Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Usaha

5 lebih giat dan lebih tekun, dipakai sebagai dorongan untuk berfikir dan bertindak kearah bagaimana membuat kehidupan di desa mempunyai perspektif yang cerah dan menarik. Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti Implementasi Kelompok Usaha Bersama KUBE Tani, Di Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang.

1.2 Perumusan Masalah

Untuk dapat memudahkan dalam penelitian dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterpretasikan fakta dan data, maka terlebih dahulu merumuskan permasalahan. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis merumuskan suatu masalah yaitu, “ Bagaimana Implementasi Kelompok Usaha Bersama di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang “.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kelompok Usaha Bersama KUBE Tani, di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. 2. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan serta hambatan-hambatan dalam Implementasi Kelompok Usaha Bersama KUBE Tani di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupeten Deli Serdang. Universitas Sumatera Utara 6

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah 1. Manfaat Secara Ilmiah Untuk menambah khasanah pengetahuan ilmiah dalam studi Administrasi dan Pembangunan serta untuk memperbanyak referensi karya ilmiah bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 2. Manfaat Secara Akademis Sebagai salah satu syarat dalam penyelesaian studi srata-1 dalam konsentrasi pembangunan di Departemen Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, serta untuk memperkaya ragam penelitian mahasiswa. 3. Manfaat Secara Praktis a. Dapat dijadikan sebagai kontribusi untuk pembangunan masyarakat desa, terutama Kelompok Usaha Bersama KUBE tani. b. Bagi penulis sendiri adalah untuk meningkatkan kemampuan berfikir dalam menulis karya ilmiah tentang pembangunan masyarakat desa, terutama melalui implementasi Kelompok Usaha Bersama KUBE tani.

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melaksanakan penelitian dan teori dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian. Singarimbun, 1995:37 : “Teori adalah serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi, Universitas Sumatera Utara 7 defenisi dan proporsi, untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis, dengan cara merumuskan hubungan antar konsep”.

