Demografi Kondisi Perekonomian Keragaan Umum Propinsi Jawa Timur .1 Kondisi Geografis

65

5.1.2 Demografi

Jawa Timur merupakan Propinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia, pada 2008 mencapai 37.094.836 jiwa, dengan laju pertumbuhan 0,54. Pada 2007 jumlah penduduk Jawa Timur tercatat sebanyak 36.895.571 jiwa 51 di antaranya adalah perempuan, kepadatan penduduk 814 jiwakm 2 Penduduk Jawa Timur mayoritas 46,18 memiliki mata pencaharian di bidang pertanian, selebihnya bekerja di sektor perdagangan 18,80, sektor jasa 12,78, dan sektor industri 12,51. Etnisitas di Jawa Timur relatif heterogen, mayoritas penduduk adalah . Kepadatan penduduk di kota umumnya lebih tinggi dibanding di kabupaten. Kota Surabaya sebagai ibukota Propinsi dan sentra kegiatan ekonomi Jawa Timur yang memiliki faktor penarik untuk menjadi daerah tujuan bagi para pencari kerja, pertumbuhan penduduknya sudah semakin jenuh, para pendatang umumnya mencari domisili di kabupatenkota sekitarnya. suku Jawa. Suku Madura mendiami Pulau Madura dan daerah bagian timur, terutama di daerah pesisir utara dan selatan. Suku Madura tersebar hampir di seluruh kota di Jawa Timur, umumnya mereka bekerja di sektor informal. Penduduk Jawa Timur mayoritas beragama Islam 95,76, beragama Kristen Protestan 1,98; Katolik 0,98; Hindu 0,94; Budha 0,29; dan lainnya 0,05 Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur, 2008.

5.1.3 Kondisi Perekonomian

Jawa Timur merupakan barometer perekonomian nasional setelah DKI Jakarta, dan Propinsi Jawa Barat, kontribusi PDRB Jawa Timur terhadap Produk Domestik Bruto PDB Nasional mencapai sekitar 16. Perekonomian Jawa Timur ditopang tiga sektor utama : perdagangan, industri, dan pertanian. Produk Domestik Regional Bruto PDRB Jawa Timur atas dasar harga berlaku ADHB pada periode 2000-2008 menunjukkan kecenderungan terus meningkat sejalan membaiknya kondisi perekonomian. Berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000, menunjukkan kecenderungan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur terus membaik, meski pada 2006 terjadi sedikit perlambatan dibanding 2005, antara lain disebabkan dampak negatif kenaikan harga BBM dua kali, dan cukai rokok 66 pada 2005, serta dampak luapan lumpur panas Lapindo. Tahun 2008, pertumbuhan ekonomi kembali melambat menjadi 5,90, meski masih di atas angka pertumbuhan 2005. Melemahnya pertumbuhan ekonomi 2008 antara lain disebabkan dampak krisis ekonomi global. Dampak kenaikan harga BBM dan berlanjutnya dampak lumpur panas Lapindo tidak menghalangi perekonomian Jawa Timur untuk tetap tumbuh pada 2007. Pertumbuhan ekonomi Jawa Timur pada 2007 meski tertatih-tatih, merangkak naik menjadi 6,11, atau naik 0,31. Tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Jawa Timur kembali melambat menjadi 5,90, atau melemah 0,21 dibanding 2007. Hampir seluruh sektor mengalami perlambatan pertumbuhan, kecuali sektor pertambangan dan penggalian. Sektor ini tumbuh menjadi 9,26, yang pada 2007 hanya mencapai 10,44. Pertanian yang diharapkan menjadi sektor unggulan mendongkrak pertumbuhan ekonomi 2008, ternyata mengalami perlambatan akibat kemarau panjang. Pertumbuhan sektor industri pengolahan melambat akibat menurunnya permintaan dari negara-negara tujuan ekspor. Pada 2008, sektor pertanian memberikan kontribusi sebesar 16,57 terhadap PDRB,

5.1.4 Disparitas Wilayah dan Kondisi Sosial Budaya