Dari tabel dibawah ini dapat disimpulkan bahwa dari 99 responden yang ada 45 orang atau 45,46 menyatakan selalu ikut bila ada kegiatan kerja bakti untuk membersihkan
selokan atau pinggir jalan, 11 orang atau 11,11 menyatakan sering ikut, 9 orang 9,09 jarang ikut dan sisanya 34,34 menyatakan tidak pernah ikut bila ada kegiatan kerja bakti di
Kelurahan Binjai.
Tabel 36. Frekuensi Responden Membersihkan Selokan No
Variabel Frekuensi
Persentase
1. 2.
3. 4.
Selalu ikut Sering ikut
Jarang ikut Tidak pernah ikut
45 11
9 34
45,46 11,11
9,09 34,34
Jumlah 99
100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011
4.10.8. Membayar retribusi
Aspek Pembiayaan dalam Sistem Pengelolaan Persampahan mempunyai peran penting dalam menjalankan roda operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana
persampahan. Berbagai masalah penanganan sampah yang timbul pada umumnya disebabkan oleh adanya keterbatasan dana, seperti keterbatasan dana investasi peralatan, dana operasi
dan pemeliharaan sehingga kualitas pelayanan sampah sangat ditentukan oleh harga satuan per meter 3 sampah. Besaran biaya satuan ini bahkan dapat digunakan sebagai indikator
tingkat efisiensi atau keberhasilan pengelolaan sampah disuatu kota. Tanpa ditunjang dana yang memadai, akan sulit mewujudkan kondisi kota yang bersih dan sehat.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan biaya pengelolaan sampah ini akan meningkat sejalan dengan tingkat pelayanan atau volume sampah yang harus dikelola. Pihak institusi pengelola persampahan
dituntut untuk dapat merencanakan kebutuhan dana secara akurat setiap tahunnya agar roda pengelolaan dapat terus berjalan sesuai dengan tujuan utama, yaitu mewujudkan kota bersih
dan sehat. Meskipun tanggung jawab pengelolaan persampahan sebenarnya ada pada pihak
Pemda tingkat II PP 141987, tetapi Pemerintah Pusat tetap memberikan bantuan sebagai wujud pembinaan. Sesuai dengan Kebijaksanaan dan Strategi Nasional Pembangunan bidang
Persampahan, bahwa untuk mencapai target tingkat pelayanan 60 - 80 pada Pelita VI, Pemerintah Pusat telah memberikan bantuan proyek berupa peralatan pengumpulan,
pemindahan, pengangkutan dan alat berat untuk TPA. Bantuan ini bersifat stimulan sehingga Pemda diminta untuk dapat mengoperasikan,
memelihara dan mengembangkannya. Selain itu Pemerintah Pusat juga memberikan bantuan teknis berupa StudiPerencanaan dan Pedoman Teknis serta bantuan Pelatihan.Pada saat ini
kendala yang dihadapi oleh Pemerintah Daerah dalam mengembangkan sistem pengelolaan sampah adalah tidak saja dana investasi yang terbatas tetapi juga keterbatasan biaya investasi,
operasi dan pemeliharaan sarana dan prasarana persampahan tersebut, sehingga optimalisasi penggunaan peralatan yang ada kurang memadai.
Dalam rangka melaksanakan pola pembiayaan cost recovery, upaya peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan harus diikuti dengan perbaikan sistem penarikan retribusi.
Perbaikan tersebut meliputi perbaikan tarif dan pola penarikan retribusi. Kedua hal tersebut akan sangat mendukung dalam penyediaan biaya pengelolaan persampahan suatu kota.
Universitas Sumatera Utara
Retribusi merupakan salah satu bentuk nyata partisipasi masyarakat didalam membiayai program pengelolaan persampahan. Retribusi harus disiapkan dengan seksama
serta mempunyai landasan yang kokoh, agar masyarakat dapat menerima kenyataan bahwa untuk hidup sehat diperlukan biaya dan masyarakat dapat percaya bahwa uang yang
dibayarnya benar-benar digunakan untuk pengelolaan persampahan Komponen yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan penentuan tarif. retribusi
adalah sebagai berikut : a
Kebutuhan biaya pengelolaan per tahun b
Tingkat pelayanan jumlah sampah yang dikelola c
Jumlah timbulan sampah masing-masing sumber d
Pengelompokan wajib retribusi e
Pola subsidi silang f
Kemampuan Pemda mensubsidi g
Kemampuan dan kemauan masyarakat membayar retribusi ditinjau dari tingkat penghasilan masyarakat berpendapatan tinggi, menengah dan rendah serta urgensi
pelayanan yang dituntut oleh masyarakat
Pengelompokan wajib retribusi harus memperhatikan jenis aktifitas atau usaha apakah bersifat komersial atau sosial, dapat juga dilakukan pengelompokan kualitas seperti
kelas atas, menengah dan rendah. Pengelompokan tersebut terdiri dari : a
Kelompok Perumahan b
Kelompok Komersial toko, pasar, salon, bioskop, hotel, restoran dan lain-lain c
Kelompok Fasilitas umum perkantoran, sekolah, rumah sakit dan lain-lain d
Kelompok Fasilitas sosial tempat ibadah, panti asuhan dan lain-lain
Metoda yang digunakan dalam penarikan retribusi adalah sebagai berikut: Pola Penarikan Retribusi
1. Penarikan retribusi secara mandiri
Penarikan retribusi dilakukan langsung oleh petugas dari organisasi pengelola sampah.