1.5.1 Teori Implementasi dan Program

Implementasi kebijakan merupakan aspek yang penting dari keseluruhan kebijakan. Van Meter dan Van Horn dalam Wahab, 1991:1 : “merumuskan proses implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu atau pejabat atau kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan yang telah digariskan dalam kebijakan”. Patton dan Sawichi dalam Tangkilisan,2003:29 : “menyebutkan bahwa implementasi berkaitan dengan berbagai kegiatan yang diarahkan untuk merealisasikan program, dimana pada posisi ini eksekutif mengatur cara untuk mengorganisir, menginterpretasikan, dan menerapkan kebijakan yang telah diseleksi”. Implementasi melibatkan usaha dari policy makers untuk mempengaruhi apa yang oleh Lipsky disebut “Street level bureaucrats” untuk memberikan pelayanan atau mengatur perilaku kelompok sasaran target group. Untuk kebijakan yang sederhana, implementasi hanya melibatkan satu badan yang berfungsi sebagai implementor, sebaliknya untuk kebijakan makro, usaha-usaha implementasi akan melibatkan berbagai institusi. Mengenai keterlibatan berbagai aktor dalam implementasi, randall B. Ripley dan Grace A. Franklin 1986:11 menulis sebagai berikut : “Implementatition process incolve many important actors holding diffuse and competing goals and expectatitions who work within a contexts of an increasingly large and complex mix of government programs that require participation from numerous layers and units of government and who are affected by powerful factors beyond their control”. Universitas Sumatera Utara 8 Kompleksitas implementasi bukan saja ditunjukkan oleh banyaknya aktor atau unit organisasi yang terlibat, tetapi juga dikarenakan proses implementasi dipengaruhi oleh berbagai variabel yang kompleks, baik variabel yang individual maupun variabel organisasional, dan masing – masing variabel pengaruh tersebut juga saling berinteraksi satu sama lain. Program merupakan unsur pertama yang harus ada demi terciptanya kegiatan implementasi. Program akan menunjang implementasi karena dalam program tersebut telah dimuat berbagai aspek, dimana dalam setiap program dijelaskan mengenai : 1. Tujuan yang akan dicapai, 2. Kegiatan-kegiatan yang harus diambil dalam mencapai tujuan itu, 3. Aturan-aturan yang harus dipegang dan prosedur yang harus dilalui, 4. Perkiraan anggaran yang dibutuhkan, dan, 5. Strategi pelaksanaan. Dengan program ini, maka segala bentuk rencana akan lebih terorganisir dan lebih mudah untuk dioperasionalkan. Program pada dasarnya merupakan kumpulan proyek- proyek yang bertujuan untuk mencapai keseluruhan sasaran kebijaksanaan. Menurut Charles O Jones 1991,296 : “pengertian program adalah cara yang disahkan untuk mencapai tujuan”. Unsur kedua yang harus dipenuhi dalam proses implementasi yaitu adanya kelompok masyarakat yang menjadi sasaran program sehingga masyarakat tersebut akan menerima manfaat dari program yang dijalankan serta terjadinya perubahan dan peningkatan pada kehidupan. Tanpa memberikan manfaat kepada masyarakat, maka boleh dikatakan program tersebut telah gagal dilaksanakan. Universitas Sumatera Utara 9 Berhasil tidaknya suatu program diimplementasikan tergantung pada unsur pelaksanaanya. Dan unsur pelaksanaan ini merupakan unsur ketiga. Pelaksanaan penting artinya, karena pelaksanaan, baik itu organisasi maupun perorangan bertanggung jawab dalam pengelolaan maupun pengawasan dalam proses implementasi. Dari defenisi-defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa implementasi adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program. Dimana ada tiga kegiatan daripada implementasi, yaitu : 1. Penafsiran Yaitu kegiatan yang menterjemahkan makna program kedalam pengaturan yang dapat diterima. 2. Organisasi Yaitu merupakan wadah untuk menempatkan program kedalam tujuan kebijakan. 3. Penerapan Yaitu dimana pelaksanaan program sesuai dengan perencanaan yang dilengkapi dengan prosedur kerja serta jadwal kegiatan dan disiplin. Kegagalan atau keberhasilan implementasi dapat dilihat dari kemampuan policy makers secara nyata dalam mengoperasionalkan progam-program. Agar tercapainya sesuai tujuan serta terpenuhinya misi program, diperlukan kemampuan yang tinggi pada organisasi pelaksananya. Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh policy makers bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam implementasinya. Ada banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan Universitas Sumatera Utara 10 upaya-upaya policy makers untuk memengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran. Implementasi atau penerapan program dengan demikian telah menjadi suatu jaringan yang tidak kelihatan. Maka implementasi adalah kemampuan untuk membentuk hubungan-hubungan lebih lanjut dalam rangkaian sebab akibat yang menghubungkan tindakan dengan tujuan. kegagalan

1.5.2. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Implementasi Kebijakan 1.

Teori G. Edward III Menyatakan bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan :

1. Komunikasi

a. Transmisi Pemerintah sebagai pihak yang berperan langsung dalam pengimplementasian kebijakanprogram telah mentransmisikan perintah-perintah implementasi sesuai dengan keputusan yang telah dibuat. b. Kejelasan Petunjuk implementasi bukan saja diterima, melainkan juga harus jelas, dimana bila tujuan dan sasaran suatu kebijakan tidak jelas, atau bahkan tidak diketahui sama sekali oleh kelompok sasaran, maka kemungkinan akan terjadi resistensi dari kelompok sasaran.

2. Sumber Daya

a. Sumber daya manusia human resources Tidak cukup hanya dengan adanya jumlah implementator yang memadai, untuk menjalankan sebuah kebijakan, bila tidak dibarengi dengan ketrampilan yang sesuai dengan kualifikasi standar yang diharuskan. Universitas Sumatera Utara 11 b. Informasi Informasi berkenaan dengan berupa petunjuk dalam melaksanakan kebijakan dan data untuk menyesuaikan antara implementasi dengan kebijakan pemerintah. c.Kewenangan atau otoritas Hak untuk mengeluarkan jaminan, mengeluarkan perintah untuk pejabat lain, menarik dana dari sebuah program, memberikan dana, bantuan teknik, membeli barang dan jasa, pengawasan serta mengeluarkan cek untuk para warga. d.Fasilitas Berbagai fasilitas fisik, yang disediakan oleh implementator sebagai persediaan yang esensial, yang bisa menunjang implementasi kebijakan atau program.

