Sistem Pengumpulan Sampah di Kelurahan Binjai

b Metode pembuangan akhir minimal harus dilakukan dengan controlled landfill untuk kota sedang dan kecil dan sanitary landfill untuk kota besar dan metropolitan dengan “sistem sel” c Prasarana dasar minimal yang harus disediakan adalah jalan masuk, drainase keliling dan pagar pengaman dapat berfungsi sebagai buffer zone d Fasilitas perlindungan lingkungan yang harus disediakan meliputi lapisan dasar kedap air, jaringan pengumpul lindi, pengolahan lindi dan ventilasi gas flaring atau landfill gas extraction untuk mngurangi emisi gas.

4.9.2. Sistem Pengumpulan Sampah di Kelurahan Binjai

Yang dimaksud dengan sistem pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari tempat pewadahanpenampungan sampah dari sumber timbulan sampah sampai ketempat pengumpulan semantarastasiun pamindahan atau sakaligus ke Tempat Pembuangan Akhir TPA. Pengumpulan umumnya dilaksanakan oleh petugas kebersihan kota atau swadaya masyarakat sumber sampah, badan swasta atau RTRW. Pengikutsertaan masyarakat dalam pengelolaan sampah banyak ditentukan oleh tingkat kemampuan pihak kota dalam memikul beban masalah persampahan kotanya. Pada dasarnya pengumpulan sampah dapat dikelompokkan dalam 2 pola pengumpulan : 1. Pola individual langsung Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan yang mendatangi tiap-tiap bangunansumber sampah door to door dan langsung diangkut untuk dibuang di Tempat Sumber Sampah Pengumpulan pengangkutan Pembuangan Akhir Universitas Sumatera Utara Pembuangan Akhir. Pola pengumpulan ini menggunakan kendaraan truck sampah biasa, dump truck atau compactor truck. Gambar 4. Diagram Pola Pengumpulan Sampah Dengan Cara Pola Individual Langsung 2. Pola individual tidak langsung Gambar 5. Diagram Pola Pengumpulan Sampah Dengan Cara Pola Individual Tidak Langsung Daerah yang dilayani kedua cara tersebut diatas umumnya adalah lingkungan pemukiman yang sudah teratur, daerah pertokoan, tempat-tempat umum, jalan dan taman. Pada umumnya pengumpulan sampah di Kelurahan Binjai diserahkan sepenuhnya kepada Dinas Kebersihan, walaupun ada pemukiman yang pengelolaannnya banyak dikelola oleh masyarakat setempat. Petugas kebersihan hanya mengumpulkan dan mengangkut sampah masyarakat dengan gerobak dari tempat sampah ke TPS,selanjutnya petugas dari Dinas Kebersihan yang mengangkut dari TPS ke TPA. Dari hasil wawancara dilapangan, diKelurahan Binjai masih ada ditemukan petugas yang bukan dari Dinas Kebersihan atau dari kelurahan, tetapi petugas yang memang disuruh oleh masyarakat untuk mengumpulkan sampah masyarakat. Biasanya masyarakat yang Sumber Sampah Pengumpulan dan Pengangkutan Pengangkutan Pembuangan Universitas Sumatera Utara memakai jasa petugas ini adalah masyarakat yang sulit dijangkau oleh petugas dari lingkungan dan yang mempunyai ekonomi menengah ke atas. Tabel dibawah ini akan menjelaskan kepemilikan tempat sampah di Kelurahan Binjai. Tabel 18. Distribusi Responden Menurut Kepemilikan Tempat Sampah No Tempat sampah Frekuensi Persentase 1. 2. Punya Tidak Punya 59 40 59,60 40,40 Jumlah 99 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang memiliki tempat sampah berjumlah 59 orang atau 59,60 dari seluruh jumlah responden yang berjumlah 99 orang. Sedangkan responden yang tidak memiliki tempat sampah berjumlah 40 orang atau 40,40 . Berikutnya adalah distribusi responden menurut tempat sampah yang dipergunakan dirumah responden. Tabel 19. Distribusi Responden Menurut Bahan Tempat Sampah Yang Digunakan Responden No Bahan Tempat Sampah Frekuensi Persentase 1. 