arus kas perusahaan lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh di bawah arus kas yang diharapkan.
2 Kegagalan Keuangan Financial Distressed Pengertian financial distressed mempunyai makna kesulitan dana baik
dalam arti dana dalam pengertian kas atau dalam pengertian modal kerja. Sebagian asset liability management sangat berperan dalam pengaturan untuk
menjaga agar tidak terkena financial distressed. Kebangkrutan akan cepat terjadi pada perusahaan yang berada di Negara yang sedang mengalami
kesulitan ekonomi, karena kesulitan ekonomi akan memicu semakin cepatnya kebangkrutan perusahaan yang mungkin tadinya sudah sakit kemudian
semakin sakit dan bangkrut.
b. Sumber – sumber Informasi Prediksi Kebangkrutan
Menurut Hanafi 2003:264 kebangkrutan yang terjadi sebenarnya dapat diprediksi dengan melihat beberapa indikator-indikator, yaitu :
1 Analisis aliran kas untuk saat ini atau masa mendatang.
2 Analisis strategi perusahaan, yaitu analisis yang memfokuskan pada
persaingan yang dihadapi oleh perusahaan. 3
Struktur biaya relatif terhadap pesaingnya. 4
Kualitas manajemen. 5
Kemampuan manajemen dalam mengendalikan biaya. Menurut Suwarsono dalam Fakhrurozie 2007:18, ada beberapa tanda
atau indikator manajerial dan operasional yang muncul ketika perusahaan akan mengalami kebangkrutan antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a Indikator dari lingkungan bisnis
Pertumbuhan ekonomi yang rendah menjadikan indikator yang cukup penting pada lemahnya peluang bisnis, apalagi jika disaat yang sama
banyak perusahaan baru yang memasuki pasar. Besarnya perusahaan tertentu menjadi sebab mengecilnya perusahaan yang lain.
b Indikator internal
Manajemen tidak mampu melakukan perkiraan bisnis dengan alat analisa apapun yang digunakan, sehingga manajemen kesulitan mengembangkan
sikap proaktif. Lebih cenderung bersikap reaktif, dan oleh karena itu biasanya terlambat mengantisipasi perubahan.
c Indikator kombinasi
Seringkali perusahaan yang sakit disebabkan oleh interaksi ancaman yang datang dari lingkungan bisnis dan kelemahan yang berasal dari lingkungan
perusahaan itu sendiri. Jika disebabkan oleh keduanya, biasanya membawa akibat yang lebih kompleks dibanding yang disebabkan oleh salah satu
saja.
c. Faktor – faktor Penyebab Kebangkrutan
Kebangkrutan yang terjadi pada perbankan di Indonesia disebabkan oleh nilai mata uang rupiah yang menurun, suku bunga tinggi, terjadinya rush, hutang
membengkak, simpanan nasabah rendah dan tingginya kredit macet yang melanda hampir seluruh bank di Indonesia. Menurut Jauch dan Glueck dalam Adnan
2000:139 faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kebangkrutan pada perusahaan adalah :
Universitas Sumatera Utara
a Faktor Umum 1
Sektor ekonomi Faktor-faktor penyebab kebangkrutan dari sektor ekonomi adalah gejala
inflasi dan deflasi dalam harga barang dan jasa, kebijakan keuangan, suku bunga dan devaluasi atau revaluasi uang dalam hubungannya dengan uang
asing serta neraca pembayaran, surplus atau defisit dalam hubungannya dengan perdagangan luar negeri.
2 Sektor sosial
Faktor sosial sangat berpengaruh terhadap kebangkrutan cenderung pada perubahan gaya hidup masyarakat yang mempengaruhi permintaan
terhadap produk dan jasa ataupun cara perusahaan berhubungan dengan karyawan. Faktor sosial yang lain yaitu kerusuhan atau kekacauan yang
terjadi di masyarakat. 3
Teknologi Penggunaan teknologi informasi juga menyebabkan biaya yang
ditanggung perusahaan membengkak terutama untuk pemeliharaan dan implementasi. Pembengkakan terjadi, jika penggunaan teknologi informasi
tersebut kurang terencana oleh pihak manajemen, sistemnya tidak terpadu dan para manajer pengguna kurang profesional.
