Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebangkrutan bankruptcy biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Undang-Undang No. 4 tahun 1998 menyatakan suatu institusi yang mengalami pailit melalui keputusan pengadilan apabila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sering juga disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan ataupun insolvibilitas. Kondisi perekonomian Indonesia tidak lepas dari gejolak faktor eksternal. Krisis keuangan global yang melanda dunia belakangan ini merupakan sumber instabilitas yang terutama. Hal ini dikarenakan perekonomian Indonesia semakin terintegrasi dengan perekonomian global. Selain itu, sumber dana dari luar negeri selama ini merupakan salah satu sumber dana yang penting. Stabilitas perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi. Stabilitas ekonomi makro dicapai ketika hubungan variabel ekonomi makro yang utama berada dalam keseimbangan. Stabilitas ekonomi makro juga tidak hanya tergantung pada pengelolaan besaran ekonomi makro, tetapi juga tergantung kepada struktur pasar dan sektor-sektor terutamanya sektor perbankan. Universitas Sumatera Utara Secara praktis maupun teoritis telah diterima bahwa stabilitas dan efisiensi sektor perbankan dan keuangan sangat penting bagi stabilitas ekonomi makro setiap negara. Sektor perbankan dan keuangan yang sehat akan mampu memberi landasan yang kokoh bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apalagi dalam era globalisasi finansial, stabilitas sektor perbankan dan keuangan merupakan langkah antisipasi terhadap kemungkinan munculnya krisis dimasa akan datang. Pada dasarnya pentingnya penguatan sektor perbankan berlandaskan pada pendapat bahwa makin efisien dan stabil sektor perbankan, kinerja perekonomian makin baik. Sektor perbankan yang efisien akan memberikan landasan bagi efektifitas implementasi kebijakan stabilisasi ekonomi makro dan mobilitas modal asing, kebijakan ekonomi makro yang tepat dan didukung oleh mantapnya stabilitas dan efisiensi sektor perbankan akan cenderung mendapatkan arus masuk modal asing yang besar Johnston dan Sundrarajan, 1999 dalam Nugroho dan Soekarni, 2003:44. Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis nilai tukar rupiah yang meluas menjadi krisis ekonomi. Sepanjang tahun 1998, rupiah terdepresiasi dengan lebih dari 70 yang mencapai puncaknya pada bulan Juli 1998 dimana nilai tukar mencapai Rp. 14.700 per US. Tahun 1997 PDB tumbuh sebesar 4.7 dan berkontraksi hingga -13.1 di tahun 1998. Inflasi yang hanya berkisar rata-rata 8.1 antara 1991-1996, pada tahun 1998 meningkat tajam menjadi 77.6. Setelah terjadi krisis, pada bulan Juli 1998 nilai mata uang rupiah mengalami penurunan mencapai 83,2, indek saham terpangkas menjadi 35, kapitalisasi pasar berkurang sebesar 88, tingkat pengangguran meningkat menjadi 16,8, suku Universitas Sumatera Utara bunga meningkat menjadi 65, dan nilai impor menurun hingga 33,4. Di samping itu, sejak bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi banyak bank yang dilikuidasi. Bank yang dilikuidasi berjumlah 16 bank. Beberapa tahun belakangan ini gejolak keuangan muncul kembali yaitu pada tahun 2007 sebagai akibat dari krisis yang terjadi di Amerika Serikat yaitu kendala di sektor perumahan Amerika serikat, yakni yang disebut dengan subprime mortgage. Dampak kasus skandal KPR di Amerika tahun 2007, sampai sekarang masih terasa. Dampak krisis global ini masih panjang. Karena kerugiannya bukan hanya Indonesia, bahkan sekuritas dan perbankan hampir di seluruh dunia. Terbukti perbankan dunia, banyak bank-bank besar merugi, pasar modal melemah, investasi merugi, pasti investor terpaksa mengambil keuntungan dengan menjual investasi di pasar yang lain untuk menutupi kerugian www.kompas.com. Hal ini meningkat khususnya sejak awal semester II 2008 yang juga berdampak kepada terdepresiasinya nilai tukar rupiah dengan volatilitas yang juga meningkat. Dibandingkan akhir semester I 2008, nilai tukar rupiah melemah sekitar 20,5 hingga mencapai Rp11.120 per dollar