Analisis Hubungan Leverage dengan Altman Z-Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS HUBUNGAN LEVERAGE DENGAN ALTMAN

Z–SCORE PADA INDUSTRI PERBANKAN

DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh:

FERNANDO ROTELINO S 060521025

PROGRAM STUDI STRATA I MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN

PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI Nama : Fernando Rotelino Sipayung

NIM : 060521025 Program Studi : Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Keuangan

Judul Skripsi : Analisis Hubungan Leverage dengan Altman Z-Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia

Medan, November 2011

Penulis

Fernando Rotelino Sipayung NIM: 060521025


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK Nama : Fernando Rotelino Sipayung

NIM : 060521025 Program Studi : Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Keuangan

Judul Skripsi : Analisis Hubungan Leverage dengan Altman Z-Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia

Tanggal ... Ketua Program Studi

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP :

Tanggal... Dekan Fakultas Ekonomi

Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec NIP : 131285985


(4)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul:

”ANALISIS HUBUNGAN LEVERAGE DENGAN ALTMAN Z-SCORE PADA INDUSTRI PERBANKAN DI BURSA EFEK INDONESIA”

Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Medan, November 2011

Fernando Rotelino Sipayung NIM : 060521025


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Hubungan Leverage dengan Altman Z-Score pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Hubungan Rasio Leverage yang terdiri dari Total Debt to Total Asset Ratio (DAR), Total Debt to Equity Ratio

(DER), Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Time Interest Earned Ratio (TIE) dengan Altman Z-Score di BEI.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder dari laporan keuangan Industri Perbankan yang dipublikasikan dari periode 2006 sampai dengan tahun 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis Korelasi Pearson pada tingkat signifikansi α = 5 %. Pengerjaan model Korelasi Pearson ini menggunakan alat bantu Program SPSS versi 17.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Total Debt to Total Asset Ratio

(DAR) memiliki hubungan yang negatif dan signifikan, Total Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan yang positif tetapi tidak sinifikan, Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) dan Time Interest Earned Ratio (TIE) memiliki hubungan yang positif dan signifikan

terhadap Altman Z-Score.


(6)

ABSTRACT

This study entitled “Analysis of Leverage Relationships with Altman Z-Score in the Banking Industry in Indonesia Stock Exchange”. The purpose of this study is to investigate and analyze the relationship Leverage Ratio of Total Debt to Total Asset Ratio (DAR), Total Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Time Interest Earned Ratio (TIE) with Altman Z-Score in IDX.

The data used in this study is quantitative data. Source of data in this study is secondary data from financial statements Banking Industry, published from the period 2006 until 2010. The research method used is the Pearson Correlation analysis methods on a significance α level = 5 %. The execution of the Pearson correlation model using the tools of this program SPSS version 17.0.

The result showed that the Total Debt to Total Asset Ratio (DAR) has a negative and significant relationship, Total Debt to Equity Ratio (DER) has a negative relationship but not significant, Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Time Interest Earned Ratio (TIE) has a positive and significant relationship to the Altman Z-Score.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas kasih karunia, bimbingan dan berkatNya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini, sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang ada. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi sempurnanya penulisan skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil terutama dari kedua orang tua tercinta, Ayahanda Beka Sipayung, SH dan Ibunda Rayani Purba, Bsc, atas kasih sayang, doa, motivasi dan dukungan baik moril maupun materil sehingga Penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan skripsi ini dengan baik. Penulis juga telah banyak mendapatkan bimbingan, nasehat, dan motivasi dari berbagai pihak selama perkuliahan hingga penulisan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si, selaku Ketua Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.


(8)

3. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, M.Ec, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara dan Dosen Pembimbing, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini.

4. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, M.Si selaku Dosen Penguji I, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Nakman Harahap, M.Si selaku Dosen Penguji II, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Raja Bongsu Hutagalung, M.Si selaku Dosen Wali.

7. Seluruh Dosen, Staff dan Civitas Akademi di lingkungan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, atas semua jasa yang telah diberikan selama masa perkuliahan.

8. My lovely brother and sister, Fernawaty Sipayung, Ferdinan Sipayung,

Feronika Sipayung yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis.

9. Saudara – saudara penulis dari keluarga besar Sipayung dan Purba yang telah memberikan dukungan dan perhatiannya kepada penulis.

10.Teman-teman penulis, khususnya Henri, Richard, Ronald, David, Muliadi, Vino serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan dukungan dan bantuan hingga selesainya skripsi ini.


(9)

Penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi para pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa menyertai kita senantiasa.

Medan, November 2011 Penulis

Fernando Rotelino Sipayung


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT………. ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

DAFTAR SINGKATAN... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan Penelitian... 9

1.4 Manfaat Penelitian... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoretis... 12

2.1.1 Kebangkrutan... 12

2.1.2 Laporan Keuangan... 18

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan……… 20

2.1.4 Rasio Leverage... 23

2.1.5 Struktur Modal……….. 26

2.1.6 Metode Altman Z-Score... 28

2.2 Penelitian Terdahulu……… 34

2.3 Kerangka Konseptual……… 36

2.4 Hipotesis……… 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian……….. 40

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian………... 40

3.3 Batasan Operasional……….. 41

3.4 Defenisi Operasional………. 41

3.5 Skala Pengukuran Variabel………... 45

3.6 Populasi dan Sampel……….. 45

3.7 Jenis Data……….. 48

3.8 Metode Pengumpulan Data……….. 48


(11)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan….……….. 52

4.1.1 Sejarah Umum Bursa Efek Indonesia……….. 52

4.1.2 Susunan Jabatan Kepengurusan di Bursa Efek Indonesia... 54

4.1.3 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia……… 56

4.1.4 Profil Bank di Bursa Efek Indonesia………... 57

4.2 Hasil Penelitian………..………... 58

4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian...……….. 58

1. Altman Z-Score………... 58

2. Total Debt to Total Asset Ratio (DAR)... 63

3. Total Debt to Equity Ratio(DER)... 65

4. Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR)... 68

5. Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)... 71

6. Time Interest Earned Ratio (TIE)... 74

4.2.2 Perbandingan Leverage dan Altman Z-Score………….. 77

4.2.3 Analisis Data Statistik………. 78

1. Hubungan Total Debt to Total Asset Ratio dengan Altman Z-Score... 80

2. Hubungan Total Debt to Equity Ratio dengan Altman Z-Score... 82

3. Hubungan Longterm Debt to Total Asset Ratio dengan Altman Z-Score... 84

4. Hubungan Longterm Debt to Equity Ratio dengan Altman Z-Score... 87

5. Hubungan Time Interest Earned Ratio dengan Altman Z-Score... 89

6. Hubungan Total Debt to Total Asset Ratio dengan Total Debt to Equity Ratio... 91

7. Hubungan Total Debt to Total Asset Ratio dengan Longterm Debt to Total Asset Ratio... 91

8. Hubungan Total Debt to Total Asset Ratio dengan Longterm Debt to Equity Ratio……... 92

9. Hubungan Total Debt to Total Asset Ratio dengan Time Interest Earned Ratio ……... 92

10. Hubungan Total Debt to Equity Ratio dengan Longterm Debt to Total Asset Ratio... 93

11. Hubungan Total Debt to Equity Ratio dengan Longterm Debt to Equity Ratio……... 93

12. Hubungan Total Debt to Equity Ratio dengan Time Interest Earned Ratio……..…... 94

13. Hubungan Longterm Debt to Total Asset Ratio dengan Longterm Debt to Equity Ratio ……... 94

14. Hubungan Longterm Debt to Total Asset Ratio dengan Time Interest Earned Ratio... 95


(12)

15. Hubungan Longterm Debt to Equity Ratio dengan

Time Interest Earned Ratio... 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 96

5.2 Saran... 97

DAFTAR PUSTAKA……….. 99


(13)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Pergerakan Nilai Tukar, Suku Bunga dan Tingkat Inflasi

Januari 2008- Desember 2008………... 4

1.2 Rata-rata Total Hutang Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)…………... 6

3.1 Prosedur Pemilihan Sampel...………... 46

3.2 Sampel Penelitian………... 47

4.1 Profil Industri Perbankan tahun 2006-2010……….. 57

4.2 Nilai Altman Z-Score Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)……….. 58

4.3 Total Debt to Total Asset Ratio (DAR) Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)……….. 63

4.4 Total Debt to Equity Ratio (DER) Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)……….. 66

4.5 Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR) Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)…………... 69

4.6 Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)...…… 72

4.7 Time Interest Earned Ratio (TIE) Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahunan (2006-2010)………. 75

4.8 Perbandingan Leverage (X) Terhadap Altman Z-Score (Y) Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)...………. 78


(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 1.1 Rata-rata Total Hutang Industri Perbankan di BEI

Periode Tahunan 2006-2010... 6 2.1 Kerangka Konseptual... 38 4.2 Fluktuasi Altman Z-Score di Industri Perbankan di Bursa Efek

Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)... 61 4.3 Fluktuasi Total Debt to Total Asset Ratio (DAR) di Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)... 64 4.4 Fluktuasi Total Debt to Equity Ratio (DER) di Industri Perbankan

di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)... 67 4.5 Fluktuasi Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR) di Industri

Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010).. 70 4.6 Fluktuasi Longterm Debt to Total Equity Ratio (LDER) di Industri

Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)....73 4.7 Fluktuasi Time Interest Earned Ratio (TIE) di Industri Perbankan

di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)... 76

4.8 Hubungan Total Debt to Total Asset Ratio (DAR) dengan Altman Z-Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia... 81

4.9 Hubungan Total Debt to Equity Ratio (DER) dengan Altman Z- Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia..……. 83 4.10 Hubungan Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR) dengan Altman Z-Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia.. 86 4.11 Hubungan Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) dengan Altman Z-Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia... 88 4.12 Hubungan Time Interest Earned Ratio (TIE) dengan Altman


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman 1. Correlations... 102 2. Rata-rata Total Hutang Industri Perbankan di BEI

Periode Tahunan 2006-2010... 103 3. Nilai Altman Z-Score Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia

Periode Tahunan (2006-2010)………... 104 4. Total Debt to Total Asset Ratio (DAR) Industri Perbankan

di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)……….. 107 5. Total Debt to Equity Ratio (DER) Industri Perbankan

di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)………. 110 6. Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR) Industri Perbankan

di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)……….. 113 7. Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) Industri Perbankan

di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan (2006-2010)...…….. 116 8. Time Interest Earned Ratio (TIE) Industri Perbankan

di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahunan (2006-2010)...….. 119 9. Perbandingan Leverage (X) Terhadap Altman Z-Score (Y)

Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan

(2006-2010)... 122 10. Net Working Capital to Total Assets Industri Perbankan di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Periode Tahunan (2006-2010)... 125 11. Retained Earnings to Total Assets Industri Perbankan di Bursa Efek

Indonesia (BEI) Periode Tahunan (2006-2010)... 128 12. EBIT to Total Assets Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Periode Tahunan (2006-2010)... 131 13. Market Value of Equity to Book Value of Debt Industri Perbankan

di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahunan (2006-2010)... 134 14. Sales to Total Assets Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI)


(16)

DAFTAR SINGKATAN

BEI = Bursa Efek Indonesia DAR = Debt to Total Asset Ratio DER = Debt to Equity Ratio

LDAR = Longterm Debt to Total Asset Ratio LDER = Longterm Debt to Equity Ratio TIE = Time Interest Earned Ratio DSA = Days Sales Outstanding BEP = Basic Earning Power ROA = Return on Asset ROE = Return on Equity

DOL = Degree of Operating Leverage DFL = Degree of Financial Leverage DTL = Degree of Total Leverage

EBIT = Earning Before Interest and Taxes EAT = Earning After Taxes

MDA = Multivariate Discriminant Analysis Bapepam = Badan Pelaksana Pasar Modal BAPEPAM = Badan Pengawas Pasar Modal JATS = Jakarta Automated Trading System IHSG = Index Harga Saham Gabungan BEJ = Bursa Efek Jakarta


(17)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul “Analisis Hubungan Leverage dengan Altman Z-Score pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis Hubungan Rasio Leverage yang terdiri dari Total Debt to Total Asset Ratio (DAR), Total Debt to Equity Ratio

(DER), Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Time Interest Earned Ratio (TIE) dengan Altman Z-Score di BEI.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah data sekunder dari laporan keuangan Industri Perbankan yang dipublikasikan dari periode 2006 sampai dengan tahun 2010. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis Korelasi Pearson pada tingkat signifikansi α = 5 %. Pengerjaan model Korelasi Pearson ini menggunakan alat bantu Program SPSS versi 17.0.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Total Debt to Total Asset Ratio

(DAR) memiliki hubungan yang negatif dan signifikan, Total Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan yang positif tetapi tidak sinifikan, Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) dan Time Interest Earned Ratio (TIE) memiliki hubungan yang positif dan signifikan

terhadap Altman Z-Score.


(18)

ABSTRACT

This study entitled “Analysis of Leverage Relationships with Altman Z-Score in the Banking Industry in Indonesia Stock Exchange”. The purpose of this study is to investigate and analyze the relationship Leverage Ratio of Total Debt to Total Asset Ratio (DAR), Total Debt to Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Time Interest Earned Ratio (TIE) with Altman Z-Score in IDX.

The data used in this study is quantitative data. Source of data in this study is secondary data from financial statements Banking Industry, published from the period 2006 until 2010. The research method used is the Pearson Correlation analysis methods on a significance α level = 5 %. The execution of the Pearson correlation model using the tools of this program SPSS version 17.0.

The result showed that the Total Debt to Total Asset Ratio (DAR) has a negative and significant relationship, Total Debt to Equity Ratio (DER) has a negative relationship but not significant, Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR), Longterm Debt to Equity Ratio (LDER), Time Interest Earned Ratio (TIE) has a positive and significant relationship to the Altman Z-Score.


(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebangkrutan (bankruptcy) biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Undang-Undang No. 4 tahun 1998 menyatakan suatu institusi yang mengalami pailit melalui keputusan pengadilan apabila debitur memiliki dua atau lebih kreditur dan tidak membayar sedikitnya satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih. Kebangkrutan sering juga disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan ataupun insolvibilitas.

Kondisi perekonomian Indonesia tidak lepas dari gejolak faktor eksternal. Krisis keuangan global yang melanda dunia belakangan ini merupakan sumber instabilitas yang terutama. Hal ini dikarenakan perekonomian Indonesia semakin terintegrasi dengan perekonomian global. Selain itu, sumber dana dari luar negeri selama ini merupakan salah satu sumber dana yang penting.

Stabilitas perekonomian sangat penting untuk memberikan kepastian berusaha bagi para pelaku ekonomi. Stabilitas ekonomi makro dicapai ketika hubungan variabel ekonomi makro yang utama berada dalam keseimbangan. Stabilitas ekonomi makro juga tidak hanya tergantung pada pengelolaan besaran ekonomi makro, tetapi juga tergantung kepada struktur pasar dan sektor-sektor terutamanya sektor perbankan.


(20)

Secara praktis maupun teoritis telah diterima bahwa stabilitas dan efisiensi sektor perbankan dan keuangan sangat penting bagi stabilitas ekonomi makro setiap negara. Sektor perbankan dan keuangan yang sehat akan mampu memberi landasan yang kokoh bagi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Apalagi dalam era globalisasi finansial, stabilitas sektor perbankan dan keuangan merupakan langkah antisipasi terhadap kemungkinan munculnya krisis dimasa akan datang.

Pada dasarnya pentingnya penguatan sektor perbankan berlandaskan pada pendapat bahwa makin efisien dan stabil sektor perbankan, kinerja perekonomian makin baik. Sektor perbankan yang efisien akan memberikan landasan bagi efektifitas implementasi kebijakan stabilisasi ekonomi makro dan mobilitas modal asing, kebijakan ekonomi makro yang tepat dan didukung oleh mantapnya stabilitas dan efisiensi sektor perbankan akan cenderung mendapatkan arus masuk modal asing yang besar (Johnston dan Sundrarajan, 1999 dalam Nugroho dan Soekarni, 2003:44).

Pada pertengahan tahun 1997 terjadi krisis nilai tukar rupiah yang meluas menjadi krisis ekonomi. Sepanjang tahun 1998, rupiah terdepresiasi dengan lebih dari 70% yang mencapai puncaknya pada bulan Juli 1998 dimana nilai tukar mencapai Rp. 14.700 per US$. Tahun 1997 PDB tumbuh sebesar 4.7% dan berkontraksi hingga -13.1% di tahun 1998. Inflasi yang hanya berkisar rata-rata 8.1% antara 1991-1996, pada tahun 1998 meningkat tajam menjadi 77.6. Setelah terjadi krisis, pada bulan Juli 1998 nilai mata uang rupiah mengalami penurunan mencapai 83,2%, indek saham terpangkas menjadi 35%, kapitalisasi pasar berkurang sebesar 88%, tingkat pengangguran meningkat menjadi 16,8%, suku


(21)

bunga meningkat menjadi 65%, dan nilai impor menurun hingga 33,4%. Di samping itu, sejak bangsa Indonesia mengalami krisis ekonomi banyak bank yang dilikuidasi. Bank yang dilikuidasi berjumlah 16 bank.

Beberapa tahun belakangan ini gejolak keuangan muncul kembali yaitu pada tahun 2007 sebagai akibat dari krisis yang terjadi di Amerika Serikat yaitu kendala di sektor perumahan Amerika serikat, yakni yang disebut dengan

subprime mortgage. Dampak kasus skandal KPR di Amerika tahun 2007, sampai

sekarang masih terasa. Dampak krisis global ini masih panjang. Karena kerugiannya bukan hanya Indonesia, bahkan sekuritas dan perbankan hampir di seluruh dunia. Terbukti perbankan dunia, banyak bank-bank besar merugi, pasar modal melemah, investasi merugi, pasti investor terpaksa mengambil keuntungan dengan menjual investasi di pasar yang lain untuk menutupi kerugian (www.kompas.com).

