Rencana pengelolaan pesisir dan laut disusun sebagai sebuah dokumen yang diharapkan
mampu mengidentifikasi isu dan permasalahan pengelolaan wilayah pesisir pada saat yang sama mampu memberikan solusi dimasa depan.
Terminologi pengelolaan management memiliki berbagai makna tergantung dari tujuan dan sudut pandang pelaku. Pengelolaan memiliki makna
sebagai proses pengaturan kegiatan sehari-hari untuk mencapai tujuan tertentu. Pengelolaan pesisir coastal management dapat dipandang sebagai proses
pengaturan kegiatan sehari-hari yang terjadi di wilayah pesisir dan laut. Pengelolaan dapat dikelompokkan menjadi pengelolaan strategis strategic
management dan pengelolaan operasional operational management. Pengelolaan strategis memfokuskan pada proses terkendali dari sebuah urusan
institusi yang terkait dengan wilayah pesisir dan laut, lebih berprespektif makro, sedangkan pengelolaan operasional lebih menitik beratkan pengaturan kegiatan
sehari-hari di lapangan sehingga berorientasi mikro Kay and Alder,1999. Perencanaan strategis strategic planning, perencanaan operasional
operasional planning, pengelolaan strategis strategic management dan pengelolaan operasional operational management dalam konteks pengelolaan
pesisir dan laut di Indonesia, kedua jenis perencanaan dan pengelolaan dapat dilakukan tergantung tujuannnya. Bahkan dalam beberapa kasus, tidak ada
4 29
29 pembedaan yang tegas antara kedua jenis perencanaan dan pengelolaan tersebut
dalam kerangka pengelolaan pesisir dan laut Kusumastanto. 2006. Prinsip pengelolaan wilayah pesisir terdiri dari lima hal yaitu : 1 prinsip
pembangunan berkelanjutan; 2 prinsip keterpaduan; 3 prinsip desentralisasi pengelolaan pesisir; 4 prinsip berorientasi pada masyarakat dan 5 prinsip
pengelolaan global Cicin-Sain and Knecht,1998. Kesatuan ekosistem menjadi hal utama dalam pengelolaan perikanan,
tetapi para ahli masih mempunyai pendapat yang berbeda pada cara mengukur ekosistem yang sehat serta memasukkannya dalam konsep penilaian kelestarian
sumberdaya perikanan. Terdapat kecenderungan meningkatnya perhatian terhadap kontribusi perikanan terhadap pembangunan yang berkelanjutan. Berkenaan
dengan proses globalisasi, industri perikanan merupakan industri yang adaptif, maket-driven dan sektor yang selalu berkembang dalam perkonomian dunia secara
global FAO, 2001. Pengelolaan perikanan memiliki tujuan yang berbeda-beda bahkan seringkali terjadi konflik diantara tujuan-tujuan itu, beberapa contoh
tujuan diantaranya adalah penyediaan berkelanjutan, peningkatan efisiensi dan dan keuntungan ekonomi, komunitas wisata yang berkelanjutan dan kondisi kerja
yang sehat dan aman bagi para wisatawan. Tujuan ini secara umum selaras dengan tiga tujuan pengembangan secara berkelanjutan yaitu ekologis, ekonomis, dan
pengembangan sosial, yang terdapat dalam tujuan regional. Pengembangan secara berkelanjutan seringkali didefinisikan sebagai ketahanan secara ekonomi, ekologi,
dan sosial, untuk mencapai tujuan ini menggunakan pengelolaan perikanan berbasis pengetahuan yang melibatkan beberapa bidang ilmu, di antaranya
biologi, ekonomi dan geografi Heen dan Flaaten, 2007. Kebijakan pengelolaan perikanan tidak akan berhasil optimal apabila
dilakukan secara parsial baik dalam konsteks institusi maupun pengelolaan itu sendiri. Kabijakan dan strategi penguatan kapasitas kelembagaan yang
berorientasi pada isu dan permasalahan internasional menjadi sangat pentin dan merupakan komplemen dari strategi kebijakan yang sudah ada dan harus
dipandang sebuah pendekatan holistic dan komprehensif Adrianto, 2004a.
4 30
30 Pada mulanya pengelolaan sumberdaya ikan banyak didasarkan pada
faktor biologis semata dengan pendekatan yang disebut Maximum Sustainable Yield MSY yaitu tangkapan maksimm yang lestari. Inti pendekatan ini adalah
setiap spesies ikan memiliki kemampuan untuk berproduksi yang melebihi kapasias produksi surplus, sehingga apabila surplus ini dipanen tidak lebih dan
tidak kurang, maka stok ikan mampu bertahan secara berkesinambungan. Akan tetapi pendekatan pengelolaan dengan konsep ini banyak dikritik oleh berbagai
pihak sebagai pendekatan yang terlalu sederhana dan tidak mencukupi. Kritik yang paling mendasar diantaranya karena pendekatan MSY tidak
mempertimbangan sama sekali aspek sosial ekonomi pengelolaan sumberdaya alam Fauzi, 2000. Pelaksanaan konsep pengelolaan wilayah pesisir secara
terpadu menjadikan kebijkan nyata dalam pembangunan sumberdaya pesisir dan lautan Indonesia harus segera dilaksanakan. Peluang keberhasilan implementasi
pengelolaan wilayah pesisir paling tidak didukung oleh adanya dua kebijakan yaitu pertama, lahirnya UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan
UU No. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah yang akan memberikan peluang yang besar bagi daerah untuk mengelola kawasan psisir
dan laut, kedua terbentuknya Departemen Kelautan dan Perikanan diharapkan menjadi lokomotif penggerak pembangunan kelautan dan perikanan nasional
termasuk didalamnya pengelolaan wilayah pesisir secara berkelanjutan. Karena kedua hal tersebut, partisipasi dan komitmen para stakeholder untuk mewujutkan
pembangunan pesisir secara lestari merupakan faktor penentu utama Adrianto dan Kususmastanto, 2004.
