Tempat Pembuangan Akhir TPA

mengumpulkan sampah masyarakat, dengan alasan pada saat pengangkutan itu sampah sudah cukup untuk diangkut. Sedangkan sisanya 18 orang atau 18,18 menyatakan bahwa jam

14.00 sampai 17.00 merupakan waktu yang tepat dalam pengumpulan sampah masyarakat.

Dari 99 jumlah responden ada 17 orang atau 17,17 responden yang tidak diangkut sampahnya oleh petugas, karena berbagai alasan. Karena sampahnya tidak diangkut oleh petugas maka sampah diperlakukan dengan cara dibakar di depan rumah, dibuang ke sungai, dan dibuang ke tanah kosong dan ke TPS.

4.9.3. Tempat Pembuangan Akhir TPA

a. Pengertian TPA Tempat Pembuangan Akhir TPA merupakan tempat dimana sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahanpengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPA merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Selama ini masih banyak persepsi keliru tentang TPA yang lebih sering dianggap hanya merupakan tempat pembuangan sampah. Hal ini menyebabkan banyak Pemerintah Daerah masih merasa sayang untuk mengalokasikan pendanaan bagi penyediaan fasilitas di TPA yang dirasakan kurang prioritas dibanding dengan pembangunan sektor lainnya. Universitas Sumatera Utara Di TPA, sampah masih mengalami proses penguraian secara alamiah dengan jangka waktu panjang. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat; bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun; misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPA selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPA yang telah ditutup. b. Metoda Pembuangan Sampah Pembuangan sampah mengenal beberapa metoda dalam pelaksanaannya yaitu: 1 Open Dumping Open dumping atau pembuangan terbuka merupakan cara pembuangan sederhana dimana sampah hanya dihamparkan pada suatu lokasi; dibiarkan terbuka tanpa pengamanan dan ditinggalkan setelah lokasi tersebut penuh. Masih ada Pemda yang menerapkan cara ini karena alasan keterbatasan sumber daya manusia, dana, dan lain-lain. Cara ini tidak direkomendasikan lagi mengingat banyaknya potensi pencemaran lingkungan yang dapat ditimbulkannya seperti: a Perkembangan vektor penyakit seperti lalat, tikus, dan lain-lain b Polusi udara oleh bau dan gas yang dihasilkan c Polusi air akibat banyaknya lindi cairan sampah yang timbul d Estetika lingkungan yang buruk karena pemandangan yang kotor 2 Control Landfill Universitas Sumatera Utara Metoda ini merupakan peningkatan dari open dumping dimana secara periodik sampah yang telah tertimbun ditutup dengan lapisan tanah untuk mengurangi potensi gangguan lingkungan yang ditimbulkan. Dalam operasionalnya juga dilakukan perataan dan pemadatan sampah untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan lahan dan kestabilan permukaan TPA. Di Indonesia, metode control landfill dianjurkan untuk diterapkan di kota sedang dan kecil. Untuk dapat melaksanakan metoda ini diperlukan penyediaan beberapa fasilitas diantaranya: a Saluran drainase untuk mengendalikan aliran air hujan b Saluran pengumpul lindi dan kolam penampungan c Pos pengendalian operasional d Fasilitas pengendalian gas metan e Alat berat 3 Sanitary Landfill Metode ini merupakan metode standar yang dipakai secara internsional dimana penutupan sampah dilakukan setiap hari sehingga potensi gangguan yang timbul dapat diminimalkan. Namun demikian diperlukan penyediaan prasarana dan sarana yang cukup mahal bagi penerapan metode ini sehingga sampai saat ini baru dianjurkan untuk kota besar dan metropolitan. c. Persyaratan Lokasi TPA Mengingat besarnya potensi dalam menimbulkan gangguan terhadap lingkungan maka pemilihan lokasi TPA harus dilakukan dengan seksama dan hati-hati. Hal ini ditunjukkan dengan sangat rincinya persyaratan lokasi TPA seperti tercantum dalam SNI tentang Tata Universitas Sumatera Utara Cara Pemilihan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah; yang diantaranya dalam kriteria regional dicantumkan: a Bukan daerah rawan geologi daerah patahan, daerah rawan longsor, rawan gempa, dan lain-lain b Bukan daerah rawan hidrogeologis yaitu daerah dengan kondisi kedalaman air tanah