Universitas Sumatera Utara
2. Bekerja sama dengan organisasi lain
Ada beberapa bentuk kerja sama, yaitu : 1.
Kerja sama dengan RTRW dan Kelurahan, caranya dikaitkan dengan iuran keamanan
2. Kerja sama dengan PLN, dikaitkan dengan sistem pembayaran rekening listrik.
Pembayaran listrik dapat dilakukan setelah mamperlihatkan tanda bukti pembayaran retribusi sampah. Loket pembayaran dapat dilakukan di Bank,
Kelurahan atau loket PLN.
3. Kerja sama dengan PDAM, dikaitkan dengan sistem pembayaran rekening air
sepert halnya dengan PLN.
Menurut hasil wawancara dengan responden di Kelurahan Binjai dana retribusi dibayar langsung ke petugas kebersihan yang telah disediakan oleh pihak kelurahan. Dari
hasil penelitian diperoleh bahwa masyarakat yang menggunakan jasa petugas untuk membuang sampahnya membayar sebesar Rp 10.000 perbulannya. Namun ada juga
masyarakat yang membayar Rp 20.000 untuk biaya retribusi sampah. Dari data dibawah ini dapat dilihat bahwa setiap responden yang menggunakan jasa
petugas kebersihan selalu membayar dana retribusi yang ditentukan sendiri oleh petugas yakni 82 orang atau 82,83 . Dana retribusi ini langsung dikutip oleh petugas masing-
masing. Sedangkan sisanya 17 orang atau 17,17 responden yang tidak menggunakan jasa petugas kebersihan sehingga tidak perlu membayar biaya retribusi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel dibawah beikut ini :
Tabel 37. Frekuensi Resonden Membayar Retribusi
Universitas Sumatera Utara
No Variabel
Frekuensi Persentase
1. 2.
3. 4.
Selalu membayar Sering membayar
Jarang membayar Tidak pernah membayar
82
17 82,83
17,17
Jumlah 99
100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011
Selain dana retribusi oleh petugas kebersihan masyarakat masih dimintakan sumbangan untuk kepentingan kebersihan lingkungan baik itu berupa uang ataupun barang.
Uang dan barang ini dipergunakan bila ada kerja bakti untuk membersihkan lingkungan. Responden yang memberikan sumbangan barang dalam bentuk rokok, kue, minuman,dan alat
kebersihan seperti sapu lidi, sekop, keranjang sampah, cangkul dan lain sebagainya. Orang yang memberikan uang dan barang ini biasanya tidak ikut serta dalam kegiatan kerja bakti
karena alasan tertentu.
Berdasarkan hasil penelitian di Kelurahan Binjai tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program kebersihan adalah sangat rendah. Hal ini dapat di lihat pada
tabel dibawah ini. Tingkat partisipasi masyarakat yang berada pada level tingkat tinggi hanya pada reaksi terhadap halaman kotor yakni 79,80 dan partisipasi masyarakat dalam
hal membayar retribusi yakni 82,83 . Selain itu indikator yang lain berada pada tingkat partisipasi sangat rendah. Berdasarkan tabel diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
masyarakat di Kelurahan Binjai dalam reaksi melihat orang lain membuang sampahnya sembarangan menunjukkkan pada tingkat sangat rendah 45,46 , dan hanya 20,20
masyarakat yang menunjukkan partisipasinya pada tingkat tinggi. Hal ini terjadi karena masyarakat di Kelurahan Binjai tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya. Sehingga terjadi
Universitas Sumatera Utara
penumpukan sampah dimana-mana seperti di pinggir sungai, dipinggir jalan, di tanah kosong dan lain sebagainya.