Hal ini meningkat khususnya sejak awal semester II 2008 yang juga berdampak kepada terdepresiasinya nilai tukar rupiah dengan volatilitas yang juga meningkat. Dibandingkan akhir semester I 2008, nilai tukar rupiah melemah sekitar 20,5% hingga mencapai Rp11.120 per dollar AS pada akhir semester II 2008. Pelemahan ini masih terlihat meskipun volatilitasnya sudah semakin berkurang. Perkembangan ekonomi domestik pada awal semester II 2008 ditandai dengan tingginya inflasi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM dan tingginya harga komoditas pokok dunia. Pertumbuhan ekonomi yang masih tinggi pada saat itu juga berpotensi meningkatkan tekanan inflasi ke depan sehingga Bank Indonesia menaikkan suku bunga kebijakannya (BI rate) sebagai upaya untuk


(22)

meredam tekanan inflasi. Sejak Juli sampai dengan Oktober, secara berturut-turut BI rate terus dinaikkan sebesar 25 bps (bits per second), sehingga mencapai 9,5% pada Oktober 2008. (www.bi.go.id)

Tabel 1.1

Pergerakan Nilai Tukar, Suku Bunga dan Tingkat Inflasi Januari 2008- Desember 2008

Bulan Nilai tukar Rupiah per dollar AS (Rp.)

Tingkat suku

bunga (%) Tingkat inflasi (%)

Januari 9406,35 8 7.36

Februari 9181,15 8 7.40

Maret 9184,94 8 8.17

April 9208,63 8 8.96

Mei 9290,80 8,25 10.38

Juni 9295,71 8,50 11.03

Juli 9163,45 8,75 11.90

Agustus 9149,25 9 11.85

September 9340,65 9,25 12.14

Oktober 10.048,35 9,50 11.77

November 11.711,15 9,50 11.68

Desember 11.324,84 9,25 11.06

Sumber:

Perbankan merupakan urat nadi perekonomian di seluruh bangsa. Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting, salah satunya menjaga kestabilan moneter yang di sebabkan atas kebijakannya terhadap simpanan masyarakat serta sebagai lalu lintas pembayaran. Bank sendiri merupakan suatu badan usaha yang tujuannya menghasilkan keuntungan atau laba. Dalam hal ini maka berlaku prinsip going concern yang artinya kegiatan usaha harus dilakukan secara terus-menerus tidak hanya sesaat atau sekali selesai lalu tidak berkelanjutan. Menurut Indriyo (2000:5) tujuan utama didirikannya suatu perusahaan adalah untuk memaksimumkan keuntungan dan memaksimumkan kemakmuran pemiliknya. Dari dua tujuan utama perusahaan


(23)

optimal serta pengendalian yang seksama terhadap kegiatan operasional terutama yang berkaitan dengan keuangan perusahaan.

Menurut Fakhrurozie (2007:18) Kebangkrutan yang terjadi pada perbankan di Indonesia disebabkan oleh nilai mata uang rupiah yang menurun, suku bunga tinggi, terjadinya rush, hutang membengkak, simpanan nasabah rendah dan tingginya kredit macet yang melanda hampir seluruh bank di Indonesia. Bank-bank tersebut dilikuidasi oleh pemerintah dikarenakan bank-bank tersebut mengalami ketidakmampuan atau kegagalan dalam ekonomi dan keuangan. Kegagalan ekonomi berkaitan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Sementara itu, kegagalan keuangan disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar daripada tingkat laba biaya historis investasi.

Terjadinya likuidasi pada sejumlah bank telah menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan stakeholder dan shareholder. Kondisi ini tentu saja membuat para investor dan kreditur merasa khawatir jika perusahaannya mengalami kesulitan keuangan yang bisa mengarah ke kebangkrutan. Tingkat kekhawatiran investor ini makin bertambah dengan munculnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) nomor 1 tahun 1998 yang mengatur kepailitan. Menurut Perpu tersebut debitur yang terkena default (gagal bayar) dapat dinyatakan bangkrut oleh dua debitur saja. Hal ini sebenarnya tidak akan menimbulkan masalah yang lebih besar jika proses likuidasi pada sebuah lembaga perbankan dapat diprediksi lebih dini sehingga


(24)

dapat dihindari terjadinya masalah yang berkaitan dengan nasabah, pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya.

Penggunaan leverage sebagai sumber pendanaan mempunyai resiko yang sangat besar terhadap kebangkrutan suatu bank di samping faktor nilai tukar (kurs), tingkat bunga dan inflasi . Resiko ini disebabkan karena di masa yang akan datang penggunaan leverage mempunyai konsekuensi yang pasti berupa kewajiban finansial dalam hal membayar angsuran pokok dan angsuran bunga. Di sisi lain dana yang berasal dari leverage yang ditanamkan dalam bentuk investasi tersebut tidak mempunyai kepastian akan meningkatkan return perusahaan. Keadaan seperti ini bisa menimbulkan resiko keuangan dalam perusahaan. Resiko keuangan tersebut dapat berujung kepada kebangkrutan perusahaan yang bersangkutan. Berikut ini adalah total hutang industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kebangkrutan pada bank.

Tabel 1.2

Rata-rataTotal Hutang Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia Periode Tahunan 2006-2010

(Disajikan dalam jutaan rupiah)

Tahun

Bank

2006 2007 2008 2009 2010

BNBA

1.384.743 1.579.376 1.651.064 1.988.575 2.226.392

BBCA

158.729.984 197.563.277 222.290.546 254.535.601 289.851.060

BNGA

41.752.356 84.661.444 93.836.346 95.827.902 129.812.352

BDMN

72.385.809 78.239.244 96.159.098 82.695.967 99.597.545

BEKS

1.223.792 1.233.531 1.403.990 1.472.269 1.305.059

SDRA


(25)

Tahun

Bank

2006 2007 2008 2009 2010

BKSW

1.926,059 2.052.167 2.162.228 2.347.783 2.411.792

BMRI

241.171.346 289.835.512 327.896.740 359.318.341 407.704.515

MAYA

3.328.594 3.533.225 4.562.349 6.636.407 8.618.888

Rata-rata total Hutang 570.311.451: 10 57.031.145 706.610.401:10 70.661.040 803.546.444:10 80.354.644 862.511.638:10 86.251.163 1.012.051.028: 10 101.205.102 Sumber:

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa rata-rata total hutang industri perbankan di BEI mengalami peningkatan setiap tahun, seperti pada tahun 2007 meningkat sebesar 23,89% dari tahun 2006, kemudian meningkat lagi pada tahun 2008 sebesar 13,71% dan pada tahun 2009 juga tetap mengalami peningkatan sebesar 7,33%, serta meningkat lagi pada tahun 2010 sebesar 17,33%. Bank kemungkinan akan menghadapi resiko kebangkrutan jika Bank meningkatkan hutang dengan meminjam tambahan dana (Brigham, 2001:87).

Sumber

Grafik 1.1.

Rata-rata Total Hutang Industri Perbankan di BEI Periode Tahunan 2006-2010 0 20000000 40000000 60000000 80000000 10000000 12000000

2006 2007 2008 2009 2010


(26)

Grafik 1.1 menunjukkan peningkatan rata-rata total hutang. Peningkatan total hutang tahun 2007, tahun 2008 demikian juga pada tahun berikutnya. Kegagalan dalam memenuhi kewajiban ini dapat mengakibatkan adanya tindakan hukum dari kreditur perusahaan, dan mungkin menimbulkan kebangkrutan (Brigham, 2001:87).

Berdasarkan permasalahan tersebut, maka peneliti termotivasi untuk membahas lebih lanjut mengenai dampak hutang terhadap kondisi perusahaan dengan judul: “Analisis Hubungan Leverage dengan Altman Z - Score Pada Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, maka peneliti dalam hal ini merumuskan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Total Debt to

Total Asset Ratio (DAR) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan

di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

2. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Total Debt to

Equity Ratio (DER) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di

Bursa Efek Indonesia (BEI)?

3. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Longterm Debt

to Total Asset Ratio (LDAR) dengan Altman Z-Score pada industri


(27)

4. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Longterm Debt

to Equity Ratio (LDER) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan

di Bursa Efek Indonesia (BEI)?

5. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Time Interest

Earned (TIE) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di Bursa

Efek Indonesia (BEI)?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulis melakukan penelitian, adalah :

a.Untuk menganalisis hubungan antara variabel Total Debt to Total Asset

Ratio (DAR) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

b. Untuk menganalisis hubungan antara variabel Total Debt to Equity Ratio

(DER) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di Bursa Efek

Indonesia (BEI).

c. Untuk menganalisis hubungan antara variabel Longterm Debt to Total

Asset Ratio (LDAR) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di

Bursa Efek Indonesia (BEI).

d. Untuk menganalisis hubungan antara variabel Longterm Debt to Equity

Ratio (LDER) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di Bursa


(28)

e. Untuk menganalisis hubungan antara variabel Time Interest Earned (TIE) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : a. Bagi Perusahaan/Perbankan

Hasil penelitian ini bermanfaat sebagai dasar pertimbangan dan masukan bagi pihak perusahaan/perbankan dalam mengevaluasi kinerja keuangan untuk menetapkan kebijakan selanjutnya.

b. Bagi Investor

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menanamkan modalnya pada industri perbankan yang terdaftar di BEI. c. Bagi Peneliti

Peneliti selanjutnya sebagai salah satu rujukan untuk melakukan penelitian di bidang keuangan khususnya yang menyangkut pengaruh rasio leverage terhadap Altman Z-Score.

d. Bagi Penulis

Sebagai implementasi untuk menerapkan pengetahuan teoritis yang telah diperoleh dari bangku kuliah.


(29)

e. Bagi pihak lain

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan, serta untuk memberikan informasi sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti lain dalam penelitian selanjutnya.

f. Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Memberikan kesempatan untuk menerapkan teori yang telah didapatkan di bangku kuliah serta menambah wawasan dalam bidang keuangan khususnya yang menyangkut rasio leverage yang terdiri dari pengaruh analisis rasio leverage terhadap resiko Altman Z-Score.


(30)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoretis 2.1.1 Kebangkrutan

a. Pengertian Kebangkrutan

Istilah “pailit” dijumpai dalam perbendaharaan bahasa Belanda, Perancis, Latin dan Inggris. Dalam bahasa Perancis, istilah “failite” artinya pemogokan atau kemacetan dalam melakukan pembayaran. Orang yang mogok atau macet atau berhenti membayar hutangnya disebut dengan Le falli. Di dalam bahasa Belanda dipergunakan istilah faillit yang mempunyai arti ganda yaitu sebagai kata benda dan kata sifat. Sedangkan dalam bahasa Inggris dipergunakan istilah to fail, dan di dalam bahasa Latin dipergunakan istilah failire. Di Negara – negara yang berbahasa Inggris, untuk pengertian pailit dan kepailitan dipergunakan istilah “bankrupt” dan “bankruptcy”.

Dalam Black’s Law Dictionary pailit atau “Bankrupt” adalah “the state or

conditional of a person individual, partnership, corporation, municipality who is unable to pay its debt as they are, or became due.’ The term includes a person against whom an involuntary petition has been filed, or who has filed a voluntary petition, or who has been adjuged a bankrupt.

Pengertian yang diberikan dalam Black’s Law Dictionary tersebut, dapat kita lihat bahwa pengertian pailit dihubungkan dengan “ketidakmampuan untuk membayar” dari seseorang (debitur) atas hutang-hutangnya yang telah jatuh


(31)

tempo. Ketidakmampuan untuk membayar tersebut diwujudkan dalam bentuk tidak dibayarnya utang meskipun telah ditagih dan ketidakmampuan tersebut harus disertai dengan proses pengajuan ke pengadilan baik atas permintaan debitor itu sendiri maupun atas permintaan seseorang atau lebih kreditornya. Selanjutnya pengadilan akan memeriksa dan memutuskan tentang ketidakmampuan seorang debitor.

Menurut R. Soekardono dalam Sunarmi (2009:21) kepailitan adalah penyitaan umum atas harta kekayaan si pailit bagi kepentingan semua penagihnya, sehingga Balai Harta Peninggalanlah yang ditugaskan dengan pemeliharaan dan pemberesan boedel dari orang yang paillit.

Menurut Retnowulan dalam Rahayu (2008:23) yang dimaksud dengan kepailitan adalah eksekusi massal yang ditetapkan dengan keputusan Hakim, yang berlaku serta merta, dengan melakukn penyitaan umum atas semua harta orang yang dinyatakan pailit, baik yang ada pada waktu pernyataan pailit, maupun yang diperoleh selama kepailitan berlangsung, untuk kepentingan semua kreditur, yang dilakukan dengan pengawasan pihak yang berwajib.

Kebangkrutan sebagai suatu kegagalan yang terjadi pada sebuah perusahaan didefinisikan dalam beberapa pengertian menurut Martin dalam Fakhrurozie (2007:15) yaitu :

1) Kegagalan Ekonomi (Economic Distressed)

Kegagalan dalam ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutupi biayanya sendiri, ini berarti tingkat labanya lebih kecil dari biaya modal atau nilai sekarang dari


(32)

arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan. 2) Kegagalan Keuangan (Financial Distressed)

Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk menjaga agar tidak terkena financial distressed. Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di Negara yang sedang mengalami kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian semakin sakit dan bangkrut.

b. Sumber – sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan

Menurut Hanafi (2003:264) kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :

1) Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.

2) Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada persaingan yang dihadapi oleh perusahaan.

3) Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya. 4) Kualitas manajemen.

5) Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya.

Menurut Suwarsono dalam Fakhrurozie (2007:18), ada beberapa tanda atau indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan antara lain :


(33)

a) Indikator dari lingkungan bisnis

Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama banyak perusahaan baru yang memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab mengecilnya perusahaan yang lain.

b) Indikator internal

Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat mengantisipasi perubahan.

c) Indikator kombinasi

Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu saja.

c. Faktor – faktor Penyebab Kebangkrutan

Kebangkrutan yang terjadi pada perbankan di Indonesia disebabkan oleh nilai mata uang rupiah yang menurun, suku bunga tinggi, terjadinya rush, hutang membengkak, simpanan nasabah rendah dan tingginya kredit macet yang melanda hampir seluruh bank di Indonesia. Menurut Jauch dan Glueck dalam Adnan (2000:139) faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan adalah :


(34)

a) Faktor Umum 1) Sektor ekonomi

Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.

2) Sektor sosial

Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang terjadi di masyarakat.

3) Teknologi

Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.

4) Sektor pemerintah

Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif


(35)

ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.

b) Faktor Eksternal Perusahaan 1) Faktor pelanggan atau nasabah

Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing.

2) Faktor pemasok/kreditur

Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank.

3) Faktor pesaing/bank lain

Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah, perusahaan juga jangan melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan nasabah dan mengurangi pendapatan yang diterima.

c) Faktor Internal Perusahaan

Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut Harnanto dalam Adnan (2000:140) sebagai berikut :


(36)

1) Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.

2) Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen. 3) Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh

karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.

Tampubolon (2005:80-81) menyatakan perusahaan yang mengalami kegagalan disebabkan beberapa kejadian, antara lain:

1) Tingkat pengembalian yang sangat rendah (poor rate of return). 2) Jaminan aktiva terhadap hutang (technical insolvensy).

3) Bangkrut (bankrupt)

4) Manajemen yang tidak baik (poor management)

5) Kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan yang mempengaruhi perusahaan atau industry (an economic downturn effecting the company

and or industry).

6) Ekspansi yang berlebihan (over expention) 7) Bencana alam (catastrophe).

2.1.2 Laporan Keuangan

Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas yang bertuliskan angka – angka, tetapi sangat penting juga untuk memikirkan aktiva ril dibalik angka –


(37)

angka tersebut. Sutrisno (2000:11) Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan laporan rugi- laba. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak – pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Pihak – pihak yang berkepentingan tersebut antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan pemerintah.

Brigham (2001:38) Diantara berbagai laporan yang diterbitkan perusahaan kepada pemegang saham, laporan tahunan (annual report) adalah laporan yang paling penting. Ada dua jenis informasi yang diberikan dalam laporan ini. Pertama, adalah bagian verbal, yang sering kali disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang menguraikan hasil operasi perusahaan selama tahun lalu dan membahas perkembangan baru yang akan mempengaruhi operasi perusahaan di masa depan. Kedua, laporan tahunan yang menyajikan empat laporan keuangan dasar neraca, laporan laba – rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Laporan – laporan tersebut menyajikan angka – angka akuntansi dari operasi dan posisi keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan adalah seni untuk mengubah data dari laporan keuangan menjadi informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan (Van Horne & Wachowicz, 2005:193).

Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu mengetahui bagaimana perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil – hasil yang dicapai selama jangka waktu yang diamati. Laporan kemajuan perusahaan tersebut pada


(38)

hakikatnya merupakan kombinasi dari fakta – fakta yang telah dicatat (recorded

facts), kesepakatan – kesepakatan akuntansi (accounting conventions), dan

pertimbangan – pertimbangan pribadi (personal judgements). Pertimbangan atau pendapat pribadi berkaitan dengan kompetensi dan integritas pihak – pihak yang menyusun laporan keuangan, sedang kesepakatan akuntansi akan bersumber pada prinsip – prinsip dan konsep – konsep akuntansi yang lazim diterima umum.

Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi yang berguna, antara lain dalam (Martono & Harjito, 2001:52):

1. Pengambilan keputusan investasi 2. Keputusan pemberian kredit 3. Penilaian aliran kas

4. Penilaian sumber-sumber ekonomi

5. Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana

6. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-sumber dana 7. Menganalisis penggunaan dana

2.1.3 Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan harus dilakukan secara cermat dan terstuktur. Rumusan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan dapat kita temukan pada berbagai literature keuangan. Sebagai landasan teoritis dalam


(39)

penelitian ini, peneliti menghimpun berbagai sumber dengan maksud agar rumusan-rumusan tersebut dapat saling melengkapi sebagai kerangka acuan.

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya.

Jenis-jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, antara lain (Brigham, 2001:79-91):

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio likuiditas terdiri dari:

a. Rasio lancar (current ratio) b. Rasio cepat (quick ratio),

Rasio-rasio likuiditas ini mencerminkan perspektif waktu yang berbeda dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek.

2. Rasio Aktivitas (Activity Ratio)

Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio ini terdiri dari:

a. Rasio perputaran persediaan (inventory turnover ratio) b. Days sales outstanding (DSO)

c. Rasio perputaran aktiva tetap (fixed assets turnover ratio) d. Rasio perputaran total aktiva (total assets turnover ratio)


(40)

3. Rasio Profitabilitas (Profitability Rasio)

Rasio ini menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, aktivitas, dan utang terhadap hasil operasi. Rasio ini terdiri dari:

a. Margin laba atas penjualan (profit margin on sales) b. Rasio BEP (Basic Earning Power Ratio)

c. Pengembalian atas total aktiva (ROA)

d. Pengembalian atas ekuitas saham biasa (ROE)

Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu, profitabilitas dalam konteks analisis rasio untuk mengukur pendapatan menurut laporan laba rugi dengan nilai buku investasi.

4. Rasio Leverage

Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal.

Umar (2000:174) memberikan rumusan tentang rasio leverage sebagai berikut:

a. Total debt to total assets ratio (DAR) b.Total debt to equity ratio (DER)

c. Longterm debt to total assets ratio (LDAR) d. Longterm debt to equity ratio (LDER) e. Time interest earned ratio (TIE)


(41)

Rasio-rasio leverage berguna untuk menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta berapa besar perbandingan antara kewajiban tersebut dengan aktiva perusahaan. Sehubungan dengan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini, maka penulis hanya akan menggunakan atau membahas rasio-rasio yang berkaitan dengan leverage yang kemudian dikaitkan dan dilihat pengaruhnya terhadap nilai resiko kebangkrutan perusahaan yang dihitung dengan menggunakan rumus Altman Z Score.

2.1.4 Rasio Leverage

Syahyunan (2004:83) rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya, lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas.

Sjahrial (2009:147) Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap (beban tetap) berarti sumber dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan potensial pemegang saham.

Pembiayaan dengan hutang atau leverage keuangan memiliki tiga implikasi penting (Brigham, 2001:84) :

1. Memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas.


(42)

2. Kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka resiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.

3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka pengembalian atas pemilik modal akan lebih besar.

Pada praktiknya dikenal tiga macam bentuk leverage dalam perusahaan yaitu Leverage Operasi (Operating Leverage), Leverage Keuangan/Pembiayaan (Financial Leverage), dan Leverage Kombinasi (Combine Leverage). Leverage Operasi adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan. Penggunaan leverage operasi oleh perusahaan diharapkan agar penghasilan yang diperoleh atas penggunaan aktiva tetap tersebut cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Ukuran kuantitatif dari sensitivitas laba operasional perusahaan atas perubahan dalam penjualan perusahaan disebut Tingkat Leverage Operasi atau Degree of Operating

Leverage (DOL). Leverage Pembiayaan/Keuangan terjadi akibat perusahaan

menggunakan sumber dana dari hutang yang menyebabkan perusahaan harus menanggung beban tetap. Atas penggunaan dana hutang perusahaan setiap tahunnya dibebani biaya bunga. Leverage pembiayaan/Keuangan mengukur pengaruh perubahan keuntungan operasi (EBIT) terhadap perubahan pendapatan bagi pemegang saham (EAT). Yang mempengaruhi pendapatan pemillik adalah besarnya EBIT yang diterima dan struktur modal yang dipunyai. Ukuran


(43)

kuantitatif untuk sensitivitas EPS perusahaan atas perubahan dalam laba operasional perusahaan disebut Tingkat Leverage Keuangan atau Degree of

Financial Leverage (DFL). Leverage Kombinasi adalah pengaruh perubahan

penjualan terhadap perubahan laba setelah pajak. Ukuran kuantitatif untuk

Leverage Total disebut Tingkat Leverage Total atau Degree of Total Leverage

(DTL) (Sutrisno, 2000:239 - 244).

Penelitian ini hanya akan membahas atau menggunakan Financial

Leverage. Nilai Financial Leverage dapat diketahui dengan menghitung

nilai-nilainya dengan rumusan rasio-rasio leverage.

Adapun rasio-rasio leverage yang digunakan adalah berdasarkan rumusan yang dikeluarkan oleh Umar (200:174) sebagai berikut:

a. Total debt to total assets ratio (DAR) b.Total debt to equity ratio (DER)

c. Longterm debt to total assets ratio (LDAR) d. Longterm debt to equity ratio (LDER) e. Time interest earned ratio (TIE)

Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk membiayai sebagian daripada aktiva perusahaan. (Tampubolon, 2005:37) pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Tetapi, penggunaan hutang juga memberikan subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham. Oleh


(44)

karena itu, penggunaan hutang harus menyeimbangkan antara keuntungan dan kerugian.

2.1.5 Struktur Modal

Brigham (2005:9) leverage keuangan adalah sampai sejauh mana sekuritas dengan pendapatan tetap (hutang + saham preferent) digunakan dalam struktur modal perusahaan. Struktur modal dinyatakan dalam rasio hutang dan rasio hutang jangka panjang. Rasio itu sendiri terdapat dalam rasio leverage. Masalah yang berhubungan dengan kebangkrutan kemungkinan besar akan timbul ketika sebuah perusahaan memasukkan lebih banyak hutang dalam struktur modalnya. Untuk lebih jelasnya lagi, berikut ini adalah teori tentang struktur modal:

1. Teori Modigliani dan Miller

Menurut Modigliani dan Miller (MM), dengan pajak hanya saham sebuah perusahaan akan mencapai nilai maksimal Jika perusahaan sepenuhnya menggunakan 100%. MM mengembangkan teori pertukaran struktur modal. MM menunjukkan bahwa hutang adalah suatu hal yang bermanfaat karena bunga merupakan pengurangan pajak, tetapi hutang juga membawa serta biaya yang dikaitkan dengan kemungkinan atau kenyataan kebangkrutan. Menurut MM, struktur modal yang optimal adalah keseimbangan antara manfaat pajak dari hutang dan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan.

2. Trade-off

Struktur modal menunjukkan bahwa hutang bermanfaat bagi perusahaan karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak. Tetapi


(45)

hutang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Struktur modal yang optimal berada pada keseimbangan antara manfaat pajak dari hutang dan biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan hutang adalah pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengizinkan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak.

Setiap perusahaan harus menargetkan struktur modal, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan hutang sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimal. Semakin banyak hutang berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham dan juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan.

3. Pecking order

Pandangan alternatif yang ditujukan pada meramalkan bagaimana manajer akan mendanai anggaran modal perusahaannya. Perusahaan yang mempunyai keuntungan yang tinggi ternyata cenderung menggunakan hutang yang rendah.Teori ini menyatakan tak ada rasio tingkat leverage yang setepatnya ditentukan, hal ini dikarenakan rasio leverage yang diteliti (total hutang atas aktiva) hanya mencerminkan kumulatif pendanaan eksternal yang dibutuhkan perusahaan sepanjang waktu.


(46)

2.1.6 Metode Altman Z-Score

a) Rasio – rasio Keuangan Altman Z-Score

Menurut Altman, teknik penggunaan MDA (Multivariate Discriminant Analysis) mempunyai kelebihan dalam mempertimbangkan karakteristik umum dari perusahaan-perusahaan yang relevan, termasuk interaksi antar perusahaan tersebut. Di samping itu, pendekatan MDA dapat mengkombinasikan berbagai rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat digunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, pribadi, manufaktur, ataupun perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Kelemahan dari model ini adalah tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z skor diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Model ini juga tidak dapat mutlak digunakan karena adakalanya terdapat hasil yang berbeda jika kita menggunakan obyek yang berbeda. Meskipun demikian, penggunaan metode Altman dapat digunakan oleh bank untuk melakukan tindakan-tindakan pencegahan (early warning) apabila terindikasi sudah berada pada kondisi menuju kebangkrutan.

