8
2.2.2.7 Pengujian Spektroskopi Infra Merah
Fourier Transform Infra Red FTIR ABB MB3000 digunakan untuk mengamati intensitas pita serapan partikel. Pengujian dilakukan dengan cara
mencampur 2 mg serbuk getah perca dengan 200 mg KBr dimasukkan ke dalam pelletizer. Pellet yang terbentuk ditempatkan dalam holder, dan sinar infra merah
dihamburkan. Pita serapan yang diamati adalah pada bilangan gelombang 3000- 400 cm
-1
dengan resolusi 16 cm
-1
.
2.3 Hasil dan Pembahasan
2.3.1 Sifat Fisis Resin Getah Perca
Hasil pengujian sifat fisis resin getah perca padat yang berwarna putih ke kreman meliputi kadar air, kerapatan, kadar abu, suhu pelelehan melting
temperature dan suhu transisi glas glass transition temperature disajikan pada Tabel 2.1. Nilai rataan kadar air 6.09 , kerapatan 1.01 g cm
-3
, kadar abu 0.074. Suhu transisi glas dan suhu pelelehan resin getah perca masing-masing
sebesar -56.75 ⁰C dan 51.67 ⁰C. Getah perca merupakan polimer alami dengan
isomer trans-1,4-isoprena. Nielsen 1985 melaporkan bahwa suhu transisi glas dan suhu pelelehan trans-1,4-isoprena sintetis berturut-turut sebesar -60
⁰C dan 74 ⁰C. Getah perca komersial memiki kisaran suhu pelelehan 60.9 ⁰C-66.7 ⁰C
dengan Defferential Thermal Analyser Ferrante et al. 2011. Terjadinya perbedaan suhu pelelehan dan transisi glas antara getah perca trans 1,4-isoprena
alami dengan trans-1,4-isoprena sintetis ini berkaitan dengan kemurnian bahan. Kandungan getah perca alami tidak murni masih mengandung damar, mono
terpena, diterperna, sesquiterpena dan bahan lainnya.
Bahan atau sampel polimer dapat mengandung daerah berkristal dan amorf maka sifat polimer dapat berubah dalam rentangan suhu yang kecil. Perubahan
sifat polimer dapat terjadi akibat pelelehan kristalit. Pelelehan pada dasarnya merupakan pemisahan rantai-rantai dalam daerah berkristal, sehingga
memungkinkan polimer mampu mengalir. Sifat polimer dapat berubah sebagai akibat transisi glas, suatu gejala yang berkenaan dengan daerah amorf. Oleh
karena peralihan ini polimer berubah dari zat yang keras dan mudah hancur menjadi lunak dan kenyal seperti karet dengan naiknya suhu, melewati suhu
transisi glas Cowd 1991.
Tabel 2.1 Sifat fisis resin getah perca Parameter
Nilai Kadar air
6.09+0.66 Kerapatan gcm
-3
1.01+0.085 Kadar abu
0.074+ 0.02 Suhu pelelehan
⁰
C
51.67 Transisi glas
⁰
C
-56.75 Derajat Kristalinitas
32.52 Selanjutnya hasil pengujian difraksi sinar X, derajat kristalinitas getah
perca adalah sebesar 32.52. Fischer dan Kent 1970 melaporkan bahwa derajat
9 kristalinitas trans 1,4-poliisoprena sintetis bervariasi berkisar 15-40
tergantung kadar kandungan unit trans 1,4. Derajat kritalinitas getah perca atau balata atau trans 1,4 polyisoprena + 30 Cerveny et al. 2008. Elastomer
atau karet ini memiliki derajat kritalinitas rendah. Polimer yang memiliki kekristalan rendah, jika tidak banyak mengandung sambung silang dapat
dilunakkan pada suhu tinggi.
Daerah berkristal atau kristalit adalah daerah dimana rantai-rantai polimer tersusun secara teratur, sedangkan daerah dimana rantai-rantai polimer berada
pada keadaan tidak teratur dikenal dengan daerah nirbentuk atau amorf. Daerah berkristal dapat terbentuk jika rantai-rantai saling mendekati sampai jarak dekat
sehingga menyebabkan gaya tarik antar rantai bekerja. Derajat kekristalan sangat mempengaruhi sifat polimer. Perubahan sifat polimer dapat terjadi akibat
pelelehan kristalit bagian kristal. Pelelehan pada dasarnya merupakan pemisahan rantai-rantai dalam daerah berkristal, sehingga memungkinkan polimer mampu
mengalir Cowd 1991.
2.3.2 Analisis Komponen Senyawa Kimia