kurang dari 3 meter, jenis tanah mudah meresapkan air, dekat dengan sumber air dalam hal tidak terpenuhi harus dilakukan masukan teknologi c Bukan daerah rawan topografis kemiringan lahan lebih dari 20 d Bukan daerah rawan terhadap kegiatan penerbangan di Bandara jarak minimal 1,5 – 3 km e Bukan daerahkawasan yang dilindungi d. Jenis dan Fungsi Fasilitas TPA Untuk dapat dioperasikan dengan baik maka TPA perlu dilengkapi dengan prasarana dan sarana yang meliputi: 1. Prasarana Jalan Prasarana dasar ini sangat menentukan keberhasilan pengoperasian TPA. Semakin baik kondisi jalan ke TPA akan semakin lancar kegiatan pengangkutan sehingga efisiensi keduanya menjadi tinggi. Konstruksi jalan TPA cukup beragam disesuaikan dengan kondisi setempat sehingga dikenal jalan TPA dengan konstruksi: a Hotmix b Beton c Aspal d Perkerasan situ e Kayu Dalam hal ini TPA perlu dilengkapi dengan: a Jalan masukakses; yang menghubungkan TPA dengan jalan umum yang telah tersedia Universitas Sumatera Utara b Jalan penghubung; yang menghubungkan antara satu bagian dengan bagian lain dalam wilayah TPA c Jalan operasikerja; yang diperlukan oleh kendaraan pengangkut menuju titik pembongkaran sampah Pada TPA dengan luas dan kapasitas pembuangan yang terbatas biasanya jalan penghubung dapat juga berfungsi sekaligus sebagai jalan kerjaoperasi. 2. Prasarana Drainase Drainase di TPA berfungsi untuk mengendalikan aliran limpasan air hujan dengan tujuan untuk memperkecil aliran yang masuk ke timbunan sampah. Seperti diketahui, air hujan merupakan faktor utama terhadap debit lindi yang dihasilkan. Semakin kecil rembesan air hujan yang masuk ke timbunan sampah akan semakin kecil pula debit lindi yang dihasilkan yang pada gilirannya akan memperkecil kebutuhan unit pengolahannya. Secara teknis drainase TPA dimaksudkan untuk menahan aliran limpasan air hujan dari luar TPA agar tidak masuk ke dalam area timbunan sampah. Drainase penahan ini umumnya dibangun di sekeliling blok atau zona penimbunan. Selain itu, untuk lahan yang telah ditutup tanah, drainase TPA juga dapat berfungsi sebagai penangkap aliran limpasan air hujan yang jatuh di atas timbunan sampah tersebut. Untuk itu permukaan tanah penutup harus dijaga kemiringannya mengarah pada saluran drainase. 3. Fasilitas Penerimaan Fasilitas penerimaan dimaksudkan sebagai tempat pemeriksaan sampah yang datang, pencatatan data, dan pengaturan kedatangan truk sampah. Pada umumnya fasilitas ini dibangun berupa pos pengendali di pintu masuk TPA. Pada TPA besar dimana Universitas Sumatera Utara kapasitas pembuangan telah melampaui 50 tonhari maka dianjurkan penggunaan jembatan timbang untuk efisiensi dan ketepatan pendataan. Sementara TPA kecil bahkan dapat memanfaatkan pos tersebut sekaligus sebagai kantor TPA sederhana dimana kegiatan administrasi ringan dapat dijalankan. 4. Lapisan Kedap Air Lapisan kedap air berfungsi untuk mencegah rembesan air lindi yang terbentuk di dasar TPA ke dalam lapisan tanah di bawahnya. Untuk itu lapisan ini harus dibentuk di seluruh permukaan dalam TPA baik dasar maupun dinding. Bila tersedia di tempat, tanah lempung setebal + 50 cm merupakan alternatif yang baik sebagai lapisan kedap air. Namun bila tidak dimungkinkan, dapat diganti dengan lapisan sintetis lainnya dengan konsekuensi biaya yang relatif tinggi. 5. Fasilitas Pengamanan Gas Gas yang terbentuk di TPA umumnya berupa gas karbon dioksida dan metan dengan komposisi hampir sama; disamping gas-gas lain yang sangat sedikit jumlahnya. Kedua gas tersebut memiliki potensi besar dalam proses pemanasan global terutama gas metan; karenanya perlu dilakukan pengendalian agar gas tersebut tidak dibiarkan lepas bebas ke atmosfer. Untuk itu perlu dipasang pipa-pipa ventilasi agar gas dapat keluar dari timbunan sampah pada titik-titik tertentu. Untuk ini perlu diperhatikan kualitas dan kondisi tanah penutup TPA. Tanah penutup yang porous atau banyak memiliki rekahan akan menyebabkan gas lebih mudah lepas ke udara bebas. Pengolahan gas metan dengan cara pembakaran sederhana dapat menurunkan potensinya dalam pemanasan global. Universitas