4 Sektor pemerintah Pengaruh dari sektor pemerintah berasal dari kebijakan pemerintah
terhadap pencabutan subsidi pada perusahaan dan industri, pengenaan tarif
Universitas Sumatera Utara
ekspor dan impor barang berubah, kebijakan undang-undang baru bagi perbankan atau tenaga kerja dan lain-lain.
b Faktor Eksternal Perusahaan 1
Faktor pelanggan atau nasabah Perusahaan harus bisa mengidentifikasi sifat konsumen, karena berguna
untuk menghindari kehilangan konsumen, juga untuk menciptakan peluang untuk menemukan konsumen baru dan menghindari menurunnya
hasil penjualan dan mencegah konsumen berpaling ke pesaing. 2
Faktor pemasokkreditur Kekuatannya terletak pada pemberian pinjaman dan mendapatkan jangka
waktu pengembalian hutang yang tergantung kepercayaan kreditor terhadap kelikuiditasan suatu bank.
3 Faktor pesaingbank lain
Faktor ini merupakan hal yang harus diperhatikan karena menyangkut perbedaan pemberian pelayanan kepada nasabah, perusahaan juga jangan
melupakan pesaingnya karena jika produk pesaingnya lebih diterima oleh masyarakat perusahaan tersebut akan kehilangan nasabah dan mengurangi
pendapatan yang diterima. c Faktor Internal Perusahaan
Faktor-faktor yang menyebabkan kebangkrutan secara internal menurut Harnanto dalam Adnan 2000:140 sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1 Terlalu besarnya kredit yang diberikan kepada nasabah sehingga akan
menyebabkan adanya penunggakan dalam pembayaran sampai akhirnya tidak dapat membayar.
2 Manajemen tidak efisien yang disebabkan karena kurang adanya
kemampuan, pengalaman, ketrampilan, sikap inisiatif dari manajemen. 3
Penyalahgunaan wewenang dan kecurangan dimana sering dilakukan oleh karyawan, bahkan manajer puncak sekalipun sangat merugikan apalagi
yang berhubungan dengan keuangan perusahaan. Tampubolon 2005:80-81 menyatakan perusahaan yang mengalami
kegagalan disebabkan beberapa kejadian, antara lain: 1
Tingkat pengembalian yang sangat rendah poor rate of return. 2
Jaminan aktiva terhadap hutang technical insolvensy. 3
Bangkrut bankrupt 4
Manajemen yang tidak baik poor management 5
Kondisi ekonomi yang tidak menguntungkan yang mempengaruhi perusahaan atau industry an economic downturn effecting the company
and or industry. 6
Ekspansi yang berlebihan over expention 7
Bencana alam catastrophe.
2.1.2 Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah beberapa lembar kertas yang bertuliskan angka – angka, tetapi sangat penting juga untuk memikirkan aktiva ril dibalik angka –
Universitas Sumatera Utara
angka tersebut. Sutrisno 2000:11 Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama yakni neraca dan laporan rugi-
laba. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyediakan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pihak – pihak yang berkepentingan sebagai
bahan pertimbangan di dalam mengambil keputusan. Pihak – pihak yang berkepentingan tersebut antara lain manajemen, pemilik, kreditor, investor, dan
pemerintah. Brigham 2001:38 Diantara berbagai laporan yang diterbitkan
perusahaan kepada pemegang saham, laporan tahunan annual report adalah laporan yang paling penting. Ada dua jenis informasi yang diberikan dalam
laporan ini. Pertama, adalah bagian verbal, yang sering kali disajikan sebagai surat dari presiden direktur yang menguraikan hasil operasi perusahaan selama tahun
lalu dan membahas perkembangan baru yang akan mempengaruhi operasi perusahaan di masa depan. Kedua, laporan tahunan yang menyajikan empat
laporan keuangan dasar neraca, laporan laba – rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas. Laporan – laporan tersebut menyajikan angka – angka akuntansi
dari operasi dan posisi keuangan perusahaan. Analisis laporan keuangan adalah seni untuk mengubah data dari laporan keuangan menjadi informasi yang berguna
bagi pengambilan keputusan Van Horne Wachowicz, 2005:193. Laporan keuangan disusun dengan maksud untuk menyajikan laporan
kemajuan perusahaan secara periodik. Manajemen perlu mengetahui bagaimana perkembangan keadaan investasi dalam perusahaan dan hasil – hasil yang dicapai
selama jangka waktu yang diamati. Laporan kemajuan perusahaan tersebut pada
Universitas Sumatera Utara
hakikatnya merupakan kombinasi dari fakta – fakta yang telah dicatat recorded facts, kesepakatan – kesepakatan akuntansi accounting conventions, dan
pertimbangan – pertimbangan pribadi personal judgements. Pertimbangan atau pendapat pribadi berkaitan dengan kompetensi dan integritas pihak – pihak yang
menyusun laporan keuangan, sedang kesepakatan akuntansi akan bersumber pada prinsip – prinsip dan konsep – konsep akuntansi yang lazim diterima umum.
