Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Konsep pembangunan masyarakat yang berlandaskan pada kesejahteraan masyarakat sering muncul dalam pidato-pidato pimpinan- pimpinan negara, namun dalam pelaksanaannya sangat sedikit walaupun harus diakui ada beberapa negara sedang berkembang yang telah menerapkannya dengan baik; seperti Taiwan, Israel, Puerto Rico, Yugoslavia, Korea dan Mesir. Adanya perbedaan penerapan tersebut bersumber pada pandangan yang dianut masing-masing negara dalam kaitannya dengan usaha-usaha pembangunan masyarakat kelurahan. Pandangan itu umumnya di bagi dua yaitu masyarakat ganda dan masyarakat yang membaharu dual and modernizing societies. Perbedaan ini dilihat dari prinsip mengorganisasi dan mengikutsertakan rakyat yang nampak dalam cara masyarakat memandang tata hubungan di antara pemerintah dan rakyat. Pembangunan Nasional Indonesia juga memiliki tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat atau mencapai masyarakat yang adil dan makmur secara merata, baik materil maupun spiritual. Pembangunan Nasional Indonesia dapat juga dikatakan adalah berupaya untuk meningkatkan harga diri dari masyarakat, dan berupaya untuk mencapai tingkat kualitas SDM yang tinggi dalam memanfaatkan seluruh potensi sumber daya secara optimal pembangunan Indonesia seperti tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke 4 yang menyatakan Universitas Sumatera Utara bahwa pembangunan yang ada di Indonesia bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia menuju ke arah yang lebih baik, menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya sehari-hari dapat tercapai. Pemanfaatan potensi tersebut harus di barengi dengan pengusahaan perbaikan kualitas di bidang SDM dimana masyarakat yang ada di suatu wilayah dapat menikmati hasil dari sumber daya yang dimiliki oleh alam mereka dan bukannya mengalami kekurangan. Hal ini dapat di kaji dengan pemahaman yang baik dari pihak pengguna produsen SDA itu sendiri. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum atau Rechstaat tidak saja mengutamakan kesejahteraan rakyat sebagaimana dimaksudkan dalam artian Wellfare State, akan tetapi lebih dari itu yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Tujuan pembangunan Indonesia antara lain untuk mencapai kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur baik materil maupun spiritual, yang menjunjung tinggi martabat dan hak-hak azasi serta kewajiban manusia sesuai dengan Pancasila hanya dapat dicapai apabila masyarakat dan negara berada dalam taraf kesejahteraan sosial yang sebaik-baiknya serta menyeluruh dan merata. Untuk mewujudkan tujuan negara tersebut khususnya bidang pembangunan sosial maka diperlukan usaha pembangunan yang terencana dan berkesinambungan. Menyadari akan hal tersebut, maka pemerintah Indonesia dalam penyelenggaraan pembangunan negara melaksanakan dua bentuk pemerintahan yaitu pemerintahan daerah yang merupakan suatu sistem Universitas Sumatera Utara pemerintahan Indonesia. Dalam hal ini pemerintah Indonesia membuat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2003 tentang pemerintahan Daerah. Dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan bahwa dalam rangka melancarkan pelaksanaan pembangunan yang tersebar diseluruh pelosok negeri dalam membina kestabilan politik serta kesatuan bangsa maka hubungan yang serasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atas dasar yang nyata dan bertanggung jawab yang dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah serta dilaksanakan bersama-sama dengan sistem desentralisasi. Sekalipun dalam melaksanakan roda pemerintahan, negara Republik Indonesia telah memiliki Undang-Undang Dasar 1945 sebagi sumber dari segala sumber hukum yang berlaku, namun dalam masa peralihan tidak dapat menghindarkan diri daripada keluarnya produk hukum lama dengan pengertian selama tidak bertentangan