Keteguhan Geser, Kerusakan Kayu dan Rasio Delaminasi Kayu

36

5.3.5 Keteguhan Geser, Kerusakan Kayu dan Rasio Delaminasi Kayu

Laminasi Hasil pengujian keteguhan geser kayu laminasi dengan perekat berbahan dasar getah perca untuk uji kering, dan uji basah perendaman 6 jam dalam air dingin, dan perendaman air pada suhu 60 ⁰C selama 3 jam disajikan pada Gambar 5.4. Keteguhan geser rataan kayu laminasi pada uji kering Gambar 5.4 a, perendaman air dingin 6 jam Gambar 5.4b, dan perendaman air panas suhu 60 ⁰C Gambar 5.4c masing masing berkisar 13.54-48.76 kgcm -2 , 10.23-23.79 kgcm -2 , dan 5.60-18.30 kgcm -2 . Dari semua kondisi pengujian, keteguhan geser paling besar diperoleh dengan menggunakan perekat berbahan getah perca dengan kadar MAH 5 dan BPO 1 M2B3, sedangkan nilai terkecil pada kayu laminasi dengan perekat getah perca dengan kadar MAH 2.5 dan kadar BPO 0.5 M1B1. Nilai keteguhan geser pada pengujian kering lebih tinggi daripada kodisi uji basah rendam air dingin dan rendam air panas suhu 60 ⁰C, dan keteguhan geser pada kondisi uji setelah rendam air dingin selama 6 jam lebih tinggi daripada kondisi uji setelah rendam air panas suhu 60 ⁰C. Gambar 5.4 Keteguhan geser kayu laminasi pada berbagai variasi kadar aditif. a kondisi uji kering, b rendam air dingin selama 6 jam, c rendam dalam air panas suhu 60 ⁰ C selama 3 jam 1 3 .5 4 3 3 .3 5 4 2 .0 1 3 6 .9 6 4 3 .1 4 7 .4 7 4 8 .7 6 4 3 .7 4 4 .4 7 4 4 .6 6 4 4 .4 9 4 1 .3 8 4 1 .1 5 10 20 30 40 50 60 K o n tr o l M 1 B 1 M 1 B 2 M 1 B 3 M 2 B 1 M 2 B 2 M 2 B 3 M 3 B 1 M 3 B 2 M 3 B 3 M 4 B 1 M 4 B 2 M 4 B 3 K e te g u h a n g e se r k g c m -2 Perlakuan variasi kadar adit if 1 .2 3 1 3 .4 4 1 6 .3 1 1 7 .3 3 2 .0 6 2 2 .3 5 2 3 .7 9 1 7 .7 1 9 .6 4 2 1 .7 8 1 6 .0 4 1 8 .1 9 1 5 .8 1 10 20 30 40 50 60 K o n tr o l M 1 B 1 M 1 B 2 M 1 B 3 M 2 B 1 M 2 B 2 M 2 B 3 M 3 B 1 M 3 B 2 M 3 B 3 M 4 B 1 M 4 B 2 M 4 B 3 K e te g u h a n g e se r k g c m -2 Perlakuan variasi kadar adit if 5 .6 1 .1 8 1 1 .7 8 1 2 .4 7 1 6 .6 6 1 7 .2 4 1 8 .3 1 3 .7 9 1 3 .8 1 5 .0 5 1 3 .6 4 1 3 .9 1 3 .3 1 10 20 30 40 50 60 K o n tr o l M 1 B 1 M 1 B 2 M 1 B 3 M 2 B 1 M 2 B 2 M 2 B 3 M 3 B 1 M 3 B 2 M 3 B 3 M 4 B 1 M 4 B 2 M 4 B 3 K e te g u h a n g e se r k g c m -2 Perlakuan variasi kadar adit if a c b 37 Hasil analisis ragam keteguhan geser menunjukkan bahwa kadar MAH dan kadar BPO pada modifikasi getah perca berpengaruh nyata terhadap nilai keteguhan geser kayu laminasi pada α 0.05 untuk semua kondisi pengujian. Dari hasil uji duncan pada kondisi pengujian kering pada kadar BPO yang sama, M2dengan M4 dan dengan M1 berbeda satu sama lain. Pada kadar MAH yang sama, B2 dengan B1 berbeda. Pada uji rendam air dingin 6 jam, untuk kadar BPO yang sama, M2 dengan M3 dan dengan M4 dan M1 berbeda satu sama lainnya. Pada kadar MAH yang sama, B3 dan B2 berbeda dengan B1. Pada kondisi uji rendam air panas, untuk kadar BPO yang sama, M2 dengan M3 dan M1 berbeda, sedangkan M3 dengan M4 tidak berbeda. Nilai kerusakan kayu sebesar 0 tidak ada kerusakan pada kayu setelah pengujian. Perlakuan kadar MAH 2.5, 5, 7.5, 10 dan kadar BPO 0.5, 0.75 dan 1 pada modifikasi getah perca dengan rasio getah perca dengan toluena 22.5:77.5 pada berat labur perekat 300 gm -2 menghasilkan kayu laminasi yang belum memenuhi standar JAS 234-2003 yang mensyaratkan keteguhan geser minimum 54 kg cm -2 . Hasil pengujian rasio delaminasi pada Gambar 5.5 menunjukkan bahwa rasio delaminasi kayu laminasi pada variasi kadar MAH dan BPO berkisar 0- 1.08. Rasio delaminasi paling tinggi diperoleh dengan menggunakan perekat dengan kadar MAH 2.5 dan kadar BPO 0.5. Secara umum, penggunaan kadar MAH lebih tinggi menurunkan nilai rasio delaminasi. Semakin kecil rasio delaminasi maka performa kayu laminasi semakin baik. Rasio delaminasi kayu laminasi dengan perekat berbahan dasar getah perca dengan variasi kadar MAH dan BPO telah memenuhi standar JAS 234-2003. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengunaan variasi kadar MAH dan kadar BPO tidak berpengaruh nyata terhadap nilai rasio delaminasi pada α 0.05. Gambar 5.5 Rasio delaminasi kayu laminasi dengan perekat berbahan dasar getah perca pada berbagai variasi kadar aditif Penggunaan kadar MAH sampai 5 meningkatkan nilai keteguhan geser kayu laminasi, keteguhan geser menurun dengan penggunaan kadar MAH yang lebih tinggi 7.5 MAH dan 10 MAH. Dengan demikian peningkatan kadar MAH tidak selalu meningkatkan keteguhan geser kayu laminasi. Maldas dan Kokta 1991a melaporkan pada komposit polistiren dengan BPO 1 , peningkatan MAH sampai batas tertentu 1 meningkatkan keteguhan tarik .9 7 .6 3 .7 9 .2 2 .1 1 1 .0 8 1 2 3 4 5 6 M 1 B 1 M 1 B 2 M 1 B 3 M 2 B 1 M 2 B 2 M 2 B 3 M 3 B 1 M 3 B 2 M 3 B 3 M 4 B 1 M 4 B 2 M 4 B 3 G P T R a si o d e la m in a si Perlakuan variasi kadar adit if 38 komposit, peningkatan MAH yang lebih besar menurunkan nilai keteguhan tarik komposit. Selanjutnya Maldas dan Kokta 1991b menyebutkan bahwa coupling agent berlebih pada interface mengganggu aksi coupling dan dapat bertindak sebagai penghambat dibandingkan sebagai promotor adhesi. Menurut Han 1990, peningkatan kadar MAH meningkatkan keteguhan tarik komposit karena meningkatnya formasi MAPP, namun demikian MAH berlebih dapat menurunkan keteguhan tarik komposit. Hal ini berkaitan dengan MAH yang bersifat asam yang dapat mendegradasi bahan filler kayu, serta kemungkinan terjadinya reaksi MAH dengan aditif lain sehingga terjadi peningkatan bobot molekul substitusi dalam komposit. Secara umum peningkatan kadar BPO yang lebih tinggi sampai kadar 1 meningkatkan nilai keteguhan geser. Keteguhan geser kayu laminasi yang direkat dengan perekat GPMB sedikit lebih tinggi daripada yang direkat dengan perekat GPM. Ini berkaitan dengan peran BPO, dimana peroksida memiliki peran penting sebagai inisiator dan mekanisme degradasi radikal bebas Bremner Rudin 1993; Gaylord Mishra 1983. Han 1990 melaporkan bahwa kekuatan tarik komposit polipropilen meningkat dengan meningkatnya kadar penginisiasi radikal, hasil yang maksimum pada kadar tertentu, dan menurun dengan penambahan lebih lanjut. Maldas dan Kokta 1991a menyebutkan bahwa pada reaksi pencangkokan, konsentrasi peroksida biasanya antara 0.5-1 berdasarkan berat. Peroksida berlebih dapat memberikan pengaruh yang merugikan pada sifat mekanis komposit karena pemotongan rantai molekul polimer dan selulosa terjadi jika peroksida berlebihan. Modifikasi perekat berbahan dasar getah perca dengan variasi kadar MAH dan BPO meningkatkan keteguhan geser kayu laminasi untuk semua kondisi pengujian. Peningkatan keteguhan geser kayu laminasi hingga 3.6 kali uji kering, 2.3 kali rendam air dingin, dan 3.3 kali rendam air panas dibandingkan dengan GPT. Hal ini diduga berkaitan dengan adhesi yang terjadi antara kayu dengan perekat getah perca. Pada kayu laminasi dengan perekat berbahan getah perca pada variasi kadar bahan aditif diduga tidak hanya adhesi mekanik tetapi terjadi adhesi spesifik yaitu terjadinya ikatan kimia antara gugus hidroksil kayu dengan getah perca termodifikasi MAH. Febrianto 1999; 2001 melaporkan pada komposit karet trans-1,4-isoprena, ikatan kimia yang terjadi antara MTIR dengan gugus OH kayu berupa esterifikasi. Terjadinya pencangkokan melalui esterifikasi antara MTIR dengan gugus OH kayu dapat memperbaiki sifat komposit. Coupling agent memainkan peran yang sangat penting dalam meningkatkan kompatibilitas dan kekuatan ikatan antara serat kayu yang bersifat polar dengan termoplastik yang bersifat non-polar. Metode maleasi menggunakan MAH dilakukan untuk memodifikasi matriks polimer dengan keberadaan penginisiasi radikal bebas Lu 2003. Perlakuan maleasi sangat meningkatkan kompatibilitas dan interfacial adhesion . Komposit yang diberi perlakuan MAPP dengan berat molekul cukup dan persen MAH cangkok menunjukkan perbaikan sifat mekanis, interfacial adhesion, dan stabilitas termal Kim et al. 2006; Lu et al. 2002; Kord 2011. 39

5.4 Simpulan