Analisis Z-Score Altman, penerapan analisis rasio keuangan masih terbatas karena dilakukan secara terpisah, artinya setiap rasio diuji secara terpisah. Untuk mengatasi keterbatasan analisa rasio tersebut, Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistic yaiitu analisis diskriminan yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan


(47)

dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan

Nilai resiko kebangkrutan perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan formula dan kriteria untuk memprediksi Corporate Failure yaitu rumus Altman Z-Score (Umar, 2000:305-307) sebagai berikut:

a. Net Working Capital to Total Asset Ratio

=

ts Total Asse

g capital Net workin

b. Retained Earning to Total Asset Ratio

= ts Total Asse ning tained ear Re

c. Earning Before Interest And Taxes to Total Asset Ratio

=

d. Market Value of Equity to Book Value of Debt Ratio

=

atio of debt r Book value

ty ue of equi Market val

e. Sales to Total Asset Ratio

=

ts Total Asse

venue

Re

b) Formula Altman Z-Score

Dalam melakukan analisis potensi kebangkrutan atau untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan pada perusahaan menggunakan metode yang ditemukan Altman yang dikenal dengan Z-Score. Dengan menggunakan metode Altman ini, kita akan dapat memprediksikan kemungkinan terjadinya


(48)

kebangkrutan pada Bank. Dari data laporan keuangan perusahaan akan dianalisis dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yang dianggap dapat memprediksi kebangkrutan sebuah perusahaan. Beberapa rasio keuangan yang mendeteksi

likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan yang akan menghasilkan

rasio-rasio atau angka-angka yang akan diproses lebih lanjut dengan formula Altman. Data atau hasil perhitungan kemudian akan dianalisis lebih jauh lagi dengan menggunakan sebuah formula yang ditemukan oleh Altman (www.perbanasinstitute.ac.id) yaitu:

Z = 0,012Y1 + 0,014Y2 + 0,033Y3 + 0,006Y4 + 0,999Y5 (1) Dimana:

1. Y1 = Net Working Capital to Total Assets 2. Y2 = Retained Earnings to Total Assets

3. Y3 = Earning Before Interest and Tax to Total Assets 4. Y4 = Market Value of Equity to Book Value of Debt 5. Y5 = Sales to Total Assets

Kondisi ini dapat dilihat dari nilai Z-Score-nya. Jika:

1. untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan risiko tinggi.

2. untuk nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,67 maka perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat. Kalau terlambat dan tidak tepat penanganannya, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi pada grey area ini ada


(49)

kemungkinan perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak tergantung bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat segera mengambil tindakan untuk segera mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan.

3. Untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,67, memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi.

Perkembangan selanjutnya banyak peneliti yang merasa lebih cocok dengan formula berikut:

Z = 1,2Y1 + 1,4Y2 + 3,3Y3 + 0,6Y4 + 1,0Y5 (2) Karena tidak semua perusahaan go public dan tidak memiliki nilai pasar, formula untuk perusahaan yang tidak go public diubah menjadi sebagai berikut:

Z = 0,717Y1 + 0,847Y2 + 3,107Y3 + 0,420Y4 + 0,998Y5 (3) Di mana untuk variabel Y4 = book value of equity/book value of total liabilities. Berbeda dengan kriteria Z-Score dalam persamaan (1), untuk persamaan (2) dan (3) penentuan prediksi mana bank yang diprediksi akan mengalami kesulitan keuangan atau tidak menggunakan kriteria yang sama Z-Score, yaitu jika:

1. untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan risiko tinggi.

2. untuk nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,99, perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat. Jika terlambat dan tidak tepat penangannya, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi pada grey area ini ada kemungkinan


(50)

perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak tergantung bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat segera mengambil tindakan untuk segera mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan.

3. untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,99 memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi.

Menurut Altman (1968) dalam Altman (1982:99-125) Altman Z-score

adalah suatu alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan diskriminan.

Secara matematis persamaan Altman Z-score ini bisa dirumuskan sebagai berikut: Z = 1,2(Y1) + 1,4(Y2) + 3,3(Y3) + 0,6(Y4) + 1,0(Y5)

Altman Z-score ini ditemukan oleh Altman (1968), tujuan dari analisis ini

adalah ramalan terhadap kebangkrutan digunakan sebagai suatu kasus yang membantu menjelaskan. Singkatnya, seperangkat rasio ekonomi dan keuangan

akan diteliti dalam suatu konteks ramalan kebangkrutan dimana suatu metodologi statistik multidiskriminan digunakan. Adapun rasio-rasio tersebut yaitu:

1. Modal Kerja / Total Aktiva (Y1)

Rasio ini mengukur likuiditas dengan membandingkan aktiva lancar bersih dengan total aktiva. Aktiva lancar bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai total aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat daripada total aktiva menyebabkan rasio ini turun.


(51)

2. Laba Ditahan / Total Aktiva (Y2)

Rasio ini mengukur kemampulabaan kumulatif dari perusahaan. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin muda perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai dari total laba ditahan mulai turun.

3. EBT / Total Aktiva (Y3)

Rasio ini mengukur kemampulabaan yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum pajak (EBT) tahunan perusahaan dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Bila rasio ini lebih besar dari rata-rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang yang lebih banyak daripada bunga pinjaman.

4. Modal Sendiri / Total Hutang (Y4)

Rasio ini merupakan kebalikan dari rasio hutang per modal sendiri. Nilai modal sendiri yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu jumlah saham perusahaan dikalikan dengan harga pasar per lembar sahamnya. Umumnya perusahaan yang gagal, mengakumulasikan lebih banyak hutang dibandingkan modal sendiri.

5. Penjualan/Total Aktiva (Y5)

Rasio perputaran modal adalah standar rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan yang merupakan suatu ukuran dari kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi yang kompetitif. Rasio akhir ini cukup penting, walaupun dalam faktanya signifikan


(52)

dari ukuran rasio ini tidak dapat dilihat semuanya tapi karena relasi yang unik diantara variabel dalam model ini, rasio penjualan/total aktiva menjadi rangking kedua dalam kontribusi keseluruhan ketepatan model diskriminan.

Kriteria resiko kebangkrutan sebuah perusahaan berdasarkan Altman Z-Score adalah :

1. untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan risiko tinggi.

2. untuk nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,99, perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu (grey area). Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat. Jika terlambat dan tidak tepat penangannya, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi pada grey area ini ada kemungkinan perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak tergantung bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat segera mengambil tindakan untuk segera mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan.

3. untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,99 memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Fakhrurozie (2007) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh kebangkrutan Bank dengan Metode Altman Z Score Terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini, peneliti


(53)

melakukan penelitian populasi, dimana peneliti menjadikan seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta menjadi subyek penelitian dengan populasi sasaran 22 perusahaan. Metode penelitiannya dilakukan dengan metode Analisis Regresi Linier Sederhana. Hasil penelitiannya Dari perhitungan rasio keuangan Z-Score pada tahun 2003 sampai tahun 2005 diperoleh nilai Z-Score yang masih rendah di bawah nilai 1,20 sehingga sebagian besar perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta masuk dalam kategori perusahaan yang bangkrut. Hanya pada tahun 2004 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk yang memiliki nilai Z-Score 1,83 itupun masih dalam daerah grey area.

Lubis (2007) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio

leverage terhadap resiko kebangkrutan perusahaan-perusahaan Telekomunikasi di

Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel perusahaan Telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Jakarta sebanyak 4 perusahaan yang dilakukan secara sensus. Metode penelitiannya yang dilakukan dengan metode Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitiannya rasio

leverage berpengaruh signifikan secara simultan terhadap resiko kebangkrutan

perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta dan rasio hutang merupakan rasio leverage yang paling dominan dalam mempengaruhi resiko kebangkrutan perusahaan.

Hutabarat (2008) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio

leverage terhadap resiko kebangkrutan perusahaan Logam dan sejenisnya di Bursa

Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini, dari 11 perusahaan Logam dan sejenisnya yang listing di Bursa Efek Jakarta diperoleh sampel sebanyak 9 perusahaan.


(54)

Metode penelitiannya yang dilakukan dengan metode Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitiannya rasio leverage berpengaruh signifikan secara

simultan terhadap resiko kebangkrutan perusahaan Logam dan sejenisnya di Bursa

Efek Indonesia dan rasio hutang merupakan rasio leverage yang paling dominan dalam mempengaruhi resiko kebangkrutan perusahaan.

Purba (2008) melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan Rasio leverage dengan resiko kebangkrutan (Altman Z-Score) pada perusahaan Transportasi di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini, dari 15 perusahaan Logam dan sejenisnya yang listing di Bursa Efek Jakarta diperoleh sampel sebanyak 9 perusahaan. Metode penelitiannya yang dilakukan dengan metode Analisis Korelasi Pearson. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel

Total Debt to Total Asset Ratio (DAR) memiliki hubungan yang negatif dan

signifikan dengan resiko kebangkrutan (Altman Z-Score). Variabel Total Debt to

Equity Ratio (DER), Longterm Debt to Total Asset Ratio (LDAR), dan Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) memiliki hubungan yang negatif tetapi tidak

signifikan dengan resiko kebangkrutan (Altman Z-Score). Variabel Time Interest

Earned Ratio (TIE) memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan resiko

kebangkrutan (Altman Z-Score).