dengan jiwa Undang-Undang Dasar 1945 pasal II Aturan Peralihan. Kaitan antara pembangunan dengan potensi kelurahan dapat di ambil setelah kita mengetahui bagaimana proses lahirnya suatu sistem pemerintahan terendah dalam suatu masyarakat dalam hal ini kelurahan yang juga bekerjasama dengan pemerintahan kecamatan yang dapat mengkoordinir masyarakat dalam laju pembangunan dengan pengolahan SDM dan SDA yang berkualitas. Dimana dalam hal ini yang menjadi modal dasar dari pembangunan adalah adanya bahan dasar dalam hal ini SDA yang dapat di kelola menjadi suatu bentuk yang dapat dipergunakan masyarakat untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang ada di Kecamatan Medan Universitas Sumatera Utara Selayang. Kaitan tersebut diperoleh dengan menarik hubungan yang terjalin antara usaha pembangunan yang di laksanakan pemerintahan yang ada di kelurahan maupun kecamatan dengan potensi yang ada dengan pembenahan kualitas SDM yang berkualitas agar tidak terjadi tumpang tindih dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat. Selain itu juga bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masyarakat memahami pembangunan dan keterlibatan masyarakat dalam pembangunan tersebut. Penjelasan Pasal 18 Undang-Undang Dasar 1945 pada angka II berbunyi : Dalam teritoir Negara Indonesia terdapat lebih kurang 250 Zelfbestturande dan Volksgemeenschappen seperti daerah di Jawa dan Bali. Negari di Minangkabau Dusun dan Marga di Palembang dan sebagainya. Daerah-daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah-daerah istimewa tersebut. Sesuai dengan jiwa yang terkandung dalam pasal 18 Undang-Undang 1945 maka negara Indonesia dibagi dalam beberapa Daerah Otonom ataupun daerah yang bersifat administratif belaka. Pasal tersebut di samping mengandung cita-cita desentralisasi juga mengandung cita-cita sentralisasi. Di dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, sebelum berlakunya Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1974 asas dekosentrasi dianggap hanya sebagai pelengkap saja terhadap asas desentralisasi sungguhpun sebelum Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1965 Undang-Undang terakhir sebelum Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pemerintahan daerah telah disebut sebagai komplemen yang vital. Universitas Sumatera Utara Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah, asas tersebut bukan lagi dianggap sebagai pelengkap dari asas desentralisasi tetapi dipandang tidak kalah pentingnya di daerah. Oleh karena itu dalam menyelenggarakan otonomi yang nyata, dinamis dan bertanggung jawab sebagaimana di maksud dalam Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1974 kedua asas tersebut dilaksanakan bersama dan disamping itu diberikan kemungkinan pula pelaksanaan asas tugas pembantuan. Apakah suatu urusan pemerintah di daerah diselenggarakan berdasarkan asas desentralisasi atau asas dekonsentrasi terutama berdasarkan hasil guna dan daya guna penyelenggaraan urusan pemerintahan tersebut. Sehubungan dengan itu dalam rangka pelaksanaan otonomi yang nyata dinamis dan bertanggung jawab penyelanggaraan sebagai berikut : a. Pelaksanaan pemberian otonomi kepada daerah harus menunjang aspirasi- aspirasi perjuangan rakyat yakni memperkokoh Negara Kesatuan dan mempertinggi tingkat Kesejahteraan Rakyat Indonesia seluruhnya. b. Pemberian otonomi kepada daerah harus merupakan otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. c. Asas desentralisasi dilaksanakan bersama-sama dengan asas dekosentrasi dengan memberikan kemungkinan pula bagi pelaksanaan asas tugas pembantuan. d. Pemberian otonomi kepada daerah mengutamakan aspek keserasian dengan tujuan di samping aspek pendemokrasian. Universitas Sumatera Utara e. Tujuan pemberian otonomi kepada daerah adalah untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintahan daerah, terutama dalam pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat serta meningkatkan pembinaan kestabilan politik dan kesatuan bangsa. Walaupun arah kebijaksanaan maupun tujuan yang hendak dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah itu sudah jelas dan nyata-nyata sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 namun di dalam realisasinya pelaksanaan otonomi daerah itu belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Masih banyak dijumpai hambatan-hambatan maupun faktor-faktor yang mempengaruhi sehungga memerlukan pemikiran dan pemecahannya. Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 yang bertujuan untuk menciptakan kepastian hukum dan untuk menyeragamkan kedudukan pemerintah daerah kelurahan dengan perangkat yang ada dan sekaligus dibentuk pemerintahan yang lingkup kekuasaan wilayahnya meliputi kelurahan dan kecamatan. Pada tanggal 1 Desember 1979 telah disahkan dan diundang Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1979 tentang pemerintahan desa atau kelurahan. Undang-Undang ini adalah undang-undang yang memenuhi perintah dari Majelis Permusyawaratan Rakyat agar meninjau kembali dan mengganti Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1965 tentang desa praja. Judul undang-undang ini sebenarnya kurang lengkap karena undang-undang ini dalam materinya disamping mengatur Pemerintahan Desa juga memberikan ketentuan-ketentuan tentang pemerintahan Kelurahan. Kedua macam Universitas Sumatera Utara pemerintahan ini merupakan eselon pemerintahan terendah dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berada langsung di bawah Pemerintahan Kecamatan. Selanjutnya undang-undang tersebut menjelaskan bahwa Pemerintahan Desa berada diluar kota-kota : Ibukota Negara, Ibukota Propinsi, Ibukota KabupatenKotamadya, Kota Kecamatan dan kota-kota lain yang ditetapkan, sedangkan Pemerintahan Kelurahan berada di dalam kota-kota tersebut di atas. Otonomi yang sedang berjalan ini diartikan dengan pembangunan secara berkesinambungan dimana pemerintah daerah berkewajiban mengelola daerahnya sendiri dan pemerintah pusat hanya memantau dan tidak bertanggung jawab secara penuh terhadap daerah. Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Kecamatan Medan Selayang apabila di lihat dari unsur subjeknya adalah untuk mengetahui bagaiamana potensi yang ada di Kecamatan tersebut dapat mempengaruhi pembangunan yang terjadi dalam masyarakat. Selain itiu peneliti melihat potensi yang ada di Kecamatan Medan Selayang belum sepenuhnya di gali untuk kesejahteraan masyarakat yang ada di sekitarnya. Hal ini dapat terlihat dari masih banyak masyarakat miskin yang ada di Kecamatan Medan Selayang yang tidak di berdayakan potensi SDMnya. Sedangkan apabila dilihat dari unsur objektivitasnya adalah untuk mengetahui peranan pemerintah kecamatan dan kelurahan untuk mengelola potensi yang ada di Kecamatan Medan Selayang. Tujuannya adalah pemerintahan kecamatan maupun kelurahan dapat meningkatakan kualitas SDM dan SDA yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang ada di Kecamatan Medan Universitas Sumatera Utara Selayang. Kedua unsur tersebut yang menjadi alasan bagi peneliti mengadakan penelitian tentang pemetaan potensi kelurahan dalam pelaksanaan pembangunan kesejahteraan sosial masyarakat di Kecamatan Medan Selayang. Hal tersebut menarik perhatian peneliti karena fasilitas yang ada di Kecamatan Medan Selayang seharusnya dapat menunjang kehidupan yang baik bagi masyarakat. Oleh sebab itu peneliti merasa perlu untuk meneliti potensi yang ada di Kecamatan Medan Selayang. Dari penjelasan di atas dapat ditarik sebuah hubungan antara pemetaan potensi yang ada di Kelurahan dengan pembangunan kesejahteraan masyarakat adalah memberdayakan potensi yang ada di kelurahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat baik dari segi materil maupun spiritual.

I.2. Perumusan Masalah