3. Disposisi

Merupakan watak dan karakteristik yang harus dimiliki oleh implementator, seperti, komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis.

4. Struktur Birokrasi

Prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, akan menyebabkan aktifitas birokrasi tidak flexibel.

2. Teori Merilee S. Grindle 1980

Keberhasilan implemetasi menurut Merilee S. Grindle 1980 dipengaruhi oleh dua variabel besar, yakni isi kebijakan content of policy dan lingkungan implementasi context of implementation. Variabel isi kebijakan mencakup: 1 sejauh manak kepentingan kelompok sasaran atau target groups termuat dalam isi kebijakan; 2 jenis manfaat yang diterima oleh target group; 3 sejauhmana perubahan yang diinginkan dari sebuah kebijakan; 4 apakah letak sebuah program sudah tepat; 5 apakah sebuah kebijakan telah Universitas Sumatera Utara 12 menyebutkan implementornya dengan rinci; dan 6 apakah sebuah program didukung oleh sumberdaya yang memadai. Sedangkan variabel lingkungan kebijakan mencakup: 1 seberapa besar kekuasaan, kepentingan, dan strategi yang dimiliki oleh para aktor yang terlibat dalam implementasi kebijakan; 2 karakteristik institusi dan rejim yang berkuasa; 3 tingkat kepatuhan dan responsivitas kelompok sasaran.

3. Teori Daniel A. Mazmanian dan Paul A. Sabatier 1983

Menurut Mazmanian dan Sabatier 1983, ada tiga kelompok variabel yang mempengaruhi keberhasilan implementasi, yakni: 1 karakteristik dari masalah tractability of the problems; 2 Karakteristik kebijakan undang – undang ability of statue to structure implementation; 3 Variabel lingkungan nonstatutory variabels affecting implementation. Karakteristik Masalah: 1 Tingkat kesulitan teknis dari masalah yang bersangkutan. Di satu pihak ada beberapa masalah sosial secara teknis mudah dipecahkan, seperti kekurangan persediaan air minum bagi penduduk atau harga beras yang tiba – tiba naik. Di pihak lain terdapat masalah – masalah sosial yang relatif sulit dipecahkan, seperti kemiskinan, penganguran, korupsi, dan sebagainya. Sifat masalah itu sendiri akan mempengaruhi mudah tidaknya suatu program diimplementasikan. 2 Tingakat kemajemukan dari kelompok sasaran. Ini berarti bahwa suatu program akan relatif mudah diimplementasikan apabila kelompok sasarannya adalah homogen. Sebaliknya apabila kelompok sasarannya heterogen, maka implementasi Universitas Sumatera Utara 13 program akan relatif lebih sulit, karena tingkat pemahaman setiap anggota kelompok sasaran terhadap program relatif berbeda. 3 Proporsi kelompok sasaran terhadap total popolasi. Sebuah program akan lebih relatif sulit diimplementasikan apabila sasarannya mencakup semua populasi. Sebaliknya sebuah program relatif mudah diimplementasikan apabila jumlah kelompok sasarannya tidak terlalu besar. 4 Cakupan perubahan perilaku yang diharapkan. Sebuah program yang bertujuan memberikan pengetahuan atau bersifat kognitif akan relatif mudah diimplementasikan daripada program yang bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku masyarakat. Karekteristik Kebijakan : 1 Kejelasan isi kebijakan. Ini berarti semakin jelas dan rinci isi sebuah kebijakan akan mudah diimplemeantasikan karena implementor mudah memahami dan menterjemahkan dalam tindakan nyata. Sebaliknya, ketidakjelasan isi kebijakan merupakan potensi lahirnya distorsi dalam implementasi kebijakan. 2 Seberapa jauh kebijakan tersebut memiliki dukungan teoretis. Kebijakan yang memiliki dasar teoretis memiliki sifat lebih mantap karena sudah teruji, walaupun untuk beberapa lingkungan sosial tertentu perlu ada modifikasi. 3 Besarnya alokasi sumberdaya finansial terhadap kebijakan tersebut. Sumberdaya keuangan adalah faktor krusial untuk setiap program sosial. 4 Seberapa besar adanya keterpautan dan dukungan antar berbagai institusi pelaksana. 5 Kejelasan dan konsistensi aturan yang ada pada badan pelaksana. 6 Tingkat komitmen aparat terhadap tujuan kebijakan. Universitas Sumatera Utara 14 7 Seberapa luas akses kelompok – kelompok luar untuk berpartisipasi dalam implementasi kebijakan. Lingkungan Kebijakan: 1 Kondisi sosial ekonomi masyarakat dan tingkat kemajuan teknologi. Masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik akan relatif mudah menerima program – program pembaruan dibanding dengan masyarakat yang masih tertutup dan tradisional. Demikian juga, kemajuan teknologi akan membantu dalam proses keberhasilan implementasi proram, karena program – program tersebut dapat disosialisasikan dan diimplementasikan dengan bantuan teknologi modern. 2 Dukungan publik terhadap sebuah kebijakan. Kebijakan yang memberikan insentif biasanya mudah mendapatkan dukungan publik. Sebaliknya kebijakan yang bersifat dis-insentif, seperti kenaikan harga BBM atau kenaikan pajak akan kurang medapat dukungan publik. 3 Sikap dari kelompok pemilih constituency groups. 4 Tingkat komitmen dan keterampilan dari aparat dan implementor.