Laporan keuangan yang baik dan akurat dapat menyediakan informasi yang berguna, antara lain dalam Martono Harjito, 2001:52:
1. Pengambilan keputusan investasi
2. Keputusan pemberian kredit
3. Penilaian aliran kas
4. Penilaian sumber-sumber ekonomi
5. Melakukan klaim terhadap sumber-sumber dana
6. Menganalisis perubahan-perubahan yang terjadi terhadap sumber-sumber dana
7. Menganalisis penggunaan dana
2.1.3 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang
keadaan keuangan perusahaan. Analisis rasio keuangan harus dilakukan secara cermat dan terstuktur. Rumusan tentang perhitungan rasio-rasio keuangan dapat
kita temukan pada berbagai literature keuangan. Sebagai landasan teoritis dalam
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini, peneliti menghimpun berbagai sumber dengan maksud agar rumusan-rumusan tersebut dapat saling melengkapi sebagai kerangka acuan.
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang
relevan dan signifikan berarti. Rasio keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya.
Jenis-jenis rasio yang dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, antara lain Brigham, 2001:79-91:
1. Rasio Likuiditas Liquidity Ratio
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan kas dan aktiva lancar lainnya dengan kewajiban lancar. Rasio likuiditas terdiri dari:
a. Rasio lancar current ratio b. Rasio cepat quick ratio,
Rasio-rasio likuiditas ini mencerminkan perspektif waktu yang berbeda dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendek. 2.
Rasio Aktivitas Activity Ratio Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan mengelola aktivanya. Rasio
ini terdiri dari: a. Rasio perputaran persediaan inventory turnover ratio
b. Days sales outstanding DSO c. Rasio perputaran aktiva tetap fixed assets turnover ratio
d. Rasio perputaran total aktiva total assets turnover ratio
Universitas Sumatera Utara
3. Rasio Profitabilitas Profitability Rasio
Rasio ini menunjukkan pengaruh gabungan dari likuiditas, aktivitas, dan utang terhadap hasil operasi. Rasio ini terdiri dari:
a. Margin laba atas penjualan profit margin on sales b. Rasio BEP Basic Earning Power Ratio
c. Pengembalian atas total aktiva ROA d. Pengembalian atas ekuitas saham biasa ROE
Rasio profitabilitas tergantung dari informasi akuntansi yang diambil dari laporan keuangan. Oleh karena itu, profitabilitas dalam konteks analisis
rasio untuk mengukur pendapatan menurut laporan laba rugi dengan nilai buku investasi.
4. Rasio Leverage
Rasio ini menggambarkan hubungan antara hutang perusahaan terhadap modal maupun asset. Rasio ini dapat melihat seberapa jauh
perusahaan dibiayai oleh hutang atau pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh modal.
Umar 2000:174 memberikan rumusan tentang rasio leverage sebagai berikut:
a. Total debt to total assets ratio DAR b.Total debt to equity ratio DER
c. Longterm debt to total assets ratio LDAR d. Longterm debt to equity ratio LDER
e. Time interest earned ratio TIE
Universitas Sumatera Utara
Rasio-rasio leverage berguna untuk menunjukkan kualitas kewajiban perusahaan serta berapa besar perbandingan antara kewajiban tersebut dengan
aktiva perusahaan. Sehubungan dengan masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian ini, maka penulis hanya akan menggunakan atau membahas rasio-
rasio yang berkaitan dengan leverage yang kemudian dikaitkan dan dilihat pengaruhnya terhadap nilai resiko kebangkrutan perusahaan yang dihitung
dengan menggunakan rumus Altman Z Score.