Pendekatan ekosistem perikanan diadopsi meliputi penggabungan dua hal yang berbeda tetapi berhubungan dengan harapan dapat menyatukan paradigma.
Pertama yaitu pengelolaan ekosistem bertujuan untuk mencapai tujuan dari penghematan struktur, keberagaman dan fungsi ekosistem melalui tindakan
pengelolaan yang fokus pada komponen biofisikal ekosistem. Kedua yaitu pengelolaan perikanan bertujuan untuk mencapai tujuan dari pemuasan kebutuhan
manusia dan sosial akan makanan dan keuntungan ekonomi melalui tindakan pengelolaan yang berfokus pada aktivitas mencari ikan dan sasaran sumberdaya.
Dua paradigma ini cenderung terbagi ke dua perspektif yang berbeda, tetapi
4 31
31 konsep pengembangan berkelanjutan membutuhkan keduanya untuk menjadi
pendekatan yang lebih menyeluruh untuk menyeimbangkan manusia dan ekosistem. Pendekatan ekosistem perikanan adalah suatu cara implementasi
pengembangan berkelanjutan dalam konteks perikanan FAO, 2003. Pengelolaan perikanan merupakan sebuah proses yang kompleks,
membutuhkan integrasi antara ekologi dan biologi sumberdaya dengan sosial ekonomi serta faktor institusi yang mempengaruhi perilaku nelayan dan pembuat
keputusan. Tujuan dari bidang yang multidisplin ini adalah untuk membantu pengambil keputusan guna mencapai pembangunan yang berkelanjutan dari
aktivitas perikanan sehingga generasi yang akan datang juga memperoleh manfaat dari sumberdaya Seijo et al, 1998. Pengelolaan sumberdaya ikan adalah suatu
proses yang terintegrasimulai dari pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan, alokasi sumber dan implementasinya, dalam
rangka menjamin kelangsungan produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan FAO. 1997. Indikator-indikator yang digunakan sebagai alat bantu pengelolaan
harus dapat membantu mengkomunikasikan secara jelas, efektif dan dapat dipertanggung jawabkan dalam aspek pengelolaan sumberdaya FAO, 2001.
Widodo dan Nurhakim 2002, mengemukakan pengelolaan sumberdaya ikan, pada hakekatnya mencari kemungkinan tindakan yang tepat secara biologi
disatu sisi dan kegiatan penangkapan ikan yang mampu memberikan keuntungan ekonomi di sisi lain. Pengelolaan sumberdaya ikan harus mampu mencegah
terjadinya konflik antara kegiatan pemnafaatan sumberdaya ikan untuk tujuan ekonomi termasuk adanya keadilan didalam distribusi manfaat yang dihasilkan
sumberdaya ikan, serta upayah konservasi ikan untuk kepentingan generasi mendatang. Secara umum tujuan utama pengelolaan sumberdaya ikan adalah :
1 Menjaga kelestarian produksi, melalui regulasi serta tindakan perbaikan. 2 Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial para nelayan
3 Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut. Dalam pengelolaan perikanan khususnya pada saat penangkapan, terdapat
suatu mekanisme yang lazim dilakukan penangkap ikan yaitu pembuangan, merupakan bagian penangkapan yang tersisa di kapal selama penangkapan ikan
secara komersial dan dikembalikan lagi ke laut. Pembuangan ini meliputi spesies
4 32
32 komersial, bahan-bahan komersial tapi tidak dapat dijual, dan organisme yang
dapat dijual. Pola pembuangan ditentukan oleh faktor lingkungan dan sosial termasuk peraturan dan kebiasaan nelayan terutama ditentukan kebijaksanaan
nelayan yang dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Mekanisme ini memberikan dampak negatif secara ekonomi dan ekologi seperti hilangnya pendapatan yang
potensial dan juga sumber pangan bagi manusia serta dampak pada ekosistem laut Catchpole, Frid, dan Gray, 2005.
Penyusunan kebijakan perikanan dan kelautan memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berisi faktor-faktor strategis, bersifat makro kebijakan
yang dapat digunakan sebagai petunjuk bagi proses pengambilan keputusan yang terkait dengan sektor perikanan dan kelautan. Untuk itu diperlukan tiga pilar
sebagai penopang implementasi kebijakan perikanan dan kelautan yaitu : 1 integrasi fungsi dan kewenangan pengelolaan perikanan dan kelautan; 2
implementasi kebijakan perikanan dan kelautan; 3 pendidikan dan riset perikanan dan kelautan yang kuat. Ketiga pilar ini merupakan satu kesatuan yang dapat
digunakan sebagai landasan bagi disain sekaligus implementasi kebijakan perikanan dan kelautan nasional Soewardi dan Adrianto, 2005.
2.6. Pengembangan Sektor Perikanan Laut dan Industri Perikanan