Sumatera Utara 6. Fasilitas Pengamanan Lindi Lindi merupakan air yang terbentuk dalam timbunan sampah yang melarutkan banyak sekali senyawa yang ada sehingga memiliki kandungan pencemar khususnya zat organik sangat tinggi. Lindi sangat berpotensi menyebabkan pencemaran air baik air tanah maupun permukaan sehingga perlu ditangani dengan baik. Tahap pertama pengamanan adalah dengan membuat fasilitas pengumpul lindi yang dapat terbuat dari: perpipaan berlubang-lubang, saluran pengumpul maupun pengaturan kemiringan dasar TPA; sehingga lindi secara otomatis begitu mencapai dasar TPA akan bergerak sesuai kemiringan yang ada mengarah pada titik pengumpulan yang disediakan. Tempat pengumpulan lindi umumnya berupa kolam penampung yang ukurannya dihitung berdasarkan debit lindi dan kemampuan unit pengolahannya. Aliran lindi ke dan dari kolam pengumpul secara gravitasi sangat menguntungkan; namun bila topografi TPA tidak memungkinkan, dapat dilakukan dengan cara pemompaan. Pengolahan lindi dapat menerapkan beberapa metode diantaranya: penguapanevaporasi terutama untuk daerah dengan kondisi iklim kering, sirkulasi lindi ke dalam timbunan TPA untuk menurunkan baik kuantitas maupun kualitas pencemarnya, atau pengolahan biologis seperti halnya pengolahan air limbah. 7. Alat Berat Alat berat yang sering digunakan di TPA umumnya berupa: bulldozer, excavator dan loader. Setiap jenis peralatan tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dalam operasionalnya. Universitas Sumatera Utara Bulldozer sangat efisien dalam operasi perataan dan pemadatan tetapi kurang dalam kemampuan penggalian. Excavator sangat efisien dalam operasi penggalian tetapi kurang dalam perataan sampah. Sementara loader sangat efisien dalam pemindahan baik tanah maupun sampah tetapi kurang dalam kemampuan pemadatan. Untuk TPA kecil disarankan dapat memiliki bulldozer atau excavator, sementara TPA yang besar umumnya memiliki ketiga jenis alat berat tersebut. 8. Penghijauan Penghijauan lahan TPA diperlukan untuk beberapa maksud diantaranya adalah: peningkatan estetika lingkungan, sebagai buffer zone untuk pencegahan bau dan lalat yang berlebihan. Untuk itu perencancaan daerah penghijauan ini perlu mempertimbangkan letak dan jarak kegiatan masyarakat di sekitarnya permukiman, jalan raya, dan lain-lain 9. Fasilitas Penunjang Beberapa fasilitas penunjang masih diperlukan untuk membantu pengoperasian TPA yang baik diantaranya: pemadam kebakaran, mesin pengasap mist blower, kesehatankeselamatan kerja, toilet, dan lain lain. 4.9.4. Pengelolaan Sampah melalui Prinsip 3 R reduse, reuse, recycle, Tabel 26. Pengetahuan Responden Tentang Sistem Pengelolaan Sampah dengan Menerapkan Prinsip 3 R No Tempat sampah Frekuensi Persentase 1. Tahu 19 19,20 Universitas Sumatera Utara 2. Tidak Tahu 80 80,80 Jumlah 99 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa 80,81 responden tidak tahu tentang sistem pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip 3 R. Hanya 19,19 responden yang mengetahui sistem pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip 3 R. Menurut penulis masyarakat perlu meninggalkan pola lama dalam mengelola sampah domestik seperti membuang sampah ke sungai, lahan kosong, paret dan pembakaran sampah yang dapat mengganggu pernapasan. Dengan menerapkan prinsip 3 R yakni reduce mengurangi, reuse menggunakan kembali dan recycle daur ulang serta melakukan pemisahan sampah organik dan sampah anorganik. Untuk itu menurut penulis pemerintah atau stakeholder perlu bergandengan tangan untuk memberikan penyuluhan atau bimbingan kepada masyarakat luas agar masyarakat lebih memahami sistem pengelolaan sampah melalui prinsip 3 R. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengurangi sampah dari sumbernya sehingga dapat memperpanjang umur TPA dan mengurangi sampah yang dibuang secara liar. Dengan sosialisasi dan bimbingan kepada masyarakat diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kebersihan dan pentingnya memilah sampah menjadi lebih ekonomis. Dari hasil wawancara dengan responden bahwa alasan dari 64,65 responden yang tidak mengetahui sistem pengelolaan sampah melalui prinsip 3 R menyatakan tidak ada yang memberitahu sistem pengelolaan sampah melalui prinsip 3 R, sedangkan sisanya 12,12 menyatakan bahwa resoonden tidak mengetahui sisitem pengelolaan sampah tersebut karena sibuk seharian mencari nafkah. Universitas Sumatera Utara Meskipun beberapa responden tahu tentang sistem pengelolan sampah dengan prinsip 3 R, namun hanya 6,06 yang paham tentang sistem tersebut. Meskipun sudah paham, tetapi responden belum menerapkan sistem tersebut dalam kehidupannya sehari-hari. Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “participation” adalah pengambilan bagian atau pengikutsertaan. Menurut Keith Davis, partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Dalam defenisi tersebut kunci pemikirannya adalah keterlibatan mental dan emosi. Sebenarnya partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam suatu perencanaan serta dalam pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. Jadi dari pengertian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi serta fisik masyarakat dalam memberikan respon terhadap kegiatan yang melaksanakan dalam proses belajar mengajar serta mendukung pencapaian tujuan dan bertanggungjawab atas keterlibatannya. Universitas Sumatera Utara Tabel 27. Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi Menurut Beberapa Ahli Nama Pakar Pemikiran Tentang Bentuk Partisipasi Hamijoyo, 2007: 21; Chapin, 2002: 43 Holil, 1980: 81 Partisipasi uang adalah bentuk partisipasi untuk memperlancar usaha-usaha bagi pencapaian kebutuhan masyarakat yang memerlukan bantuan. Hamijoyo, 2007: 21; Holil, 1980: 81 Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11 Partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas. Hamijoyo, 2007: 21 Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11 Partisipasi tenaga adalah partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan usaha-usaha yang dapat menunjang keberhasilan suatu program. Hamijoyo, 2007: 21 Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11 Partisipasi keterampilan, yaitu memberikan dorongan melalui keterampilan yang dimilikinya kepada anggota masyarakat lain yang membutuhkannya. Dengan maksud agar orang tersebut dapat melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan sosialnya. Hamijoyo, 2007: 21 Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11 Partisipasi buah pikiran adalah partisipasi berupa sumbangan berupa ide, pendapat atau buah pikiran konstruktif, baik untuk menyusun program maupun untuk memperlancar pelaksanaan program dan juga untuk mewujudkannya dengan memberikan pengalaman dan pengetahuan guna mengembangkan kegiatan yang diikutinya. Hamijoyo, 2007: 21 Pasaribu dan Simanjutak, 2005: 11 Partisipasi sosial, Partisipasi jenis ini diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Misalnya arisan, menghadiri kematian, dan lainnya dan dapat juga sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi. Chapin, 2002: 43 Holil, 1980: 81 Partisipasi dalam proses pengambilan keputusan. Masyarakat terlibat dalam setiap diskusiforum dalam rangka untuk mengambil keputusan yang terkait dengan kepentingan bersama. Chapin, 2002: 43 Holil, 1980: 81 Partisipasi representatif. Partisipasi yang dilakukan dengan cara memberikan kepercayaanmandat kepada wakilnya yang duduk dalam organisasi atau panitia. Dengan berbagai bentuk partisipasi yang telah disebutkan diatas, maka bentuk partisipasi dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk nyata memiliki wujud dan juga bentuk partisipasi yang diberikan dalam bentuk tidak nyata abstrak. Bentuk partisipasi yang nyata misalnya uang, harta benda, Universitas Sumatera Utara tenaga dan keterampilan sedangkan bentuk partisipasi yang tidak nyata adalah partisipasi buah pikiran, partisipasi sosial, pengambilan keputusan dan partisipasi representatif. Hamijoyo;2007;21 Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa dalam partisipasi terdapat unsur-unsur sebagai berikut : 1. Keterlibatan masyarakat dalam segala kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. 