AS pada akhir semester II 2008. Pelemahan ini masih terlihat meskipun volatilitasnya sudah semakin berkurang. Perkembangan ekonomi domestik pada awal semester II 2008 ditandai dengan tingginya inflasi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM dan tingginya harga komoditas pokok dunia. Pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi pada saat itu juga berpotensi meningkatkan tekanan inflasi ke depan sehingga Bank Indonesia menaikkan suku bunga kebijakannya BI rate sebagai upaya untuk Universitas Sumatera Utara meredam tekanan inflasi. Sejak Juli sampai dengan Oktober, secara berturut-turut BI rate terus dinaikkan sebesar 25 bps bits per second, sehingga mencapai 9,5 pada Oktober 2008. www.bi.go.id Tabel 1.1 Pergerakan Nilai Tukar, Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Januari 2008- Desember 2008 Bulan Nilai tukar Rupiah per dollar AS Rp. Tingkat suku bunga Tingkat inflasi Januari 9406,35 8 7.36 Februari 9181,15 8 7.40 Maret 9184,94 8 8.17 April 9208,63 8 8.96 Mei 9290,80 8,25 10.38 Juni 9295,71 8,50 11.03 Juli 9163,45 8,75 11.90 Agustus 9149,25 9 11.85 September 9340,65 9,25 12.14 Oktober 10.048,35 9,50 11.77 November 11.711,15 9,50 11.68 Desember 11.324,84 9,25 11.06 Sumber: www.bi.go.id data diolah Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh bangsa. Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, salah satunya menjaga kestabilan moneter yang di sebabkan atas kebijakannya terhadap simpanan masyarakat serta sebagai lalu lintas pembayaran. Bank sendiri merupakan suatu badan usaha yang tujuannya menghasilkan keuntungan atau laba. Dalam hal ini maka berlaku prinsip going concern yang artinya kegiatan usaha harus dilakukan secara terus-menerus tidak hanya sesaat atau sekali selesai lalu tidak berkelanjutan. Menurut Indriyo 2000:5 tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan keuntungan dan memaksimumkan kemakmuran pemiliknya. Dari dua tujuan utama perusahaan tersebut, maka pihak manajemen harus dapat menghasilkan keuntungan yang Universitas Sumatera Utara optimal serta pengendalian yang seksama terhadap kegiatan operasional terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan. Menurut Fakhrurozie 2007:18 Kebangkrutan yang terjadi pada perbankan di Indonesia disebabkan oleh nilai mata uang rupiah yang menurun, suku bunga tinggi, terjadinya rush, hutang membengkak, simpanan nasabah rendah dan tingginya kredit macet yang melanda hampir seluruh bank di Indonesia. Bank-bank tersebut dilikuidasi oleh pemerintah dikarenakan bank-bank tersebut mengalami ketidakmampuan atau kegagalan dalam ekonomi dan keuangan. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Sementara itu, kegagalan keuangan disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar daripada tingkat laba biaya historis investasi. Terjadinya likuidasi pada sejumlah bank telah menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder dan shareholder. Kondisi ini tentu saja membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika perusahaannya mengalami kesulitan keuangan yang bisa mengarah ke kebangkrutan. Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah dengan munculnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Perpu nomor 1 tahun 1998 yang mengatur kepailitan. Menurut Perpu tersebut debitur yang terkena default gagal bayar dapat dinyatakan bangkrut oleh dua debitur saja. Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar jika proses likuidasi pada sebuah lembaga perbankan dapat diprediksi lebih dini sehingga Universitas Sumatera Utara dapat dihindari terjadinya masalah yang berkaitan dengan nasabah, pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Penggunaan leverage sebagai sumber pendanaan mempunyai resiko yang sangat besar terhadap kebangkrutan suatu bank di samping faktor nilai tukar kurs, tingkat bunga dan inflasi . Resiko ini disebabkan karena di masa yang akan datang penggunaan leverage mempunyai konsekuensi yang pasti berupa kewajiban finansial dalam hal membayar angsuran pokok dan angsuran bunga. Di sisi