2.1.4 Rasio Leverage
Syahyunan 2004:83 rasio leverage digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam melunasi seluruh hutang-hutangnya atau dengan
kata lain rasio ini dapat pula digunakan untuk mengetahui bagaimana perusahaan mendanai kegiatan usahanya, lebih banyak menggunakan hutang atau ekuitas.
Sjahrial 2009:147 Dalam manajemen keuangan, leverage adalah penggunaan aktiva dan sumber dana oleh perusahaan yang memiliki biaya tetap
beban tetap berarti sumber dana yang berasal dari pinjaman karena memiliki bunga sebagai beban tetap dengan maksud agar meningkatkan keuntungan
potensial pemegang saham. Pembiayaan dengan hutang atau leverage keuangan memiliki tiga
implikasi penting Brigham, 2001:84 : 1.
Memperoleh dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang
terbatas.
Universitas Sumatera Utara
2. Kreditur melihat ekuitas, atau dana yang disetor pemilik, untuk memberikan
marjin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan, maka resiko perusahaan sebagian besar ada pada
kreditur. 3.
Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding pembayaran bunga, maka
pengembalian atas pemilik modal akan lebih besar. Pada praktiknya dikenal tiga macam bentuk leverage dalam perusahaan
yaitu Leverage Operasi Operating Leverage, Leverage KeuanganPembiayaan Financial Leverage, dan Leverage Kombinasi Combine Leverage. Leverage
Operasi adalah penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap berupa penyusutan. Penggunaan leverage operasi oleh
perusahaan diharapkan agar penghasilan yang diperoleh atas penggunaan aktiva tetap tersebut cukup untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel. Ukuran
kuantitatif dari sensitivitas laba operasional perusahaan atas perubahan dalam penjualan perusahaan disebut Tingkat Leverage Operasi atau Degree of Operating
Leverage DOL. Leverage PembiayaanKeuangan terjadi akibat perusahaan menggunakan sumber dana dari hutang yang menyebabkan perusahaan harus
menanggung beban tetap. Atas penggunaan dana hutang perusahaan setiap tahunnya dibebani biaya bunga. Leverage pembiayaanKeuangan mengukur
pengaruh perubahan keuntungan operasi EBIT terhadap perubahan pendapatan bagi pemegang saham EAT. Yang mempengaruhi pendapatan pemillik adalah
besarnya EBIT yang diterima dan struktur modal yang dipunyai. Ukuran
Universitas Sumatera Utara
kuantitatif untuk sensitivitas EPS perusahaan atas perubahan dalam laba operasional perusahaan disebut Tingkat Leverage Keuangan atau Degree of
Financial Leverage DFL. Leverage Kombinasi adalah pengaruh perubahan penjualan terhadap perubahan laba setelah pajak. Ukuran kuantitatif untuk
Leverage Total disebut Tingkat Leverage Total atau Degree of Total Leverage DTL Sutrisno, 2000:239 - 244.
Penelitian ini hanya akan membahas atau menggunakan Financial Leverage. Nilai Financial Leverage dapat diketahui dengan menghitung nilai-
nilainya dengan rumusan rasio-rasio leverage. Adapun rasio-rasio leverage yang digunakan adalah berdasarkan rumusan
yang dikeluarkan oleh Umar 200:174 sebagai berikut: a. Total debt to total assets ratio DAR
b.Total debt to equity ratio DER c. Longterm debt to total assets ratio LDAR
d. Longterm debt to equity ratio LDER e. Time interest earned ratio TIE
Rasio leverage digunakan untuk menjelaskan penggunaan hutang untuk membiayai sebagian daripada aktiva perusahaan. Tampubolon, 2005:37
pembiayaan dengan hutang mempunyai pengaruh bagi perusahaan karena hutang mempunyai beban yang bersifat tetap. Kegagalan perusahaan dalam membayar
bunga atas hutang dapat menyebabkan kesulitan keuangan yang dapat berakhir dengan kebangkrutan perusahaan. Tetapi, penggunaan hutang juga memberikan
subsidi pajak atas bunga yang dapat menguntungkan pemegang saham. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu, penggunaan hutang harus menyeimbangkan antara keuntungan dan kerugian.