2.3 Kerangka Konseptual

Sutrisno (2000:261) Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factornya = 0 artinya perusahaan dalam


(55)

beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah leverage factor, perusahaan mempunyai resiko yang kecil bila kondisi ekonomi merosot.

Utang meningkatkan ketidakpastian mengenai persentase pengembalian saham, jika perusahaan didanai seluruhnya oleh ekuitas, penurunan $50.000 dalam laba operasi mengurangi pengembalian pada saham sebesar 5 persen. Jika perusahaan menerbitkan utang, penurunan$50.000 dalam laba operasi yang sama mengurangi pengembalian pada saham sebesar 10 persen. Dengan kata lain, dampak dari leverage adalah menggandakan besaran dari peningkatan dan penurunan pada pengembalian saham perusahaan tertentu. Dana utang tidak mempengaruhi risiko operasi tetapi menambah risiko keuangan. Dengan hanya setengah ekuitas untuk menyerap jumlah risiko operasi yang sama, risiko per saham akan berlipat ganda. (Marcus, 2008:10)

Angka rasio utang yang semakin besar/meningkat dari tahun ke tahun bukanlah menunjukkan kinerja keuangan perusahaan yang semakin baik/berhasil. Melainkan sebagai gambaran semakin beratnya beban hutang perusahaan. (Abdullah, 2005:51 )

Peningkatan penggunaan hutang dalam perusahaan dapat menambah serta memperbesar resiko kebangkrutan sebuah perusahaan. Semakin tinggi proporsi penggunaan modal ekuitas dalam struktur modal maka akan memperkecil resiko kebangkrutan perusahaan (Wild, 2005:211-212). Perusahaan akan semakin bangkrut jika leverage diinvestasikan secara tidak produktif.


(56)

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka model kerangka konseptual yang digunakan adalah :

Sumber : Umar (2000:174), Abdullah (2005:52), Sutrisno (2000:261), Sofyan (2004:306)

diolah

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan permasalahan yang ada dan tujuan yang ingin dicapai maka hipotesis atau jawaban sementara yang diajukan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Total Debt to Total

Asset Ratio (DAR) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di

Bursa Efek Indonesia (BEI).

2. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Total Debt to Equity

Ratio (DER) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di Bursa

Efek Indonesia (BEI).

3. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Longterm Debt to

Total Asset Ratio (LDAR) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan

di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Rasio Leverage (X)

1. Total Debt to Total Asset Ratio (DAR)(X1) 2. Total Debt to Equity Ratio (DER)(X2)

3. Longterm Debt to Total Asset Ratio(LDAR)(X3) 4. Longterm Debt to Equity Ratio (LDER)(X4) 5. Time Interest Earned Ratio (TIE)(X5)

Altman Z – Score (Y)

1. Net Working Capital to Total Asset Ratio (Y1) 2. Retained Earning to Total Asset Ratio (Y2) 3. EBIT to Total Asset Ratio(Y3)

4. Market Value of Equity to Book Value of Debt Ratio(Y4)


(57)

4. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Longterm Debt to

Equity Ratio (LDER) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di

Bursa Efek Indonesia (BEI).

5. Terdapat hubungan yang signifikan antara variabel Time Interest Earned

(TIE) dengan Altman Z-Score pada industri perbankan di Bursa Efek


(58)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Indriantoro dan Supomo (2002:27) Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dimana penelitian eksperimen merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah yang sama dengan penelitian kausal komparatif, yaitu mengenai hubungan sebab - akibat antara dua variabel atau lebih.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh oleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (oleh pihak lain). Data mengenai laporan keuangan yang terdiri dari neraca dan laporan laba rugi diperoleh melalui media internet dimulai dari tahun 2006 – 2010.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian ini menggunakan data yang diperoleh secara tidak langsung dengan mengambil data di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui media internet dengan situs resmi BEI yaitu

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dimulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan selesai.


(59)

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional penelitian adalah:

a. Penelitian ini hanya terbatas untuk hubungan rasio leverage dengan kebangkrutan perusahaan (Altman Z-Score).

b. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DAR,

DER, LDAR, LDER, TIE serta resiko kebangkrutan perusahaan yang

dapat diukur dengan menggunakan Altman Z-Score melalui teknik Analisis Korelasi Pearson.

c. Data laporan keuangan yang digunakan adalah laporan keuangan industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, yang terdiri dari laporan neraca dan laba rugi untuk tahun 2006-2010.

3.4 Defenisi Operasional

Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah (Umar, 2000:305-307):

1. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat yang diteliti yaitu resiko kebangkrutan perusahaan yang diukur dengan Altman Z-Score yang ditemukan oleh Altman. Altman Z-Score digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio kemudian dimasukkan dalam suatu persamaan diskriminan.


(60)

a. Net Working Capital to Total Asset Ratio (Y1)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan modal kerja bersih dari keseluruhan total aktiva yang dimilikinya. Modal kerja bersih diperoleh dengan cara aktiva lancar (Current

assets) dikurangi dengan kewajiban lancar (Current liabilities).

Current assets pada perusahaan perbankan terdiri dari cash on hand

and banks, placement in other banks, notes and securities, loan and investmen. Current liabilities terdiri dari demand deposit, time deposit,

dan saving deposit. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Net Working Capital to Total Assets Ratio =

ts Total asse

g Capital Net Workin

b. Retained Earnings to Total Asset Ratio (Y2)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba ditahan terjadi dikarenakan pemegang saham biasa mengizinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali laba yang tidak didistribusikan sebagai dividen. Rumusnya adalah sebagai berikut :

Retained Earnings to Total Asset Ratio =

ts Total asse

nings tained Ear

Re

c. Earning Before Interest And Taxes to Total Asset Ratio (Y3)

Menurut Supardi dalam Fakhrurozie (2007:26) rasio ini merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio Earning Before Interest and


(61)

Tax di sisni adalah operating income. Rasio ini merupakan kontributor

terbesar dari model Altman Z-Score. Rumusnya adalah sebagai berikut:

EBIT to Total Asset Ratio =

d. Market Value of Equity to Book Value of Debt Ratio (Y4)

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban-kewajiban dari nilai pasar modal sendiri (saham biasa). Rumusnya adalah sebagai berikut :

Market Value of Equity to Book Value of Debt Ratio

= Market ValBook Valueue of Equi of Debtty

e. Sales to Total Asset Ratio (Y5)

Menurut M. Akhyar Adnan dalam Fakhrurozie (2007:27) rasio ini merupakan rasio yang mendeteksi kemampuan dana perusahaan yang tertananm dalam keseluruhan aktiva yang berputar dalam satu periode tertentu. Rasio ini mengukur kemampuan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk menghasilkan penjualan. Sales yang dipakai pada industri perbankan adalah revenue. Rumusnya adalah sebagai berikut:

Sales to Total Asset Ratio =

ts Total asse

venue

Re

f. Z = Resiko Kebangkrutan Perusahaan (Altman Z Score) Z = 1,2(Y1) + 1,4(Y2) + 3,3(Y3) + 0,6(Y4) + 1(Y5)


(1)

Lampiran 13

Market Value of Equity to Book Value of Debt Industri Perbankan

di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode Tahunan (2006-2010)

(Disajikan dalam jutaan rupiah)

Kode Tahun Modal Sendiri Total Hutang X4

BNBA 2006 357,008 1,384,743 0.257815349

2007 370,880 1,579,376 0.234826919

2008 393,303 1,651,064 0.238211844

2009 414,610 1,988,576 0.208495929

2010 434,660 2,226,392 0.195230669

BBCA 2006 18067360 158729984 0.113824493

2007 20441731 197563277 0.103469285

2008 23279310 222290546 0.104724697

2009 27856693 254535601 0.109441245

2010 34107844 289851060 0.117673691

BNGA 2006 4,787,095 41782356 0.114572165

2007 9,081,875 84661444 0.107272857

2008 9,302,467 93836346 0.099135009

2009 11,210,407 95827902 0.11698479 2010 13,767,417 129,812,352 0.106056294

BDMN 2006 9441927 72385809 0.130438923

2007 10833445 78239344 0.138465438

2008 10579068 96159098 0.110016298

2009 15805751 82695967 0.191130856

2010 18,449,787 99,597,545 0.185243391

BEKS 2006 115,475 1,223,792 0.094358355

2007 116,188 1,233,531 0.09419139

2008 88,176 1,403,990 0.062803866

2009 -46,694 1,472,270 -0.03171565

2010 256,563 1305059 0.196591112

SDRA 2006 148,987 892,210 0.166986472

2007 179,809 1,283,236 0.140121536

2008 200,526 1,776,624 0.112869127

2009 253,624 2,150,071 0.117960756

2010 393,574 2,852,188 0.137990203

BNII 2006 5255253 47516558 0.110598352

2007 5343196 49629389 0.107661934

2008 4923055 51807459 0.095025988

2009 5258959 55538722 0.094689953


(2)