4. Teori Donald S. Van Meter dan Carl E. Van Horn 1975

Menurut Meter dan Hornm, ada lima variabel yang memengaruhi kinerja implementasi, yakni; 1 standar dan sasaran kebijakan; 2 sumberdaya; 3 komunikasi antarorgansasi dan penguatan aktivitas; 4 karakteristik agen pelaksana; dan 5 kondisi sosial, ekonomi dan politik 1 Standar dan sasaran kebijakan.Sasaran dan kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisir. Apa bila standar dan sasaran kebijakan kabur,maka terjadi multiinterpretasi dan mudah menimbulkan konflik antara agen implementasi. Universitas Sumatera Utara 15 2 Sumberdaya.Implementasi kebijakan perlu dukungan sumberdaya manusia human resources maupun sumberdaya non manusia non human resources. 3 Hubungan antar organisasi. dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program. 4 Karakteristik agen pelaksana. Maksud karakteristik agen pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjasdi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan memengaruhi implementasi suatu program. 5 Kondisi sosial, politik, dan ekonomi. Variabel ini mencakup sumberdaya ekonomi lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan; sejauhmana kelompok-kelompok kepentingan memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan; karakteristik para partisipan, dan bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan. 6 Disposisi implementor. Disposisi implementor ini mencakup tiga hal yang penting, yakni : a. respons implementor terhadap kebijakan, yang akan memengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan; b. kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan c. intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

5. Teori G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli 1983

Ada empat kelompok variabel yang dapat memengaruhi kinerja dan dampak suatu program, yakni; 1. Kondisi lingkungan 2. Hubungan antar organisasi Universitas Sumatera Utara 16 3. Sumberdaya organisasi untuk implementasi program 4. karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

6. Teori David L. Weimer dan Aidan R. Vining 1999

Menurut Weimer dan Vining 1999:396 ada tiga kelompok variabel besar yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi suatu program, yakni; 1. Logika kebijakan 2. Lingkungan tempat kebijakana dioperasikan dan 3. Kemampuan implementor kebijakan Logika dari suatu kebijakan. Ini dimaksud agar suatu kebijakan yang ditetapkan masuk akal reasonable dan mendapat dukungan teoretis. Lingkungan tempat kebijakan tersebut dioperasikan akan memengaruhi keberhasilan implementasi suatu kebijakan., yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkungan sosial, politik, ekonomi, hankam, dan fisik atau geografis. Kemampuan implementor. Keberhasilan suatu kebijakan dapat dipengaruhi oleh tingkat kempetensi dan ketrampilan dari para implementor kebijakan. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka penulis mempergunakan model implementasi kebijakan yang dikemukakan oleh George. C Edwards III. Dari berbagai defenisi implementasi diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa imlementasi program dikatakan berhasil atau tidaknya, ditentukan oleh adanya tujuan dan sasaran komunikasi yang jelas, struktur birokrasi yang trasparan, maupun sumber daya manusia yang memadai, cakap, berkualitas, dan berkompeten, sehingga dapat menunjang terlaksananya program Universitas Sumatera Utara 17 1.5.3. Pedoman Penumbuhan dan Pengembangan Kelompok Usaha Besama KUBE Tani di Dusun III Desa Pematang Lalang.