2. 3. Bata Kayu Tong Plastik 6 3 14 6,06 3,03 14,14 Universitas Sumatera Utara 4. 5. Keranjang Sampah Kantong Plastik 22 54 22,22 54,55 Jumlah 99 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Untuk menghindari sampah berserakan yang bisa menyebarkan bau busuk dan menggangu keindahan lingkungan maka masyarakat menggunakan tempat sampah sebagai tempat pengumpul sampah sementara sebelum dikutip petugas kebersihan. Tempat sampah yang digunakan responden sebagian besar terbuat dari kantong plastik yakni 54 orang atau 54,55 sedangkan lainnya yang memakai bak sampah dari bata ada 6 orang atau 6,06 , yang memakai bak sampah dari kayu 3 orang atau 3,03 , bak sampah dari tong plastik berjumlah 14 orang atau 14,14 , yang pakai keranjang sampah ada 22 orang atau 22,22 . Semua bak sampah yang dimiliki responden adalah buatan sendiri atau beli sendiri. Kalau yang dari plastik, plastik yang dipakai untuk membungkus sampah adalah plastik bekas belanja dari pasar. Bagi masyarakat yang tidak mempunyai bak sampah, sampah dimasukkan ke plastik hitam dan diletakkan di depan rumah atau digantungkan di pagar rumah. Bagi masyarakat yang sampahnya dikutip oleh petugas masyarakat cukup meletakkan sampahnya di depan rumahnya. Sedangkan bagi masyarakat yang tidak dikutip oleh petugas kebersihan maka sampah yang dibungkus plastik akan dibuang ke tanah losong, ke pinggir jalan, pinggir sungai dan ada juga yang membuang ke TPS. Sesuai dengan hasil observasi dan wawancara dilapangan masyarakat di Kelurahan Binjai masih banyak yang membuang sampahnya secara sembarangan tanpa berpikir dampak dari pembuangan sampah tersebut. Sehingga apabila hujan turun dibeberapa daerah terjadi banjir karena drainase yang tersumbat, sampah berserakan yang menyebabkan bau tidak sedap. Selain itu masih banyak masyarakat yang membakar sampahnya dihalaman rumahnya Universitas Sumatera Utara yang padat penduduknya, sehingga menyebabkan gangguan pernafasan masyarakat banyak. Hal ini tentu sangat menggangu kesehatan masyarakat sekitar, karena terjadi pencemaran udara, pencemaran air tanah dan lain sebagainya. Masyarakat membuang sampahnya sembarangan karena pihak pemerintah tidak menyediakan sarana dan prasarana pembuangan sampah dalam hal ini Tempat Pembuangan Sementara TPS. Tidak adanya TPS dan petugas yang mengambil sampah menyebabkan masyarakat harus mengelola sampahnya sendiri. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pola pengelolaan sampah di Kelurahan Binjai Mulai dari 1. Tiap rumah tangga dalam satu RT mengumpulkan sampah tersebut pada tempat sampah yang dimiliki masing-masing warga, kemudian petugas yang ditunjuk oleh RT mengumpulkan dan mengangkut sampah dengan menggunakan gerobak sampai ke TPS Tempat Pembuangan Sementara kemudian diangkut dan dibuang ke TPATempat Pembuangan Akhir oleh petugas dari Dinas kebersihan dengan menggunakan truk. 2. Sampah dikumpulkan oleh masyarakat dengan memilah sampah, sampah organik dipisahkan dengan anorganik, sampah dapur diberikan untuk pakanan ternak dan dibuat menjadi kompos sedangkan sampah plastik diberikan untuk tukang butut. 3. Sampah yang dikumpulkan oleh masyarakat langsung dibuang ke sungai, dipinggir jalan atau dilahan kosong. Universitas Sumatera Utara 4. Sampah yang dikumpulkan masyarakat langsung dibakar di depan atau di belakang rumah. 