Karakterisasi Perekat Pembuatan Kayu Laminasi. Pengujian Kayu Laminasi

13 umur 8 tahun dengan kerapatan rataan 0.34 gcm -3 0.33-0.36 gcm -3 diperoleh dari Kampus ITB Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. 3.2.2 Metode 3.2.2.1 Penyiapan Perekat Berbahan Dasar Getah Perca Perekat getah perca cair dibuat melalui teknik pelarutan. Modifikasi getah perca padat dilakukan melalui pelarutan dalam pelarut toluena dengan perlakuan : getah perca tanpa MAH dan BPO GPT, getah perca + MAH 5 dari berat getah perca GPM, getah perca + MAH 5 + BPO 0,75 dari berat getah perca GPMB. Rasio getah perca dengan pelarut toluena dalam berat, ww yang digunakan yaitu 15:85, 17.5:82.5, 20:80, dan 22.5:77.5. Prosedur modifikasi getah perca yaitu: getah perca padatan diparut sehingga berbentuk serbuk. Getah perca dengan dan tanpa penambahan MAH dilarutkan dalam pelarut toluena pada berbagai variasi rasio, kemudian dipanaskan pada water bath suhu 70°C selama 10 menit sambil diaduk dengan mixer sampai merata dan dibiarkan dingin selama 24 jam. Penambahan BPO dilakukan pada saat perekat akan diaplikasikan. Dengan teknik modifikasi melalui pelarutan ini, perekat berbahan dasar getah perca siap untuk diaplikasikan dalam bentuk cair.

3.2.2.2 Karakterisasi Perekat

Pengujian Sifat Fisis Perekat Pengujian sifat fisis perekat yang dihasilkan meliputi kenampakan uji visual, pH, kadar padat solid content, kekentalan viskositas, dan berat jenis perekat mengacu pada SNI 06-0060-1998 BSN 1998. Pengujian Spektroskopi Infra Merah Fourier Transform Infra Red FTIR ABB MB3000 digunakan untuk mengamati intensitas pita serapan partikel. Pengujian dilakukan dengan cara mencampur 2 mg serbuk perekat getah perca dengan 200 mg KBr kemudian dimasukan ke dalam pelletizer. Pellet yang terbentuk ditempatkan dalam holder, dan sinar infra merah dihamburkan. Pita serapan diamati pada bilangan gelombang 2750-500cm -1 dengan resolusi16 cm -1 . Pengukuran Sudut Kontak Perekat Sampel kayu ditempatkan pada permukaan meja datar, dengan bantuan statif di bagian atas permukaan sampel dipasang pipet. Tinggi penetesan perekat 1 cm di atas permukaan sampel. Pemotretan terhadap cairan perekat dilakukan pada saat cairan perekat mengenai bidang sampel, selanjutnya setiap 10 detik selama 1 menit menggunakan kamera Canon EOS 600. Foto hasil pemotretan diolah dengan menggunakan software motic untuk menentukan besarnya sudut kontak antara cairan perekat dengan permukaan sampel. Skema pengukuran sudut kontak disajikan pada Gambar 3.1.

3.2.2.3 Pembuatan Kayu Laminasi.

Lamina kayu sengon berukuran 200 mm x 80 mm x 10 mm dengan kadar air 9-10 dilaburi perekat berbahan dasar getah perca berat labur 250 g m -2 . 14 Setelah pelaburan merata, lamina kayu direkatkan saling sejajar serat. Selanjutnya kayu laminasi dikempa dingin selama 24 jam. Pengkondisian dilakukan pada suhu ruangan selama + 7 hari. Gambar 3.1. Skema pengukuran sudut kontak perekat

3.2.2.4 Pengujian Kayu Laminasi

Pengujian kayu laminasi meliputi kadar air, kerapatan, keteguhan geser, kerusakan kayu, dan rasio delaminasi mengacu pada standar JAS 234-2003 JPIC 2003. Uji keteguhan geser luas bidang geser sampel 6.25 cm -2 menggunakan Universal Testing Machine UTM dilakukan melalui uji kering dan uji basah perendaman air dingin selama 6 jam, dan perendaman air pada suhu 60 ⁰ selama 3 jam. Uji delaminasi dilakukan melalui perendaman air dingin dengan prosedur: contoh uji direndam dalam air pada suhu ruangan 10º-25ºC selama 6 jam selanjutnya dikeringkan pada temperatur 40±3°C selama 18 jam. Contoh uji geser disajikan pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Contoh uji pengujian keteguhan geser satuan mm

3.2.2.5 Pengujian Morfologi Ikatan