1.5.3.1 Pengertian

1. Kelompok Usaha Bersama KUBE tani adalah kelompok warga atau keluarga binaan departemen pertanian yang dibentuk oleh warga atau kelompok binaan departemen pertanian yang telah dibina melalui proses kegiatan perkembangan tata cara bercocok tanam untuk melaksanakan kegiatan peningkatan hasil produksi panen dan usaha perbaikan ekonomi petani dalam semangat kebersamaan sebagai sarana untuk meningkatkan taraf kesejahteraan social kelompok tani. 2. KUBE tani merupakan metode pendekatan yang terintegrasi dan keseluruhan proses pertanian dalam rangka memperbaiki tingkat kesejahteraan kelompok tani. 3. Pembentukan KUBE tani dimulai dengan proses pembentukan kelompok sebagai hasil bimbingan departemen pertanian melalui PPL Pembina Penyuluh Lapangan, pelatihan keterampilan berusaha, bantuan stimulans dan pendampingan.

1.5.3.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan KUBE tani diarahkan kepada upaya mempercepat penghapusan kemisikinan kelompok tani, melalui: 1. Peningkatan hasil produksi panen para anggota KUBE secara bersama dalam kelompok 2. Peningkatan pendapatan 3. Pengembangan usaha 4. Peningkatan kepedulian dan kesetiakawanan sosial diantara para anggota KUBE dan dengan masyarakat sekitar. Universitas Sumatera Utara 18 5. Sasaran Kelompok Usaha Bersama KUBE tani adalah anggota dari masing-masing kelompok tani.

1.5.3.3 Proses Pembentukan Kelompok Usaha Bersama KUBE Tani di Dusun III Desa Pematang Lalang.

Langkah atau kegiatan pokok pembentukan KUBE tani pada kelompok tani adalah : 1. Pelatihan keterampilan berusaha, dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan praktis berusaha kelompok tani serta kondisi wilayah, termasuk kemungkinan pemasaran dan pengembangan hasil usahanya. Nilai tambah lain dari pelatihan adalah tumbuhnya rasa percara diri dan harga diri kelompok tani untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi dan memperbaiki kondisi kehidupannya. 2. Pemberian bantuan stimulan sebagai modal kerja atau berusaha yang disesuaikan dengan kemampuan kelompok tani dan kondisi setempat. Bantuan ini merupakan hibah bukan pinjaman atau kredit akan tetapi diharapkan bagi kelompok tani penerima bantuan untuk mengembangkan dan menggulirkan kepada anggota kelompok tani. 3. Pendampingan, mempunyai peran sangat penting bagi berhasil dan berkembangnya KUBE tani, mengingat sebagian besar kelompok tani merupakan kelompok yang miskin dan penduduk miskin. Secara fungsional pendamping dilaksanakan oleh Departemen Pertanian dan juga Pemerintah Daerah. Terdapat 16 kelompok tani di Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, 6 kelompok tani terdapat di dusun III, 5 kelompok tani terdapat di dusun II, dan 5 kelompok tani lainnya terdapat di dusun I. Ke-16 kelompok tani yang terdapat di Desa Pematang Lalang Kecamatan Percut Sei Tuan ini berada dibawah naungan susunan pengurus gabungan kelompok tani Universitas Sumatera Utara 19 GAPOKTAN, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Ruang lingkup keanggotaan GAPOKTAN ini meliputi beberapa kelompok tani, yaitu kelompok tani: A. Rahayu B. Suka Maju C. Bersatu D. Bersama E. Sehati F. Pembangunan G. Nauli H. Sekata I. Rapuli J. Saurdut K. Makmur L. Serasi M. Sempurna