Bila ada undangan rapat di kantor kelurahan hanya 12,12 yang ikut berpartisipasi sedangkan 69,70 menyatakan tidak pernah ikut berpartisipasi bila ada undangan rapat dari
kelurahan. Hal yang sama juga terjadi pada indikator keikutsertaan masyarakat dalam hal bimbingan atau penyuluhan yang diadakan oleh pemerintah maupun lembaga Swadaya
Masyarakat 86,87 menyatakan partisipasinya berada pada level sangat rendah, hanya 2,02 yang berpartisipasi dalam hal kegiatan bimbingan tersebut. Kegiatan kerja bakti
menunjukkkan pada tingkat sangat tinggi hanya 45,46 , sisanya 34,34 menunjukkan tingkat sangat rendah, memberikan masukan pada saat rapat atau sedang kerja bakti
menunjukkan pada tingkat sangat rendah 86,87 dan sangat tingggi 2,02 , membersihkan selokan nenunjukkan 45,46 berada pada tingkat tinggi dan 34,34 menyatakan sangat
rendah, dan indikator yang terakhir adalah membayar retribusi. Membayar retribusi menunjukkan pada tingkat tinggi yakni 82,83 , hanya 17,17 yang menyatakan
partisipasinya sangat rendah. Dari hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam hal
pengelolaan sampah domestik adalah sangat rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 38. Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Program Kebersihan Berdasarkan Indikator 1 sampai 8
Tingkat Partisaipasi
Persentase 1
2 3
4 5
6 7
8
Sangat rendah
20 45
69 86
34 86
34 17
Universitas Sumatera Utara
Rendah Tinggi
Sangat Tinggi
- -
79 25
10 19
8 10
12 6
5 2
9 11
45 6
5 2
9 11
45 -
- 82
Total 99
99 99
99 99
99 99
99 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011
Keterangan : 1. Reaksi terhadap halaman kotor
2 . Reaksi bila melihat orang lain membuang sampah sembarangan 3. Kehadiran dalam rapat kegiatan kebersihan
4. Keikutsertaan dalam kegiatan penyuluhanbimbingan tentang program kebersihan 5. Keikutsertaan dalam kegiatan kerja bakti
6. Memberikan masukan tentang program kebersihan pada saat rapat atau kegiatan kerja
bakti 7. Membersihan selokan didepan rumahpinggir sungai
8. Membayar retribusi
Tabel 39. Tingkat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Binjai Dalam Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Domestik
No Tingkat Partsipasi
Masyarakat Frekuensi
Persentase
1. 2.
3. 4.
Sangat Rendah Rendah
Tinggi Sangat Tinggi
49 8
6 36
49,50 8,08
6,06 36,36
Jumlah 99
100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya memilah sampah dengan benar maka perlu kiranya pemerintah mengadakan sosialisasi tentang sistem
pengelolaan sampah yang baik dan benar, sehingga masyarakat dapat memperlakukan
Universitas Sumatera Utara
sampahnya dengan benar. Dibawah ini adalah pendapat responden tantang perlu atau tidaknya pemerintah atau stakeholders mengadakan sosialisasi tentang sistem pengelolaan
sampah yang benar.
Tabel 40. Pendapat Responden Tentang perlunya Diadakan Kegiatan Sosialisasi Tentang Sistem Pengelolaan Sampah dengan Menerapkan Prinsip 3 R
No Tempat sampah
Frekuensi Persentase
1. 2.
Perlu Tidak perlu
91 8
91,92 8,08
Jumlah 99
100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011
Tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden 91,92 setuju bahwa pemerintah perlu mengadakan sosialisasi sistem pengelolaan sampah di kelurahan Binjai.