5. Sampah yang dikumpulkan masyarakat dengan menggunakan plastik atau karung plastik dibuang langsung ke Tempat Pembuangan Sementara. Tabel 20. Distribusi Responden Menurut Jenis Sampah yang Banyak Dibuang No Jenis Sampah Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 4. 5. 6. Sampah Dapur Plastik Kertas Kain Kayu Lain-lain 79 7 3 2 5 3 79,80 7,07 3,03 2,02 5,05 3,03 Jumlah 99 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Adapun jenis sampah yang banyak dibuang responden adalah sampah dapur, sampah plastik, sampah kertas, sampah kain, sampah kayu dan lain-lain dengan persentase dapat dilihat pada tabel diatas: Dari tabel diatas menunjukkan bahwa jenis sampah yang paling banyak dibuang oleh responden adalah sampah dapur yakni 79 orang atau 79,80 , sampah plastik 7 orang atau 7,07 , dan yang paling sedikit adalah sampah kain sekitar 2 orang atau 2,02 . Yang termasuk sampah lain-lain disini adalah sampah kaleng, kaca dan besi. Berdasarkan hasil penelitian dilapangan sampah dapur dihasilkan oleh ibu rumah tangga, sampah plastik dan sampah kertas berasal dari warung kelontong, sampah kayu dan Universitas Sumatera Utara sampah kain dihasilkan oleh industri rumahan membuat sandal yang terbuat dari kayu dan membuat selendang. Dari hasil wawancara dengan penulis bahwa sampah kain dan kayu biasanya dibakar di lahan kosong depan rumah mereka. Tidak ada petugas yang mengutip sampah mereka sehingga mereka membakar sampahnya sendiri di depan halaman rumah. Sebenarnya hal ini sangat menganggu masyarakat sekitar, namun karena berbagai alasan mereka membakar sendiri sampahnya. Selanjutnya tabel dibawah ini menjelaskan ada tidaknya petugas kebersihan yang mengutip sampah masyarakat di setiap lingkungan yaitu di 20 lingkungan yang ada di Kelurahan Binjai. Tabel 21. Distribusi Responden Menurut Ada Tidaknya Petugas Kebersihan Yang Mengumpulkan Sampah No Tempat sampah Frekuensi Persentase 1. 2. Ya Tidak 82 17 82,83 17,17 Jumlah 99 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Bila dilihat dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa di 20 lingkungan yang ada di Kelurahan Binjai ada 82 orang atau 82,83 responden yang menyatakan bahwa dilingkungannya mempunyai petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah. Sedangkan sisanya 17 orang atau 17,17 menjawab bahwa dilingkungannya tidak mempunyai petugas kebersihan yang mengumpulkan sampah sehingga masyarakatnya mengelola sampahnya sendiri. Universitas Sumatera Utara Dari hasil observasi dan wawancara dilapangan bahwa masih banyak masyarakat yang sampahnya tidak diangkut oleh petugas kebersihan karena berbagai macam alasan. Dibawah ini adalah hasil wawancara salah satu responden yang bekerja sebagai pembuat jambul selendang mengungkapkan: “ Sampah saya tidak pernah dikutip oleh petugas kebersihan, saya merasa keberatan bila membayar Rp 10.000 setiap bulannya. Sampah adalah tanggungjawab pemerintah bukan tanggungjawab saya, kenapa saya harus membayar mahal, lebih baik sampahnya saya bakar saja daripada membayar uang sampah kepada petugas. Uangnya lebih baik saya pergunakan untuk membeli gula dan minyak”. Hasil wawancara dengan salah satu warga lingkungan XVIII pada tanggal 2 Oktober 2011 Selanjutnya hasil wawancara dengan seorang tokoh masyarakat di lingkungan XVIII mengatakan bahwa: “ Kebanyakan masyarakat di lingkungan ini tidak perduli dengan lingkungan, mereka