2.1.5 Struktur Modal
Brigham 2005:9 leverage keuangan adalah sampai sejauh mana sekuritas dengan pendapatan tetap hutang + saham preferent digunakan dalam struktur
modal perusahaan. Struktur modal dinyatakan dalam rasio hutang dan rasio hutang jangka panjang. Rasio itu sendiri terdapat dalam rasio leverage. Masalah
yang berhubungan dengan kebangkrutan kemungkinan besar akan timbul ketika sebuah perusahaan memasukkan lebih banyak hutang dalam struktur modalnya.
Untuk lebih jelasnya lagi, berikut ini adalah teori tentang struktur modal: 1.
Teori Modigliani dan Miller Menurut Modigliani dan Miller MM, dengan pajak hanya saham
sebuah perusahaan akan mencapai nilai maksimal Jika perusahaan sepenuhnya menggunakan 100. MM mengembangkan teori pertukaran struktur modal.
MM menunjukkan bahwa hutang adalah suatu hal yang bermanfaat karena bunga merupakan pengurangan pajak, tetapi hutang juga membawa serta biaya
yang dikaitkan dengan kemungkinan atau kenyataan kebangkrutan. Menurut MM, struktur modal yang optimal adalah keseimbangan antara manfaat pajak
dari hutang dan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan. 2.
Trade-off Struktur modal menunjukkan bahwa hutang bermanfaat bagi
perusahaan karena bunga dapat dikurangkan dalam menghitung pajak. Tetapi
Universitas Sumatera Utara
hutang juga menimbulkan biaya yang berhubungan dengan kebangkrutan yang aktual dan potensial. Struktur modal yang optimal berada pada keseimbangan
antara manfaat pajak dari hutang dan biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan. Manfaat terbesar dari suatu pembiayaan dengan hutang adalah
pengurangan pajak yang diperoleh dari pemerintah yang mengizinkan bahwa bunga atas hutang dapat dikurangi dalam menghitung pendapatan kena pajak.
Setiap perusahaan harus menargetkan struktur modal, yaitu pada posisi keseimbangan biaya dan keuntungan marginal dari pendanaan dengan hutang
sebab pada posisi itu nilai perusahaan menjadi maksimal. Semakin banyak hutang berarti memperbesar resiko yang ditanggung pemegang saham dan
juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. 3.
Pecking order Pandangan alternatif yang ditujukan pada meramalkan bagaimana
manajer akan mendanai anggaran modal perusahaannya. Perusahaan yang mempunyai keuntungan yang tinggi ternyata cenderung menggunakan hutang
yang rendah.Teori ini menyatakan tak ada rasio tingkat leverage yang setepatnya ditentukan, hal ini dikarenakan rasio leverage yang diteliti total
hutang atas aktiva hanya mencerminkan kumulatif pendanaan eksternal yang dibutuhkan perusahaan sepanjang waktu.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6 Metode Altman Z-Score a Rasio – rasio Keuangan Altman Z-Score
Menurut Altman, teknik penggunaan MDA Multivariate Discriminant Analysis mempunyai kelebihan dalam mempertimbangkan karakteristik umum
dari perusahaan-perusahaan yang relevan, termasuk interaksi antar perusahaan tersebut. Di samping itu, pendekatan MDA dapat mengkombinasikan berbagai
rasio menjadi suatu model prediksi yang berarti dan dapat digunakan untuk seluruh perusahaan, baik perusahaan publik, pribadi, manufaktur, ataupun
perusahaan jasa dalam berbagai ukuran. Kelemahan dari model ini adalah tidak ada rentang waktu yang pasti kapan kebangkrutan akan terjadi setelah hasil Z skor
diketahui lebih rendah dari standar yang ditetapkan. Model ini juga tidak dapat mutlak digunakan karena adakalanya terdapat hasil yang berbeda jika kita
menggunakan obyek yang berbeda. Meskipun demikian, penggunaan metode Altman dapat digunakan oleh bank untuk melakukan tindakan-tindakan
pencegahan early warning apabila terindikasi sudah berada pada kondisi menuju kebangkrutan.