Kode Tahun Modal Sendiri Total Hutang X4

BKSW 2006 126,067 1,926,060 0.065453309

2007 132,326 2,052,167 0.064481107

2008 135,439 2,026,789 0.06682442

2009 178,493 2,169,291 0.082281722

2010 178,123 2,411,792 0.073855042

BMRI 2006 26340670 241171346 0.109219733

2007 29243732 289835512 0.100897684

2008 30513869 327896740 0.093059385

2009 35108769 394616604 0.088969315

2010 41,542,808 407704515 0.101894403

MAYA 2006 371271 3328594 0.111539887

2007 941652 3533226 0.266513379

2008 950345 4562349 0.208301688

2009 993521 6636407 0.149707666

2010 1,483,399 8,618,888 0.172110254

MEGA 2006 1934301 29038609 0.066611352

2007 2939137 31968591 0.091938272

2008 2870365 31990507 0.089725524

2009 3403242 36281380 0.093801338

2010 4366219 47230741 0.092444431

BBNI 2006 14794269 154596653 0.09569592

2007 17267483 166094416 0.103961851

2008 15431148 186279343 0.08283875

2009 19143582 208322445 0.091893996

2010 33,119,626 215,431,004 0.153736581

BBNP 2006 279813 3071661 0.091095013

2007 311662 3461176 0.090045118

2008 340026 3354788 0.101355436

2009 369426 3526973 0.104743076

2010 515,368 4,766,887 0.108114163

NISP 2006 2,454,932 21751058 0.112864947

2007 3,368,626 25600443 0.131584676

2008 3,630,670 30615168 0.118590563

2009 4,137,300 32915296 0.125695361

2010 4,532,506 39,942,316 0.113476294

BNLI 2006 3762072 34025970 0.110564725

2007 3902676 35336070 0.11044454

2008 4288662 49706027 0.086280523

2009 4835512 51107365 0.094614778


(3)

Kode Tahun Modal Sendiri Total Hutang X4

BBRI 2006 16878808 137846678 0.122446244

2007 19437635 184297303 0.105468906

2008 22356697 223720199 0.099931509

2009 27257381 289689648 0.094091664

2010 36673110 367,612,492 0.099760239

BSWD 2006 116,167 856,309 0.135660141

2007 124,653 1,043,091 0.119503476

2008 282,673 1,077,207 0.262412888

2009 302,479 1,234,899 0.244942299

2010 318,715 1,251,616 0.254642798

BVIC 2006 307851 2589620 0.118878832

2007 403562 4865424 0.082944878

2008 527950 5,097,148 0.10357753

2009 629350 6,729,657 0.093518882


(4)

Lampiran 14

Sales to Total Assets Industri Perbankan di Bursa Efek Indonesia (BEI)

Periode Tahunan (2006-2010)

(Disajikan dalam jutaan rupiah)

Kode Tahun Revenue Total Aktiva X5

BNBA 2006 183,791 1,741,751 0.105520824

2007 181,265 1,950,256 0.092944208

2008 210,117 2,044,367 0.102778513

2009 219,653 2,403,186 0.091400749

2010 239,141 2,661,052 0.08986709

BBCA 2006 17,128,225 176797344 0.096880556

2007 16,327,398 218005008 0.074894601 2008 19,301,181 245569856 0.078597517 2009 22,932,906 282392294 0.08120939 2010 20,660,602 323958904 0.063775379

BNGA 2006 5,321,683 46569451 0.114274119

2007 5,053,465 93743319 0.053907468

2008 9,795,732 103138813 0.094976195 2009 11,311,112 107038309 0.105673493 2010 12,448,430 143,579,769 0.086700446

BDMN 2006 11,955,723 81827736 0.146108442

2007 13,471,200 89072789 0.151238107 2008 16,118,989 106738166 0.151014296

2009 9,461,961 98501718 0.096058842

2010 9,908,450 98501718 0.100591647

BEKS 2006 189,861 1,339,267 0.141764861

2007 175,353 1,349,719 0.129918153

2008 176,861 1,492,166 0.118526357

2009 185,911 1,425,576 0.130411146

2010 115,744 1561622 0.074117808

SDRA 2006 157,023 1,041,197 0.150810077

2007 215,732 1,463,045 0.147454111

2008 302,925 1,977,150 0.153212958

2009 343,024 2,403,695 0.142706957


(5)

Kode Tahun Revenue Total Aktiva X5

BNII 2006 6,202,694 52771811 0.112610253

2007 5,547,373 54972585 0.113363925

2008 5,942,647 56730514 0.115456349

2009 6,231,908 60797681 0.102502396

2010 6,549,898 74,900,941 0.087447473

BKSW 2006 212,580 2,052,127 0.10359008

2007 227,790 2,184,493 0.104275912

2008 208,338 2,162,228 0.096353391

2009 217,219 2,347,784 0.092520862

2010 231,272 2,589,915 0.089297139

BMRI 2006 26,261,106 267512016 0.098167949

2007 23,928,549 319079244 0.074992496 2008 27,336,237 358410609 0.076270725 2009 32,598,964 429725373 0.075859993 2010 33,931,650 449,247,323 0.075529999

MAYA 2006 482,951 3699865 0.13053206

2007 497,385 4474878 0.111150516

2008 630,883 5512694 0.114441868

2009 918,893 7629928 0.120432722

2010 1,051,114 10102287 0.104047133

MEGA 2006 3,037,829 30972910 0.098080193

2007 3,343,898 34907728 0.095792485

2008 3,699,937 34860872 0.106134379

2009 3,737,455 39684622 0.094178924

2010 4,090,908 51596960 0.079285834

BBNI 2006 15,043,561 169390922 0.114804063

2007 14,877,720 183361899 0.081138558 2008 16,628,139 201710491 0.082435668 2009 19,446,766 227466027 0.085493057 2010 18,837,397 248,550,630 0.075788973

BBNP 2006 352,659 3351474 0.105225044

2007 334,163 3772838 0.088570726

2008 316,000 3694814 0.085525279


(6)

Kode Tahun Revenue Total Aktiva X5

BBNP 2010 436,290 5,282,255 0.082595407

NISP 2006 2,540,496 24205990 0.104953195

2007 2,623,282 28969069 0.090554584

2008 2,785,731 34245838 0.081345097

2009 3,367,537 37052596 0.090885319

2010 3,331,821 44,474,822 0.074914769

BNLI 2006 4,588,209 37788042 0.121419601

2007 4,096,153 39238746 0.104390517

2008 4,332,056 53994689 0.08023115

2009 5,722,531 55942877 0.102292397

2010 5,915,777 73,746,997 0.080217192

BBRI 2006 21,070,537 154725486 0.136180131

2007 23,240,631 203734938 0.114072879 2008 28,096,633 246076896 0.114178265 2009 35,334,131 316947029 0.111482765 2010 44,615,162 404,285,602 0.110355555

BSWD 2006 115,519 972,476 0.118788536

2007 104,458 1,167,744 0.089452825

2008 126,819 1,359,880 0.093257493

2009 159,217 1,537,378 0.10356399

2010 167,356 1,570,331 0.10657371

BVIC 2006 275,841 2897471 0.095200608

2007 352,275 5268986 0.066858215

2008 523,425 5625098 0.093051712

2009 623,129 7359007 0.084675691


Dokumen yang terkait

Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

5 107 80

Analisis Pengaruh Kebangkutan Bank dengan Metode Altman Z-Score terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Indonesia

9 84 125

Analisis Kebangkrutan Perusahaan dengan Menggunakan Metode Altman Z Score pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

7 91 91

Analisis Hubungan Variabel Makro Ekonomi Dengan Resiko Kebangkrutan (ALTMAN Z-SCORE) Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia

1 23 94

ANALISIS RESIKO KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN Z-SCORE PADA INDUSTRI OTOMOTIF DAN KOMPONEN YANG LIST DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2011-2014.

0 2 23

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MODEL ALTMAN (Z-SCORE) UNTUK MEMPREDIKST KEBANGKRUTAN PADA INDUSTRI TEKSTIL YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 6

Evaluasi Kebangkrutan pada Industri Perbankan di Indonesia dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score dan Camels.

0 0 19

Analisis Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Di Indonesia Periode 2001-2012 (Dengan Menggunakan Model Altman Z-Score)

0 0 13

Analisis Prediksi Kebangkrutan Pada Perusahaan Perbankan Yang Telah Go Publik Di Bursa Efek Indonesia (Dengan Menggunakan Metode Altman Z-Score)

0 0 10

ANALISIS PREDIKSI KEBANGKRUTAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALTMAN Z-SCORE (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA)

3 15 17