Pembinaan Bimbingan dan Perlindungan Pertemuan Pengurus GAPOKTAN Iuran Anggota Simpanan Anggota Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Anggaran Rumah Tangga Defenisi Konsep

32 d. Pengurus harus melaksanakan segala ketentuan dalam Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga, dan keputusan-keputusan dalam pertemuan kelompok e. Anggota pengurus GAPOKTAN tidak boleh menjadi pengurus GAPOKTAN lainnya yang sejenis, kecuali untuk gabungan seperti dalam Kelurahan atau dan Kecamatan, Kabupaten Kota atau Propinsi.

g. Pembinaan Bimbingan dan Perlindungan

1. Pembinaan merupakan wewenang dan tanggung jawab Pemerintah 2. Pemerintah memberikan bimbingan, kemudahan dan perlindungan kepada GAPOKTAN 3. Dalam upaya menciptakan dan mengembangkan iklim dan kondisi yang mendorong pertumbuhan GAPOKTAN, Pemerintah: a. Memberikan kesempatan usaha seluas-luasnya kepada GAPOKTAN sesuai dengan kepentingan Anggotanya b. Memberikan penyuluhan-penyuluhan.

h. Pertemuan Pengurus GAPOKTAN

1. Pertemuan pengurus GAPOKTAN dilaksanakn sekurang-kurangnya satu kali dua minggu atau lebih sesuai dengan kebutuhan 2. Biaya yang timbul dalam pertemuan kelompok diambil dari kas GAPOKTAN, yang berasal dari iuran anggota kelompok dan simpanan anggota dan keuntungan usaha

i. Iuran Anggota Simpanan Anggota

1. Besarnya iuran anggota simpanan anggota ditetapkan berdasarkan musywarah, mufakat anggota kelompok, begitu juga jangka waktu pembayaran Universitas Sumatera Utara 33 2. Setiap biaya yang keluar dari kas GAPOKTAN ditetapkan berdasarkan persetujuan dari pengurus 3. Pengurus diwajibkan membuat laporan tentang perhitungan dan pertanggung jawaban mengenai keuangan, inventarisasi peralatan, keanggotaan dan hal lain yang dianggap perlu.

j. Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga

Perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui musyawarah anggota GAPOKTAN.

k. Anggaran Rumah Tangga

1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga 2. Anggaran Rumah Tangga tidak boleh bertentangan dengan Angaran dasar

l. Penutup

Anggaran Dasar disyahkan dalam pertemuan GAPOKTAN dan mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

