dan berat badan, tetapi tidak menekan berat testis dan jumlah anak hasil perkawinannya. Penyuntikan ekstrak biji pepaya dengan dosis 15mg0,5mltikushari
P1 dapat menekan jumlah spermatozoa-A, berat testis, berat badan dan jumlah anak hasil perkawinannya.
Yurnadi et al., 2002 dalam menyatakan bahwa penyuntikan ekstrak biji pepaya selama 20 hari tidak mempengaruhi volume testis, diameter tubulus
seminiferus, perkembangan sel spermatosit primer pakhiten dan spermatid. Menurut Kuswahyuni 2008, bahwa volume normal testis berhubungan dengan kualitas semen
yang dipengaruhi oleh libido seksual pejantan. