34 62.8
⁰ dan penurunan terkecil pada perekat GPT yaitu 29.85⁰. Dari hubungan antara waktu pengamatan dengan sudut kontak pada Gambar 5.2 terlihat juga
bahwa sudut kontak semakin menurun dengan bertambahnya waktu pengamatan, dan kemiringan slope garis regresi pada getah perca termodifikasi dalam hal ini
M4B3 paling tinggi dengan nilai R
2
=0.665. Dengan demikian modifikasi getah perca menurunkan sudut kontak perekat lebih besar. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Hwang et al. 2007; Mo et al. 2012 yang melaporkan bahwa coupling agent menurunkan sudut kontak dan memperbaiki ikatan perekat.
Gambar 5.2 Hubungan waktu pengamatan dengan sudut kontak perekat berbahan dasar getah perca pada berbagai variasi kadar aditif
5.3.3 Pengujian Spektroskopi Infra Merah
Gambar 5.3 menunjukkan spektra infra merah getah perca tanpa modifikasi MAH dan BPO GPT, dan perekat berbahan dasar getah perca termodifikasi pada
variasi kadar aditif. Pada perekat berbahan dasar getah percha dengan modifikasi MAH muncul pita serapan pada bilangan gelombang 1720 cm
-1
mengindikasikan adanya gugus fungsi C=O dari MAH, berdasarkan data sebelumnya Creswell et
al. 1982 melaporkan bahwa gugus fungsi C=O muncul pita serapan pada bilangan gelombang 1800-1650 cm
-1
. C=O dari MAH pada TIR getah perca termodifikasi MAHMTIR muncul pada bilangan gelombang 1716 cm
-1
Febrianto et al. 2006. Dengan semakin besar kadar MAH dan BPO yang ditambahkan maka puncak pita serapan semakin tinggi. Puncak pita serapan
M4B3M4B1, dan M2B3M2B1 pada bilangan gelombang 1720 cm
-1
. Puncak pita serapan pada pada bilangan gelombang 1095 cm
-1
mengindikasikan CH
2
twisting Nallasamy Mohan 2004. Puncak pita serapan pada bilangan gelombang 3448 cm
-1
mengindikasikan O-H stretching Creswell et al. 1982. Semakin tinggi kadar BPO pada modifikasi maka puncak pita
serapan pada bilangan gelombang 3448 cm
-1
semakin tinggi. Pada perekat getah perca termodifikasi MAH + BPO muncul pula pita serapan pada bilangan
gelombang 3742 cm-1 mengindikasikan OH stretching Say et al. 2013; Bajt et al. 2007.
y = -0.755x + 70.08 M 1B3 R² = 0.601
y = -0.817x + 70.76 M 4B3 R² = 0.655
y = -0.794x + 69.68 M 2B3 R² = 0.580
y = -0.428x + 40.53 GPT R² = 0.717
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
10 20
30 40
50 60
Su du
t ko
nt ak
⁰
Wakt u pengam at an det ik
M 1B3 M 2B3
M 4B3 Kont rol GPT
Linear M 1B3 Linear M 2B3
Linear M 4B3 Linear Kont rol GPT
35
Gambar 5.3 Spektra infra merah perekat berbahan dasar getah perca pada
berbagai variasi kadar bahan aditif
5.3.4 Kadar Air dan Kerapatan Kayu Laminasi
Nilai kadar air dan kerapatan kayu laminasi dengan perekat berbahan dasar getah perca pada variasi kadar bahan aditif disajikan pada Tabel 5.3. Kadar air
rataan kayu laminasi pada variasi kadar bahan aditif berkisar 12.06-13.03. Nilai kadar air kayu laminasi memenuhi JAS 234-2003. Sedangkan nilai
kerapatan rataan kayu laminasi berkisar 0.38-0.40 gcm
-
³. Lebih tingginya nilai kerapatan kayu laminasi dibanding kayu asalnya 0.33 gcm
-3
karena proses pengempaan pada pembuatan kayu laminasi dan adanya lapisan perekat.
Tabel 5.3 Kerapatan dan kadar air kayu laminasi pada variasi kadar bahan aditif Pelakuan
Kerapatan g cm
-3
Kadar air MAH M
BPO B
M1 B1
0.38+0.004 12.97+0.23
B2 0.38+0.006
12.72+0.25 B3
0.39+0.007 12.37+0.18
M2 B1
0.39+0.006 12.50+0.45
B2 0.39+0.009
12.65+0.40 B3
0.39+0.007 12.93+0.27
M3 B1
0.39+0.009 12.09+0.49
B2 0.40+0.003
12.68+0.28 B3
0.39+0.006 12.22+0.34
M4 B1
0.39+0.010 12.06+0.33
B2 0.40+0.005
12.74+0.38 B3
0.40+0.007 12.80+0.21
KontrolGPT
0.38+0.002 13.03+0.28
Hasil uji analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kadar MAH dan kadar BPO pada modifikasi getah perca tidak berpengaruh nyata terhadap
kerapatan dan kadar air kayu laminasi pada α 0.05. Ini mengindikasikan perlakuan
memberikan pengaruh yang sama.
36
5.3.5 Keteguhan Geser, Kerusakan Kayu dan Rasio Delaminasi Kayu