1.5.4 Pertanian Mendukung Pembangunan Berawal dari Desa A.

Pembangunan Pedesaan dan Pembangunan Pertanian Pembangunan pedesaan tidak selalu identik dengan pembangunan pertanian. Persepsi bahwa pedesaan identik dengan pertanian lebih disebabkan karena hingga saat ini lebih dari 50 rumah tangga di pedesaan, pendapatan utamanya masih bergantung pada sektor pertanian. Persepsi tersebut harus diluruskan agar semua kalangan, khususnya para pengambil kebijakan, sepaham bahwa pembangunan pedesaan mencakup semua aspek pembangunan, seperti pendidikan, infrastruktur publik, kesehatan, perhubungan, dan lain Universitas Sumatera Utara 34 sebagainya. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa pembangunan pertanian hanya merupakan salah satu bagian dari pembangunan pedesaaan. Perlunya kesepahaman tersebut di atas, dilandasi oleh munculnya berbagai permasalahan yang terkait dengan pembangunan pedesaan. Pertama, belum adanya koordinasi antar berbagai institusi dan pelaksana pembangunan lainnya. Akibatnya pembangunan pedesaan dalam arti yang sebenarnya tidak pernah terwujud dengan baik. Keberhasilan program atau proyek tidak lebih dari keberhasilan potongan-potongan kegiatan pada suatu kelompok masyarakat desa. Kedua, nuansa ego sektoral dalam perencaan maupun pelaksanaan program atau proyek masih sangat kenta. Akibatnya, potensi sumberdaya, khususnya dana, yang apabila disinergikan cukup besar potensinya menjadi tidak optimal dalam pemanfaatannya. Ketiga, masih kentalnya kesan masyarakat pedesaan terhadap program atau proyek, yang identik dengan “bantuan pemerintah.” Kondisi tersebut semakin diperparah oleh beragamnya variasi pendekatan yang digunakan dalam pelaksanaan suatu program atau proyek, namun dalam implementasinya kesan “bantuan pemerintah” tetap ada. Akibatnya, upaya pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara serius oleh suatu institusi, seringkali mengalami kegagalan karena pada saat yang bersamaan pada lokasi dan waktu yang sama, ada institusi lain yang melaksanakan kegiatan dengan pendekatan “bantuan pemerintah.” Universitas Sumatera Utara 35 Keempat, desain keberlajutan suatu program atau proyek masih belum banyak dilakukan secaa serius oleh institusi pelaksana. Akibatnya, banyak program atau proyek yang berakhir seiring dengan berakhirnya program atau proyek tersebut. Akibat lebih lanjut dari permasalahan-permasalahan tersebut, secara umum telah menjadikan kondisi pedesaan menjadi sebagai berikut : a mutu dan ketersediaan infrastruktur publik menurun; b menurunnya kapasitas kolektif masyarakat desa; c meningkatnya potensi konflik akibat tidak meratanya pelaksanaan program atau proyek; d keterlibatan pemerintah desa dalam pelaksanaan program atau proyek masih belum optimal; e akses masyarakat terhadap pendidikan, akses masyarakat terhadap informasi pertanian juga semakin memburuk. Belajar dari pengalamam di atas, telah diidentifikasi beberapa faktor kunci yang diyakini dapat mendorong keberhasilan pelaksanaan kegiatan suatu program atau proyek, yaitu : a perencanaan dan persiapan harus dibuat dengan baik, terukur dan akurat; b lakukan identifikasi potensi desa, baik sumberdaya alam, SDM, infrastruktur dan sosial ekonominya, dengan melibatkan semua komponen masyarakat setempat; c menyusun rancangan kegiatan berikut dengan tahapan pelaksanaannya, sesuai dengan hasil identifikasi potensi desa, d mengintegrasikan berbagai program yang akan dilaksanakan dalam suatu desa wilayah dengan tetap memperhatikan rancangan dan tahapan pelaksanaan yang telah disusun; dan e melakukan pendampingan dan penyediaan supervisi secara intensif terhadap pelaksanaan program atau proyek. Pada wilayah pemberdayaan yang berbasis pertanian, ketersediaanya teknologi program, khususnya berbagai program dari lingkup Departemen Pertanian. Universitas Sumatera Utara 36

B. Saran Pembelajaran untuk Pelaksanaan PUAP

Pada tahun 2008, Departemen Pertanian akan melaksanakan program pembangunan pedesaan, yaitu Peningkatan Usaha Agribisnis Pedesaan PUAP. Program ini akan dilaksanakan di 10.000 desa di seluruh Indonesia. Program ini pada intinya merupakan upaya untuk memberdayakan masyarakat agar mampu menolong dirinya sendiri, melalui peningkatan kemampuannya untuk mengidentifikasi dan memanfaatkan peluang usaha agribisnis di pedesaan. Di dalam program ini direncanakan disediakan dana Rp. 100 juta untuk setiap desa sebagai sumber modal usaha bagi para petani yang mengembangkan agribisnis di pedesaaan. Desain program ini merupakan kelanjutan, pendalaman, dan penyempurnaan dari program-program pembangunan serupa yang telah dilakukan. Agar program PUAP dapat terlaksana dan berhasil dengan baik, faktor kunci keberhasilan pelaksanaan program pemberdayaan masyarakat yang telah diuraikan di atas butir 4, hendaknya dapat diacu. Apabila langkah persiapan dan perencanaan telah dilakukan dengan baik, mengumpulkan dan menganalisis informasi dasar tentang potensi desa merupakan langkah berikutnya yang sangat penting; karena dari langkah ini akan diperoleh informasi potensi desa yang mempunyai prospek untuk dikembangkan. Terkait dengan langkah ini, upaya mensinergikan progam PUAP dengan berbagai program yang telah dan sedang dilakukan, menjadi perlu dilakukan. Dengan melakukan sinergi tersebut, penggalian informasi dasar tidak perlu dilakukan lagi cukup dengan memanfaatkan data base yang telah ada, sehingga terjadi efisiensi dalam pelaksanaannya. Salah satu faktor kunci yang perlu diimplementasikan pada program PUAP adalah pendampingan dan penyeliaan supervisi yang intensif. Pendampingan hendaknya dilakukan oleh penyuluh atau tenaga lapang yang nantinya diarahkan menjadi konsultan Universitas Sumatera Utara 37 usaha agribisnis bagi masyarakat desa. Belajar dari beberapa program Departemen Pertanian yang berhasil, pendampingan ternyata menjadi salah satu yang menentukan keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Pengalaman menunjukkan apabila tidak dilakukan pendampingan, pelaksanaan kegiatan pada umumnya tidak fokus, tidak ada rasa memiliki, pelaksanaan kegiatan apa adanya, dan rawan penyimpangan. Perlu adanya dilakukan identifikasi dan pemetaan program-program yang dilakukan oleh Departemen Pertanian dan Departemen.institusi lain yang terkait dengan pembangunan pedesaan, agar kehadiran program PUAP dapat memperkuat bukan memperlemah program yang telah ada sebelumnya tersebut. Pada akhirnya, satu yang perlu kita pahami bersama bahwa keberhasilan suatu program dalam pelaksanaannya membutuhkan proses dan waktu yang cukup panjang. Seringkali kita terjebak atau terkesima dengan keberhasilan suatu program yang sebenarnya dibangun dalam kurun yang cukup lama, dingin mengembangkan dengan skala yang lebih luas dan dalam waktu yang singkat. Keinginan membangun dengan semangat serba cepat dan instan, seringkali menjadi bomerang dalam pelaksanaannya.

1.5.5. Peranan Pemerintah Desa

Dalam topik ini yang dimaksud dengan pemerintah desa adalah yang dinamakan kepala desa. Desa adalah suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat termasuk di dalamnya kesatuan hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan terendah langsung di bawah Camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indoensia. Universitas Sumatera Utara 38 Mengingat situasi di pedesaan, di mana tingkat pendidikan dan taraf hidup yang rendah, maka pada umumnya masyarakat desa dihinggapi suatu mentalitas “cargo cult” yaitu suatu kepercayaan bahwa seorang pemimpin yang kharismatis bisa mendatangkan kesejahteraan. Dalam diri masyarakat tertanam dan nampak suatu keyakinan bahwa usaha peningkatan taraf hidup mereka sebagian besar di tangan dan ditentukan oleh kepala desa. Dalam masyarakat masih nampak keinginan untuk senantiasa dibimbing dan didorong dengan instruksi serta memerlukan pimpinan yang kuat dan disegani. Berpangkal pada mentalitas di atas, posisi kepala desa menjadi kuat, sebab di samping secara formal kepala desa mempunyai wewenang mengatur dan memimpin desa, secara informal diterima menjadi pemimpin mereka. Bagi masyarakat desa kepala desa bukan semata-mata sebagai kepala pemerintahan desa namun sekaligus sebagai “bapak” bagi seluruh penduduk desa yang dipimpinnya. Melihat sikap masyarakat tersebut, dapat dimengerti pendapat yang mengatakan bahwa berhasil-tidaknya pembangunan di pedesaan sangat ditentukan oleh peranan seorang kepala desa atau tanggung jawab pembangunan pedesaan terutama terletak di atas pundak kepala desa, hal ini disebabkan : 1. Kepala desa dikebanyakan daerah di Indonesia mempunyai wewenang yang betul-betul nyata. Bahkan dapat dikatakan mereka merupakan raja-raja kecil di daerahnya, ditambah dengan sikap “nerimo” dari penduduk desa, hubungan antara kepala desa dengan rakyatnya tampak sebagai hubungan patrimonial. 2. kepala desa mempunyai posisi yang kuat sebagai wakil pemerintah di desa. Keterlibatannya sebagai pemimpin formal tampak lebih nyata bila dilihat mekanisme lain yang lebih memperkuat lagi ikatan kepala desa pada pemerintah, yaitu bahwa Universitas Sumatera Utara 39 walaupun seorang kepala desa terpilih dalam pemilihan langsung, tetapi Bupatilah yang akan membuat keputusan terakhir dan membuat surat pengangkatan. Melihat posisi kepala desa di atas sebenarnya pemikiran yang paling perlu atau utama diberikan adalah bagaimana membuat supaya kepala desa dapat melaksanakan pembangunan desanya sebaik-baiknya dan secepat mungkin.