N. Sumber Makmur

O. Giat Maju

1.5.3.4 Organisasi dan Manejemen

1. Kepengurusan KUBE tani Pada hakekatnya KUBE dibentuk dari, oleh dan untuk anggota kelompok. Pengurus KUBE dipilih dari anggota kelompok yang mau dan mampu mendukung pengembangan KUBE, memiliki kualitas seperti kesediaan mengabdi, rasa keterpanggilan, mampu mengorganisasikan dan mengkoordinasikan kegiatan anggotanya, mempunyai keuletan, Universitas Sumatera Utara 20 pengetahuan dan pengalaman yang cukup serta yang penting adalah merupakan hasil pilihan dari anggotanya. Program kelompok usaha bersama tani itu sendiri dibawah peranan dan tanggung jawab Departeme Pertanian. Dimana PPL Penyuluh Pertanian Lapangan merupakan badan yang dikoordinir oleh Departemen Pertanian sebagai badan perwakilan Departemen Pertanian yang berfungsi sebagai konsultan, mediator informasi, serta perpanjangan tangan Pemerintah kepada petani dalam meningkatkan hasil pertanian, guna memperbaiki kehidupan petani yang pra sejahtera menjadi sejahtera. Dimana fungsi PPL adalah sebagai berikut :

1. Sebagai Konsultan

PPL berperan sebagai badan yang memberikan pengarahan-pengarahan dalam usaha peningkatan hasil pertanian serta pemecahan masalah terhadap persoalan-persoaln yang timbul dalam pertanian.

2. Sebagai Mediator Informasi.

PPL berperan sebagai penyedia informasi pengetahuan bagi petani, bagaimana meningkatkan hasil pertanian melalui ilmu pengetahuan dan perkembangan teknologi, yang secara tidak langsung juga meningkatkan pengetahuan petani itu sendiri. Hal ini dilakukan melalui forum terbuka, diskusi-diskusi, seminar ataupun melakukan studi banding.

3. Sebagai Perpanjangan Tangan Pemerintah

Dimana PPL menjembatani penyaluran bantuan yang diberikan oleh pemerintah kepada masyrakat. Namun, kadang yang terjadi di lapangan, PPL tidak memiliki kemampuan pengetahuan yang cukup dibidangnya, dimana petani dengan kemampuan pengalamannya Universitas Sumatera Utara 21 dan hanya dengan tingkat pendidikan yang rendah, lebih ahli dibidangnya daripada PPL yang lulusan Perguruan Tinggi yang telah mengecap bangku pendidikan. Hal ini dilihat dengan dilakukannya penanaman padi secara bersamaan dengan waktu dan kondisi tanah yang sama. Dimana dalam 2 petak sawah, petak sawah yang dikerjakan oleh petani, dengan penggunaan pupuk dan peralatan yang terbatas lebih menghasilkan padi yang unggul, dibandingkan dengan petak sawah yang dikerjakan oleh PPL, yang menggunakan peralatan yang lebih memadai, dan dengan pengetahuan yang dimilikinnya. 2. Keanggotaan KUBE Anggota KUBE adalah kelompok tani sebagai sasaran program yang telah disiapkan. Jumlah anggota untuk setiap KUBE tani berkisar minimal antara 5 sampai 10 orang KK. Jumlah kelompok tani ditentukan berdasarkan atas luas areal sawah pertanian, yaitu untuk 40 hektar areal sawah pertanian atau 1000 rante ketetapan dasar dikelola oleh satu kelompok tani, dan yang menjadi anggota dalam satu kelompok tani adalah petani-petani yang mengerjakan sawah, dimana sawah yang dikerjakannya termasuk kedalam ketetapan dasar areal sawah pertanian 40 hektar. Misalnya, dalam 40 hektar lahan sawah, ada 15 petani yang menggarap masing-masing sawah yang termasuk kedalam areal 40 hektar lahan sawah, maka dalam hal ini, ke-15 petani tersebut merupakan satu kelompok tani. Karena ketetapan dasar tersebut, seorang petani dapat menjadi anggota 1 atau lebih kelompok tani, hal ini disebabkan karena, bisa saja seseorang petani mengerjakan 5 sawah ditempat yang berbeda-beda lokasinya, dan ke-5 sawah tersebut termasuk kedalam 5 kelompok tani yang berbeda pula. Dengan demikian, secara otomatis, petani tersebut masuk menjadi anggota dari ke 5 kelompok tani tersebut. Pemilik sawah yang tidak mengerjakan sawahnya sendiri Universitas Sumatera Utara 22 Ketua kelompok Sariman. S Sekretaris Anjur. S Bendahara Jontik Tp.bolon Anggota 48 Anggota Anggota I atau dengan kata lain menyewakan sawahnya padaorang lain tidak ikut menjadi anggota dari kelompok tani, karena hanya merekan yang mengerjakan sawah sajalah yang mejadi anggota dalam satu kelompok tani, meskipun sawah yang mereka kelola bukanlah milik mereka. Kelompok Tani Dusun III Desa Pematang Lalang 1. Nama KUBE : Olo Martani Kelompok tani olo martani dibantuk pada tanggal 26 januari 2006, dengan jumlah anggota sebanyak 31 orang, yang terdiri dari laki-laki 29 orang, dan wanita sebanyak 2 orang,. Dimana usia dominan dari setiap anggota tani diatas 50 tahun 45,1 , dengan latar belakang pendidikan mayoritas 45,1 14 orang, tamatan SLTP, dan 1 orang lulusan akademik sarjana. Kelompok tani ini merupakan kelompok tani yang paling maju dari 6 kelompok tani yang terdapat di dusun III desa Pematang Lalang.