Tujuannya adalah untuk merubah perilaku masyarakat yang suka membuang sampah secara sembarangan dan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan dan pentingnya
memilah sampah dan menyadari pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Bagi responden yang menyatakan tidak perlu 8,08 diadakan sosialisasi perlu diadakan pendekatan yang
dapat merubah pola pikirnya tentang kesehatan lingkungan. Adapun alasan responden menyatakan perlu diadakan sosialisasi adalah supaya
masyarakat dapat menjaga kebersihan lingkungan 15,15 , supaya masyarakat tidak membuang sampahnya secara sembarangan 40,40 dan alasan supaya masyarakat
mengetahui cara memperlakukan sampah dengan benar 44,45
Universitas Sumatera Utara
Berikut hasil wawancara penulis dengan seorang responden : “ Sampah bukan tanggungjawab saya melainkan tanggungjawab pak kepling, jadi
menurut saya sosialisasi atau apapun namanya tidak perlu bagi saya, yang penting bisa menghidupi keluarga saja saya sudah bersyukur”
Hasil wawancara dengan responden pada tanggal 2 Oktober 2011 Masih hasil wawancara penullis dengan responden:
“ Dikelurahan ini tidak pernah diadakan pertemuan atau sosialisasi mengenai kebersihan lingkungan. Sepertinya pihak saya katakan karena di sini sudah banyak
sampah yang menumpuk baik itu di lahan kosong, pinggir jalan bahkan di tepi sungai. Kadang-kadang saya khawatir melihat kondisi sungai yang dipenuhi
dengan sampah
Hasil wawancara dengan responden pada tanggal 10 Oktober 2011
Dengan adanya sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat sebagai penghasil sampah. Dengan demikian masyarakat penghasil sampah akan
mendapat pengetahuan tentang sistem pengelolaan sampah yang baik dan benar sehingga bisa menjaga kebersihan lingkungan pemukiman masing-masing. Dengan adanya pengetahuan
tersebut diharapkan masyarakat dapat memotivasi dirinya dan lingkungannya untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
Berikut ini akan dijelaskan beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah domestik di kelurahan Binjai .
4.11. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Sampah Domestik di Kelurahan Binjai
Ada beberapa faktor yang dapat memengaruhi partisipasi masyarakat dalam suatu program, sifat faktor-faktor tersebut dapat mendukung suatu keberhasilan program namun
ada juga yang sifatnya dapat menghambat keberhasilan program. Misalnya saja faktor usia,
Universitas Sumatera Utara
terbatasnya harta benda, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Angell dalam Ross, 1967: 130 mengatakan partisipasi yang tumbuh dalam masyarakat dipengaruhi oleh banyak faktor.
Menurut Cohen dan Uphoff 1977 dalam Sumaryati 1984, partisipasi dalam pembangunan masyarakat pedesaan adalah keterlibatan masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana caranya, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program dan keputusan dengan menyumbangkan
beberapa sumber daya atau bekerjasama dalam organisasikegiatan tertentu, bagian manfaat dari program pembangunan, danatau keterlibatan masyarakat dalam upaya evaluasi program.
Oleh karena itu, pengukuran partisipasi dilakukan dengan melihat keterlibatan para pihak dalam proses perencanaan dan pengambilan keputusan, pelaksanaan dan
pemeliharaanpemanfaatan hasil kegiatan. Namun demikian dalam implementasinya, kegiatan yang partisipatif terkadang harus
melalui proses yang panjang karena beberapa persoalan yang harus diselesaikan terlebih dahulu. Conyers dalam Slamet 1993 menyatakan bahwa seringkali kegiatan partisipatif
terkendala oleh tidak adanya keinginan masyarakat untuk terlibat dalam kegiatan tersebut. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain : 1 Manfaat yang dirasakan, biaya yang harus dikeluarkan dan resiko yang harus
dihadapi Bryant, 1983; 2 Variabel demografi seperti umur, status perkawinan dan pendidikan Civilize
dalam Sumaryati, 1984; 3 Tingkat pendapatan, pekerjaan, pendidikan dan luas lahan yang diolah Atienza
dan Antonio dalam Sumaryati, 1984; serta
Universitas Sumatera Utara
4 Karakteristik responden umur, pendidikan, status sosial, lama pengalaman, tingkat pendapatan, kondisi fisik lapangan, sumber informasi dan tipe ajakan
Kristanto, 1993.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan seseorang dalam berpartisipasi, yaitu:
1. Usia
Faktor usia merupakan faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang ada. Mereka dari kelompok usia menengah ke atas
dengan keterikatan moral kepada nilai dan norma masyarakat yang lebih mantap, cenderung lebih banyak yang berpartisipasi daripada mereka yang dari kelompok usia lainnya.
Dari hasil penelitian dilapangan mengenai usia terhadap 99 orang masyarakat di 20 lingkungan yang dijadikan sebagai resonden, kelompok umur menengah dan muda yang
paling banyak, sedangkan kelompok umur tua paling sedikit.
Tabel 41. Distribusi Responden Menurut Usia dan Tingkat Partisipasinya dalam Pegelolaan Sampah
No Tingkat
Partisipasi Tingkat umur
Frekuensi Muda
Menengah Tua
1. 2.
3. 4.
Sangat Rendah Rendah
Tinggi Sangat Tinggi
30 5
1 22
16 1
4 7
3 2
1 7
49 8
6 36
Total 58
28 13
99 X² Hitung
10,16
Universitas Sumatera Utara