lain dana yang berasal dari leverage yang ditanamkan dalam bentuk investasi tersebut tidak mempunyai kepastian akan meningkatkan return perusahaan. Keadaan seperti ini bisa menimbulkan resiko keuangan dalam perusahaan. Resiko keuangan tersebut dapat berujung kepada kebangkrutan perusahaan yang bersangkutan. Berikut ini adalah total hutang industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kebangkrutan pada bank. Tabel 1.2 Rata-rataTotal Hutang Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan 2006-2010 Disajikan dalam jutaan rupiah Tahun Bank 2006 2007 2008 2009 2010 BNBA 1.384.743 1.579.376 1.651.064 1.988.575 2.226.392 BBCA 158.729.984 197.563.277 222.290.546 254.535.601 289.851.060 BNGA 41.752.356 84.661.444 93.836.346 95.827.902 129.812.352 BDMN 72.385.809 78.239.244 96.159.098 82.695.967 99.597.545 BEKS 1.223.792 1.233.531 1.403.990 1.472.269 1.305.059 SDRA 892.210 1.283.236 1.776.624 2.150.071 2.852.188 BNII 47.516.558 46.629.389 51.807.459 55.538.722 67.671.237 Universitas Sumatera Utara Tahun Bank 2006 2007 2008 2009 2010 BKSW 1.926,059 2.052.167 2.162.228 2.347.783 2.411.792 BMRI 241.171.346 289.835.512 327.896.740 359.318.341 407.704.515 MAYA 3.328.594 3.533.225 4.562.349 6.636.407 8.618.888 Rata-rata total Hutang 570.311.451: 10 57.031.145 706.610.401:10 70.661.040 803.546.444:10 80.354.644 862.511.638:10 86.251.163 1.012.051.028: 10 101.205.102 Sumber: www.idx.co.id data diolah Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rata total hutang industri perbankan di BEI mengalami peningkatan setiap tahun, seperti pada tahun 2007 meningkat sebesar 23,89 dari tahun 2006, kemudian meningkat lagi pada tahun 2008 sebesar 13,71 dan pada tahun 2009 juga tetap mengalami peningkatan sebesar 7,33, serta meningkat lagi pada tahun 2010 sebesar 17,33. Bank kemungkinan akan menghadapi resiko kebangkrutan jika Bank meningkatkan hutang dengan meminjam tambahan dana Brigham, 2001:87. Sumber : www.idx.co.id data diolah Grafik 1.1. Rata-rata Total Hutang Industri Perbankan di BEI Periode Tahunan 2006-2010 20000000 40000000 60000000 80000000 10000000 12000000 2006 2007 2008 2009 2010 rata - rata total hutang Universitas Sumatera Utara Grafik 1.1 menunjukkan peningkatan rata-rata total hutang. Peningkatan total hutang tahun 2007, tahun 2008 demikian juga pada tahun berikutnya. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini dapat mengakibatkan adanya tindakan hukum dari kreditur perusahaan, dan mungkin menimbulkan kebangkrutan Brigham, 2001:87. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti termotivasi untuk membahas lebih lanjut mengenai dampak hutang terhadap kondisi perusahaan dengan judul: “Analisis Hubungan Leverage dengan Altman Z - Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia ”.

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti

Dokumen yang terkait

Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

5 107 80

Analisis Pengaruh Kebangkutan Bank dengan Metode Altman Z-Score terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

9 84 125

Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 91 91

Analisis Hubungan Variabel Makro Ekonomi Dengan Resiko Kebangkrutan (ALTMAN Z-SCORE) Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 23 94

ANALISIS RESIKO KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA INDUSTRI OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG LIST DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014.

0 2 23

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) UNTUK MEMPREDIKST KEBANGKRUTAN PADA INDUSTRI TEKSTIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 6

Evaluasi Kebangkrutan pada Industri Perbankan di Indonesia dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score dan Camels.

0 0 19

Analisis Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia Periode 2001-2012 (Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score)

0 0 13

Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

0 0 10

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

3 15 17