A. Struktur Organisasi :

B. Kegiatan-kegiatan Yang Telah Dilakukan :

1.Jual beli padi Universitas Sumatera Utara 23 2.Jual beli pupuk 3.Jual beli pestisida 4.Menyewakan alat-alat mekanisasi handtractor dan treser

C. Sistem Bagi Hasil :

1.Mendapat laba dari pembelian padi GKP 2.Laba dari pupuk dan obat-obatan 3.Laba dari penyewaan alat-alat mekanisasi

D. Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki :

1.Lantai jemur gabah 2.Gudang padi 3.Handtractor 4.Reser

E. Sarana dan Prasarana Yang Diberikan Oleh Pemerintah :

-NIHIL-

F. ManfaatKeuntungan Yang Didapat Oleh Kelompok :

1.Mendapat laba dari penjualan gabah kering giling 2.Memperoleh laba dari penyewaan alat-alat mekanisasi

G. Hambatan-hambatan dalam melakukan KUBE :

1.Sarana transportasi pengangkutan yang kurang memadai 2.Alat-alat yang disewakan sering rusak 3.Cuaca yang tidak menentu 2 Nama KUBE : SAUDUR Kelompok tani saudur dibentuk pada tgl 28 januari 2007, dengan jumlah anggota sebanyak 24 orang, yang terdiri dari 23 orang laki-laki dan 1 orang wanita. Dimana usia dominan dari setiap anggota kelompok tani diatas 50 tahun 41,6, dengan latar belakang pendidikan mayoritas 62,5 15 orang tamatan SD, dan tidak ada satupun dari anggota tani yang menyelesaikan pendidikannya sampai pada tingkat sarjana. Kelompok tani saudur ini merupakan kelompok tani termuda yang ada di Dusun III,Desa Pematang Lalang. Universitas Sumatera Utara 24 Ketua kelompok Effendi Surbakti Sekretaris Arfan Bendahara Ismail Anggota 48 Anggota Anggota I

A. Struktur Organisasi :

B. Kegiatan-kegiatan Yang Dilakukan :

1.Gotong royong 2.Membentuk tali air cacing

C. Sistem Bagi Hasil :

1.Sema 3 kaleng perkanto

D. Sarana dan Prasarana Ya ng Dimiliki :

1.Tali air cacing 2.Irigasi induk 3.Irigasi sekunder dan primer

E. Sarana dan Prasarana Yang Diberikan Oleh Pemerintah :

1.Pupuk NPK 2.Bibit

F. Manfaatkeuntungan Yang Didapat Oleh Kelompok :

-NIHIL-

G. Hambatan-hambatan Dalam Melakukan KUBE :

1.Sarana transportasi yang kurang memadai 2.Sering terjadi banjir kiriman dari kota 3.Harga padi sering menurun Universitas Sumatera Utara 25 Ketua kelompok Parulian Sihombing Sekretaris Panjaitan Bendahara Pasaribu Anggota 48 Anggota Anggota I

3. Nama KUBE : SUMBER MAKMUR

Kelompok tani sumber makmur dibentuk pada tgl 20 januari 2007, dengan jumlah anggota sebanyak 32 orang, yang terdiri dari 27 orang laki-laki, dan 5 orang wanita. Dimana usia dominan dari setiap anggota tani diatas 50 tahun 46,8, dengan latar belakang pendidikan mayoritas 43,75 14 orang tamatan SLTP dan SMU, serta 2 orang lulusan akademik sarjana.