1.5.5.1 Mempercepat Daya Gerak Pembangunan di Pedesaan

Mengingat kepala desa sebagai pembangunan di pedesaan, sudah tentu membutuhkan landasan ilmu yang cukup dalam bidangnya. Sebaliknya mereka yang akan diangkat jadi kepala desa mempunyai pengetahuan atau diberi pengetahuan sebelumnya tentang teori-teori kepemimpinan, pengetahuan tentang pemerintahan desa dan mengerti ilmu Management, supaya mereka mampu menggerakkan dan mengendalikan usaha pembangunan di pedesaan sebaik mungkin. Pembangunan pedesaan adalah oleh dan dari serta untuk rakyat, karena itu setiap kepala desa harus sadar atau disadarkan bahwa berhasil tidaknya usaha pembangunan yang diadakan sebagian besar tergantung dari pada ada tidaknya partisipasi masyarakat. Partisipasi aktif dari masyarakat desa baru dapat diperoleh jika dilaksanakan pola kepemimpinan yang partisipasif atau terbuka. Dalam ilmu menagement disebut pola partisipatif atau open management, dimana, unsur dari partisipatif atau open management adalah : a. Ikut sertanya yang dipimpin dalam pengurusan social partisipation. b. Adanya pertanggungjawaban dari pada pimpinan terhadap yang dipimpin Social Responsibility. c. Adanya dukungan daripada yang dipimpin terhadap pimpinan Social Support. Universitas Sumatera Utara 40 d. Adanya pengawasan yang dilakukan oleh yang dipimpin terhadap pimpinan Social Controll Dari uraian di atas nampak bahwa sebenarnya menjadi seorang kepala desa bukanlah pekerjaan mudah. Di samping dituntut pengetahuan yang luas tentang masyarakat desa dan cara-cara kepemimpinan, dituntut keahlian dan kemampuan untuk menyusun suatu rencana kerja yang terpadu dan menyeluruh, daripadanya dituntut lagi sifat-sifat : a. Bisa ngemong mengasuh, artinya mempunyai penduduk desa dengan baik selaku seorang “bapak yang bijaksana”. b. Mampu ngomong berbicara, artinya mempunyai kemampuan dan kemauan untuk berbicara serta menjelaskan sesuatu masalah, baik ke bawah kepada penduduk desanya maupun kepada pihak atas desa Camat, Bupati, Gubernur mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut kepentingan desa dan warga desa. c. Bersedia diomong-omongkan dibicarakan atau dipergunjingkan, artinya siap sedia dan berhati lapang dalam menerima kritik serta saran, baik yang diberikan oleh pemuka-pemuka desa para pemimpin informal di desa maupun yang datang dari penduduk desa sendiri atas segala pelaksanaan tugas-tugas dan kewajiban yang dibebankan kepadanya selaku pemimpin desa. Kalau semua ini dapat dimilikinya, seorang kepala desa akan berhasil dalam melaksanakan tugasnya dengan baik sebagai alat pemerintah maupun “juru bicara” masyarakat desa. Baru pada saat itu akan tampak seni seorang kepala desa, sanggup melaksanakan kehendak pemerintah, tetapi tak lupa pula memenuhi keinginan rakyat desanya. Universitas Sumatera Utara 41

1.6 Defenisi Konsep

Singarimbun, 1995:37 : “Konsep merupakan istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak, kejadian, kelompok atau individu, yang menjadi pusat perhatian ilmu social”. Agar memperoleh batasan yang jelas dari setiap konsep yang diteliti, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan : 1. Implementasi program adalah kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini, eksekutif mengatur cara-cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapakan kebijakan yang telah diseleksi. Dimana, gagal atau berhasilnya implementasi, dapat dilihat dari kemampuannya secara nyata dalam mengoperasionalkan program-program, dimana agar tercapainya sesuai tujuan, serta terpenuhinya misi program, diperlukan kemampuan yang tinggi pada organisasi- organisasi pelaksananya. 2. Kelompok Usaha Bersama KUBE tani merupakan kelompok – kelompok petani yang dirancang Pemerintah dalam satu paket khusus, di bawah naungan dan koordinasi departemen Pertanian, sebagai bentuk usaha pemerintah dalam memperbaiki taraf hidup kelompok tani, dari petani yang prasejahtera menjadi petani yang sejahtera melalui peningkatan hasil produksi panen.

1.7 Defenisi Operasional