membuang sampah sembarangan, mereka membuang sampah di badan sungai, di paret, dibadan jalan dan dilahan kosong. Bila musim hujan tenpat kita ini selalu teramcam banjir, becek, dan menimbulkan bau yang tidak sedap. Kurangnya kesadaran masyarakat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan mereka membuang sampahnya secara sembarangan, selain itu tidak semua sampah rumah tangga diangkut oleh petugas, petugas memilah- milah sampah siapa saja yang diangkut hanya sampah orang kaya saja yang dikutip, dan jauhnya tempat pembuangan sampah sementara juga merupakan faktor masyarakat membuang sampahnya secara sembarangan” Hasil wawancara dengan tokoh masyarakat pada tanggal 5 Oktober 2011 Kegiatan pengumpulan sampah yang dilakukan di Kelurahan Binjai dilakukan dengan cara pengumpulan secara tidak langsung. Yang dimaksud dengan pola pengumpulan tidak langsung adalah pengumpulan yang dilakukan oleh petugas kebersihan dengan Universitas Sumatera Utara menggunakan gerobak mendatangi masing-masing pengahasil sampah untuk kemudian dibawa ke TPS Tempat Pembuangan Sementara yaang kemudian dibuang ke TPA Tempat Pembuangan Akhir. Untuk mengetahui frekuensi pengambilan sampah di setiap lingkungan berikut ini akan dijelaskan berapa kali dalam semingu petugas mengumpulkan sampah dari rumah masyar Tabel 22. Distribusi Responden Menurut Frekuensi Pengangkutan Sampah di Kelurahan Binjai No Frekuensi Pengankutan Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 4. Setiap Hari 3 kali seminggu 2 kali seminggu 1 kali seminggu 5 32 41 4 6,10 39,02 50,00 4,88 Jumlah 82 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa dari 82 orang responden yang ada petugas pengangkut sampah, umumnya petugas mengambil sampah masyarakat 2 kali dalam seminggu. Ada 41 orang atau 50,00 responden menyatakan bahwa sampahnya diambil 2 kali dalam seminggu, 32 orang atau 39,02 menyatakan sampahnya diambil dalam 3 kali seminggu dan hanya 4 orang atau 4,88 yang menyatakan bahwa sampahnya setiap hari diambil oleh petugas karena responden tinggal di jalan raya sehingga mudah dijangkau oleh mobil sampah dari Dinas Kebersihan Kota Medan. Dari hasil wawancara dengan masyarakat di Kelurahan Binjai menyatakan bahwa pengangkutan sampah sekali seminggu terjadi pada masyarakat yang ekonomi lemah. Dimana petugas seringkali terlambat mengangkut sampah dilingkungan yang ekonomi lemah Universitas Sumatera Utara karena petugas sampah lebih memperioritaskan pengangkutan sampah di lingkungan yang lebih kaya. Kebanyakan orang kaya memberikan honor tambahan kepada petugas sehingga petugas lebih sering mengangkut sampah para orang kaya. Karena sampah diangkut sekali seminggu, maka sering terjadi sampah berserakan dihalaman rumah masyarakat, sampah bergantungan di pagar depan rumah sehingga menyebabkan bau busuk dan merusak pemandangan. Pengangkutan sampah diatas menurut 71 responden atau 71,71 masih perlu ditingkatkan sedangkan 28 orang responden 28,29 mengatakan bahwa sistem pengangkutan sudah cukup baik. Menurut hasil wawancara dengan responden yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan adalah petugas 80,80 , alat angkut 10,10 dan sarana dan prasrana yang menunjang pengangkutan sampah 9,10 . Untuk lebih baiknya ke depan menurut 90 orang responden 90,91 sebaiknya frekuensi pengangkutan sampah di Kelurahan Binjai dilakukan setiap hari sehingga sampah tidak berserak dan tidak berbau busuk, sedangkan sisanya 