A. Struktur Organisasi :

B. Kegiatan-kegiatan Yang Telah Dilakukan :

1.Gotong-royong 2.Bibit bersama 3.Tanam bersama 4.Pemberantasan hama bersama

C. Sistem Bagi Hasil :

-NIHIL-

D. Sarana dan Prasarana Yang Dimiliki :

1.Irigasi induk

E. Sarana Dan Prasarana Yang Diberikan Oleh Pemerintah :

1.Bibit varietas cicerang64 2.Pupuk NPK

F. ManfaatKeuntungan Yang Didapat Oleh Kelompok :

1.Meningkatkan produksi Universitas Sumatera Utara 26

G. Hambatan-hambatan Dalam Melakukan KUBE :

1.Irigasi yang kurang memadai 2.Tanggul air asin 3.Kurangnya pembuangan air atau pintu klep 4 Nama KUBE : PEMBANGUNAN Kelompok tani pembangunan dibentuk pada tgl 20 januari 2007, dengan jumlah anggota terbanyak dari 6 kelompok tani yang terdapat di Dusun III, Desa Pematang Lalang, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebanyak 49 orang, yang terdiri dari 46 orang laki-laki, serta 3 orang wanita. Dimana usia dominan dari setiap anggota tani diatas 50 tahun, dengan latar belakang pendidikan mayoritas 40,8 120 orang, tamatan SLTP dan tidak ada satupun dari anggota yang menyelesaikan pendidikannya sampai pada tingkat sarjana.

A. Struktur Organisasi :

B. Kegiatan-kegiatan Yang Telah Dilakukan :

1.Usaha jual beli padi gabah, pribadi

C. Sistem Bagi Hasil :

-NIHIL-

D. Sarana Dan Prasarana Yang Dimiliki :

1.Handtractor Ketua kelompok Amin Sianipar Sekretaris Nelson Sihite Bendahara Parulian Simanjuntak Anggota 48 Anggota Anggota I Universitas Sumatera Utara 27

E. Sarana Dan Prasarana Yang Diberikan Oleh Pemerintah :

1.Bibit 2.Pupuk 3.Saluran irigasi

F. ManfaatKeuntungan Yang Didapat Oleh Kelompok :

1.Kebersamaan

G. Hambatan-hambatan Dalam Melakukan KUBE :

1.Tidak adanya tali air cacing 2.Kurangnya obat-obatan pembasmi keong 3. Administrasi KUBE Untuk dapat berjalan dan berkembangnya KUBE dengan baik, maka pengurus maupun pengelola KUBE perlu memiliki catatan atau administrasi yang baik, yang mengatur, pembukuan dan lain sebagainya. Catatan dan administrasi KUBE meliputi antara lain buku anggota, buku peraturan KUBE, pembukuan keuangan pengelolaan hasil, daftar pengurus dan sebagainya. Buku Anggota dan Peraturan GAPOKTAN Gabungan Kelompok Tani a. Landasan, Azas dan tujuan GAPOKTAN 1. GAPOKTAN berlandaskan Pancasila dan UUD 1945 2. GAPOKTAN berazaskan kekeluargaan dan kegotong-royongan 3. GAPOKTAN bertujuan : a. Mengembangkan kesejahteraan Anggota khusunya dan masyarakat pada umumnya dalam rangka menggalang terlaksananya masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila Universitas Sumatera Utara 28 b. Ikut membangun tatanan Perekonomian Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 c. Meningkatkan pengetahuan anggota melalui penyuluhan, latihan maupun keterampilan lainnya d. Menggalang seluruh kebutuhan untuk meningkatkan produksi dan pemasaran produksi dari seluruh anggota dan kendala-kendala yang dihadapi untuk kemudian dipecahkan bersama.

b.Usaha

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka GAPOKTAN menyelenggarakan usaha- usaha sebagai berikut: 1. Kilang padi dan Usaha Prossesing lainnya 2. Mengadakan usaha sarana produksi pertanian dan pemsaran hasil-hasil pertanian 3. Mengadakan usaha lain yang menguntungkan anggota GAPOKTAN, sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku 4. Mengadakan kerjasama dengan pihak lain yang saling menguntungkan dan untuk meningkatkan kesejahateraan anggota.

c. Syarat Keanggotaan