Analisis Z-Score Altman, penerapan analisis rasio keuangan masih terbatas karena dilakukan secara terpisah, artinya setiap rasio diuji secara terpisah.
Untuk mengatasi keterbatasan analisa rasio tersebut, Altman telah mengkombinasikan beberapa rasio menjadi model prediksi dengan teknik statistic
yaiitu analisis diskriminan yang digunakan untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan metode Altman Z-Score. Z-Score adalah skor yang ditentukan
Universitas Sumatera Utara
dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan www.perbanasinstitute.ac.id.
Nilai resiko kebangkrutan perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan formula dan kriteria untuk memprediksi Corporate Failure yaitu
rumus Altman Z-Score Umar, 2000:305-307 sebagai berikut: a.
Net Working Capital to Total Asset Ratio =
ts Total Asse
g capital Net workin
b. Retained Earning to Total Asset Ratio
=
ts Total Asse
ning tained ear
Re
c. Earning Before Interest And Taxes to Total Asset Ratio
= d.
Market Value of Equity to Book Value of Debt Ratio =
atio of debt r
Book value ty
ue of equi Market val
e. Sales to Total Asset Ratio
=
ts Total Asse
venue Re
b Formula Altman Z-Score
Dalam melakukan analisis potensi kebangkrutan atau untuk memprediksi kemungkinan kebangkrutan pada perusahaan menggunakan metode yang
ditemukan Altman yang dikenal dengan Z-Score. Dengan menggunakan metode Altman ini, kita akan dapat memprediksikan kemungkinan terjadinya
Universitas Sumatera Utara
kebangkrutan pada Bank. Dari data laporan keuangan perusahaan akan dianalisis dengan menggunakan beberapa rasio keuangan yang dianggap dapat memprediksi
kebangkrutan sebuah perusahaan. Beberapa rasio keuangan yang mendeteksi likuiditas, profitabilitas, dan aktivitas perusahaan yang akan menghasilkan rasio-
rasio atau angka-angka yang akan diproses lebih lanjut dengan formula Altman. Data atau hasil perhitungan kemudian akan dianalisis lebih jauh lagi dengan
menggunakan sebuah formula
yang ditemukan oleh Altman
www.perbanasinstitute.ac.id yaitu: Z = 0,012Y
1
+ 0,014Y
2
+ 0,033Y
3
+ 0,006Y
4
+ 0,999Y
5
1 Dimana:
1. Y
1
= Net Working Capital to Total Assets 2. Y
2
= Retained Earnings to Total Assets 3. Y
3
= Earning Before Interest and Tax to Total Assets 4. Y
4
= Market Value of Equity to Book Value of Debt 5. Y
5
= Sales to Total Assets Kondisi ini dapat dilihat dari nilai Z-Score-nya. Jika:
1. untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 berarti perusahaan
mengalami kesulitan keuangan dan risiko tinggi. 2.
untuk nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,67 maka perusahaan dianggap berada pada daerah abu-abu grey area. Pada kondisi ini, perusahaan
mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen yang tepat. Kalau terlambat dan tidak tepat penanganannya,
perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi pada grey area ini ada
Universitas Sumatera Utara
kemungkinan perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak tergantung bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat segera mengambil tindakan
untuk segera mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan. 3.
Untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,67, memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga
kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi. Perkembangan selanjutnya banyak peneliti yang merasa lebih cocok dengan
formula berikut: Z = 1,2Y
1
+ 1,4Y
2
+ 3,3Y
3
+ 0,6Y
4
+ 1,0Y
5
2 Karena tidak semua perusahaan go public dan tidak memiliki nilai pasar, formula
untuk perusahaan yang tidak go public diubah menjadi sebagai berikut: Z = 0,717Y
1
+ 0,847Y
2
+ 3,107Y
3
+ 0,420Y
4
+ 0,998Y
5
3 Di mana untuk variabel Y4 = book value of equitybook value of total liabilities.
Berbeda dengan kriteria Z-Score dalam persamaan 1, untuk persamaan 2 dan 3 penentuan prediksi mana bank yang diprediksi akan mengalami kesulitan
keuangan atau tidak menggunakan kriteria yang sama Z-Score, yaitu jika: 1.
untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan risiko tinggi.
2. untuk nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,99, perusahaan dianggap berada
pada daerah abu-abu grey area. Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen
yang tepat. Jika terlambat dan tidak tepat penangannya, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi pada grey area ini ada kemungkinan
Universitas Sumatera Utara
perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak tergantung bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat segera mengambil tindakan untuk segera
mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan. 3.
untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,99 memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga
kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi.
Menurut Altman 1968 dalam Altman 1982:99-125
Altman Z-score adalah suatu alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu
perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio lalu kemudian dimasukan dalam suatu persamaan diskriminan.
Secara matematis persamaan Altman Z-score ini bisa dirumuskan sebagai berikut: Z = 1,2Y
1
+ 1,4Y
2
+ 3,3Y
3
+ 0,6Y
4
+ 1,0Y
5
Altman Z-score ini ditemukan oleh Altman 1968, tujuan dari analisis ini adalah ramalan terhadap kebangkrutan digunakan sebagai suatu kasus yang
membantu menjelaskan. Singkatnya, seperangkat rasio ekonomi dan keuangan
akan diteliti dalam suatu konteks ramalan kebangkrutan dimana suatu metodologi statistik multidiskriminan digunakan. Adapun rasio-rasio tersebut yaitu:
1. Modal Kerja Total Aktiva Y
1
Rasio ini mengukur likuiditas dengan membandingkan aktiva lancar bersih dengan total aktiva. Aktiva lancar bersih atau modal kerja didefinisikan sebagai
total aktiva lancar dikurangi total kewajiban lancar. Umumnya, bila perusahaan mengalami kesulitan keuangan, modal kerja akan turun lebih cepat daripada
total aktiva menyebabkan rasio ini turun.
Universitas Sumatera Utara
2. Laba Ditahan Total Aktiva Y
2
Rasio ini mengukur kemampulabaan kumulatif dari perusahaan. Pada beberapa tingkat, rasio ini juga mencerminkan umur perusahaan, karena semakin muda
perusahaan, semakin sedikit waktu yang dimilikinya untuk membangun laba kumulatif. Bila perusahaan mulai merugi, tentu saja nilai dari total laba ditahan
mulai turun. 3. EBT Total Aktiva Y
3
Rasio ini mengukur kemampulabaan yaitu tingkat pengembalian dari aktiva, yang dihitung dengan membagi laba sebelum pajak EBT tahunan perusahaan
dengan total aktiva pada neraca akhir tahun. Bila rasio ini lebih besar dari rata- rata tingkat bunga yang dibayar, maka berarti perusahaan menghasilkan uang
yang lebih banyak daripada bunga pinjaman. 4. Modal Sendiri Total Hutang Y
4
Rasio ini merupakan kebalikan dari rasio hutang per modal sendiri. Nilai modal sendiri yang dimaksud adalah nilai pasar modal sendiri, yaitu jumlah saham
perusahaan dikalikan dengan harga pasar per lembar sahamnya. Umumnya perusahaan yang gagal, mengakumulasikan lebih banyak hutang dibandingkan
modal sendiri. 5. PenjualanTotal Aktiva Y
5
Rasio perputaran modal adalah standar rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan peningkatan penjualan dari aktiva perusahaan yang merupakan
suatu ukuran dari kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi yang kompetitif. Rasio akhir ini cukup penting, walaupun dalam faktanya signifikan
Universitas Sumatera Utara
dari ukuran rasio ini tidak dapat dilihat semuanya tapi karena relasi yang unik diantara variabel dalam model ini, rasio penjualantotal aktiva menjadi rangking
kedua dalam kontribusi keseluruhan ketepatan model diskriminan. Kriteria resiko kebangkrutan sebuah perusahaan berdasarkan Altman Z-
Score adalah : 1.
untuk nilai Z-Score lebih kecil atau sama dengan 1,81 berarti perusahaan mengalami kesulitan keuangan dan risiko tinggi.