2. Kemauan masyarakat untuk merespon dan berkreasi dalam kegiatan yang dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Partisipasi masyarakat dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, dan menyenangkan. Dengan demikian tujuan pembelajaran yang sudah direncakan bisa dicapai semaksimal mungkin. Pada hakekatnya permasalahan dalam pengelolaan sampah bukan hanya tanggungjawab satu pihak, tetapi merupakan tanggungjawab semua pihak stakeholders. Salah satu faktor penentu dalam keberhasilan upaya pengelolaan sampah adalah keterlibatanpartisipasi masyarakat setempat. Sebab masyarakat pada hakekatnya adalah sumber awal penumpukan sampah. Untuk itu, masyarakat pulalah yang harus berperan untuk menjalankan fungsi tertentu dalam konteks manajemen persampahan. Dalam hal ini, salah satu peran penting yang dapat dijalankan oleh masyarakat adalah melakukan pemisahan sampah sejak dari sumbernya individu penghasil sampah seperti rumah tangga, sekolah, rumah sakit, dan lain sebagainya Universitas Sumatera Utara Tabel 28. Bentuk Partisipasi Nyata Yang Telah Dilaksanakan Responden di Kelurahan Binjai No Variabel Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 4. Partisipasi Uang Partisipasi harta benda Partisipasi tenaga Partisipasi Keterampilan 15 28 56 15,15 28,28 56,57 0,00 Jumlah 99 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil bahwa bentuk partisipasi yang nyata yang ada di Kelurahan Binjai adalah: 1 Partisipasi uang yaitu bentuk partisipasi dengan cara memberikan sejumlah uang kepada masyarakat yang ikut serta dalam kegiatan pengelolaan sampah untuk membeli rokok, kue dan uang jajan kepada anggota masyarakat yang ikut dalam kegiatan karena yang bersangkutan berhalangan untuk hadir dalam kegiatan tersebut. Dilihat dari tabel diatas sebanyak 15 orang atau 15,15 responden menyatakan bahwa bentuk partisipasi yang dilakukan adalah partisipasi uang. 2 Partisipasi harta benda ada sebanyak 28 orang atau 28,28 . yang dimaksud dengan partisipasi harta benda adalah partisipasi dalam bentuk menyumbang harta benda, biasanya berupa alat-alat kerja atau perkakas yang diperlukan untuk memperlancar kegiatan pengelolaan sampah. Misalnya memberikan sapu ijuk, sapu lidi, sekop, cangkul, tong sampah dan kain sebagainya. 3 Partisipasi yang paling banyak ditemukan di Kelurahan Binjai adalah Partisipasi tenaga sebanyak 56 orang atau 56,57 yaitu partisipasi yang diberikan dalam bentuk tenaga untuk pelaksanaan pengelolaan sampah. Universitas Sumatera Utara Selain bentuk partisipasi diatas di Kelurahan Binjai juga ditemukan partisipasi masyarakat yang sudah memilah sampahnya mulai dari sumbernya. Misalnya sampah dapur berupa campuran nasi, sayur-sayuran dipisahkan dengan sampah plastik, kertas, botol kaca dan botol plastik. Sampah dapur ini diberikan pada orang yang memelihara ternak babi, sampah botol kaca dan botol plastik dijual kepada tukang butut sedangkan sampah plastik dan sampah kertas bisa dibakar didepan atau dibelakang rumah masyarakat. Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil bahwa selain bentuk partisipasi yang nyata, ada juga bentuk partisipasi yang tidak nyata yang terdapat di Kelurahan Binjai seperti yang terdapat dalam tabel dibawah berikut ini : Tabel 29. Bentuk Partisipasi Yang Tidak Nyata Yang Ada di Kelurahan Binjai No Variabel Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 4. Partisipasi buah pikiran Partisipasi sosial Partisipasi proses pengambilan keputusan Partisipasi refresentatif 20 70 4 5 20,20 70,71 4,04 5,05 Jumlah 99 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Berdasarkan tabel diatas partisipasi tidak nyata yang paling besar dilaksanakan di Kelurahan Binjai adalah partisipasi sosial yaitu sebanyak 70 orang atau 70,71 . Partisipasi sosial disini adalah Partisipasi yang diberikan oleh partisipan sebagai tanda paguyuban. Universitas Sumatera Utara Misalnya menghadiri rapat dikantor kelurahan, dan dapat juga memberikan sumbangan perhatian atau tanda kedekatan dalam rangka memotivasi orang lain untuk berpartisipasi.

4.10. Tingkat Partisipasi Masyarakat Kelurahan Binjai dalam Pengelolaan Sampah