9 orang 9,09 menyatakan pengangkutan sampah sebaiknya dilakukan 3 kali dalam seminggu mengingat biaya operasional pengangkutan sampah mahal. Pakar kesehatan mengatakan bahwa, sisa makanan, sayuran dan buah-buahan cepat membusuk sehingga sampah yang sudah membusuk akan menjadi media tempat perkembangan serangga seperti lalat yang dapat menyebarkan berbagai penyakit. Oleh karena itu sampah harus dibuang ke TPA Tempat Pembuangan Akhir paling lambat 3 kali dalam seminggu. Bila dilakukan setiap hari akan menambah biaya peralatan pengangkutan sampah. Idealnya sampah diangkut 2 kali sehari sehingga sampah tidak sempat menjadi tempat Universitas Sumatera Utara berkembangnya serangga yang dapat menyebarkan penyakit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel di bawah ini : Tabel 23. Distribusi Responden Menurut Frekuensi Pengangkutan Sampah yang Baik Menurut Responden No Frekuensi Pengangkutan Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 4. Setiap hari 3 kali seminggu 2 kali seminggu 1 kali seminggu 90 9 90,91 9,09 Jumlah 99 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Selanjutnya hasil wawancara penulis dengan responden menyatakan bahwa adanya perbedaan pendapat mengenai jadwal pengangkutan sampah dari rumah masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel dibawah ini Tabel 24. Distribusi Responden Menurut Waktu Pengangkutan Sampah Yang Telah Dilaksanakan No Waktu Pengangkutan Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 06.00 - 11.00 11.00 – 14.00 14.00 – 17.00 45 23 14 54,88 28,05 17,07 Jumlah 82 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Menurut 45 orang atau 54,88 responden mengatakan bahwa petugas datang mengutip sampah ke rumah mereka pada jam 06.00 sampai jam 11.00. Sisanya yakni 23 orang 28,05 menyatakan petugas datang mengutip sampah pada jam 11.00 sampai 14.00 Universitas Sumatera Utara dan 14 orang 17,07 menyatakan bahwa petugas datang kerumah mengutip sampah pada jam 14.00 sampai 17.00. Penyebab terjadinya perbedaan waktu dalam mengangkut sampah dari rumah masyarakat adalah karena terbatasnya jumlah grobak dan petugas kebersihan dari kelurahan. Kurangnya petugas dan sarana alat pengangkut sampah karena minimnya dana yang tersedia dari pemerintah. Karena tidak ada keseragaman jadwal yang pasti dari petugas maka penulis mencari tahu waktu yang tepat menurut responden untuk mengutip sampah masyarakat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat ditabel bawah ini Tabel 25. Distribusi Responden Menurut Waktu Yang Tepat Menurut Responden Dalam Pengangkutan Sampah No Waktu yang tepat Frekuensi Persentase 1. 2. 3. 06.00 – 1100 11.00 – 14.00 14.00 – 17.00 42 39 18 42,42 39,40 18,18 Jumlah 99 100 Sumber hasil penelitian kuesioner 2011 Menurut responden waktu yang paling tepat bagi petugas untuk mengutip sampah antara jam 06.00 sampai jam 11.00. Alasannya adalah pada saat itu petugas yang datang tidak menganggu kegiatan rutin rumah. Pendapat ini diutarakan oleh 42 orang 42,42 responden. Untuk pengangkutan jam 11.00 sampai jam 14.00 ada 39 orang atau 39,40 menyatakan bahwa pada waktu itu adalah waktu yang tepat untuk petugas datang Universitas Sumatera Utara mengumpulkan sampah masyarakat, dengan alasan pada saat pengangkutan itu sampah sudah cukup untuk diangkut. Sedangkan sisanya 18 orang atau 18,18 menyatakan bahwa jam

14.00 sampai 17.00 merupakan waktu yang tepat dalam pengumpulan sampah masyarakat.