2. untuk nilai Z-Score antara 1,81 sampai 2,99, perusahaan dianggap berada
pada daerah abu-abu grey area. Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah keuangan yang harus ditangani dengan penanganan manajemen
yang tepat. Jika terlambat dan tidak tepat penangannya, perusahaan dapat mengalami kebangkrutan. Jadi pada grey area ini ada kemungkinan
perusahaan bangkrut dan ada pula yang tidak tergantung bagaimana pihak manajemen perusahaan dapat segera mengambil tindakan untuk segera
mengatasi masalah yang dialami oleh perusahaan. 3.
untuk nilai Z-Score lebih besar dari 2,99 memberikan penilaian bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat sehingga
kemungkinan kebangkrutan sangat kecil terjadi.
2.2 Penelitian Terdahulu
Fakhrurozie 2007 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengaruh kebangkrutan Bank dengan Metode Altman Z Score Terhadap Harga Saham
Perusahaan Perbankan di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini, peneliti
Universitas Sumatera Utara
melakukan penelitian populasi, dimana peneliti menjadikan seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta menjadi subyek penelitian dengan
populasi sasaran 22 perusahaan. Metode penelitiannya dilakukan dengan metode Analisis Regresi Linier Sederhana. Hasil penelitiannya Dari perhitungan rasio
keuangan Z-Score pada tahun 2003 sampai tahun 2005 diperoleh nilai Z-Score yang masih rendah di bawah nilai 1,20 sehingga sebagian besar perusahaan
perbankan di Bursa Efek Jakarta masuk dalam kategori perusahaan yang bangkrut. Hanya pada tahun 2004 Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk yang memiliki nilai
Z-Score 1,83 itupun masih dalam daerah grey area. Lubis 2007 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio
leverage terhadap resiko kebangkrutan perusahaan-perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan sampel
perusahaan Telekomunikasi yang listing di Bursa Efek Jakarta sebanyak 4 perusahaan yang dilakukan secara sensus. Metode penelitiannya yang dilakukan
dengan metode Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitiannya rasio leverage berpengaruh signifikan secara simultan terhadap resiko kebangkrutan
perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta dan rasio hutang merupakan rasio leverage yang paling dominan dalam mempengaruhi resiko kebangkrutan
perusahaan. Hutabarat 2008 melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Rasio
leverage terhadap resiko kebangkrutan perusahaan Logam dan sejenisnya di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini, dari 11 perusahaan Logam dan sejenisnya
yang listing di Bursa Efek Jakarta diperoleh sampel sebanyak 9 perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
Metode penelitiannya yang dilakukan dengan metode Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitiannya rasio leverage berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap resiko kebangkrutan perusahaan Logam dan sejenisnya di Bursa Efek Indonesia dan rasio hutang merupakan rasio leverage yang paling dominan
dalam mempengaruhi resiko kebangkrutan perusahaan. Purba 2008 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Hubungan
Rasio leverage dengan resiko kebangkrutan Altman Z-Score pada perusahaan Transportasi di Bursa Efek Indonesia”. Dalam penelitian ini, dari 15 perusahaan
Logam dan sejenisnya yang listing di Bursa Efek Jakarta diperoleh sampel sebanyak 9 perusahaan. Metode penelitiannya yang dilakukan dengan metode
Analisis Korelasi Pearson. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa variabel Total Debt to Total Asset Ratio DAR memiliki hubungan yang negatif dan
signifikan dengan resiko kebangkrutan Altman Z-Score. Variabel Total Debt to Equity Ratio DER, Longterm Debt to Total Asset Ratio LDAR, dan Longterm
Debt to Equity Ratio LDER memiliki hubungan yang negatif tetapi tidak signifikan dengan resiko kebangkrutan Altman Z-Score. Variabel Time Interest
Earned Ratio TIE memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan resiko kebangkrutan Altman Z-Score.
2.3 Kerangka Konseptual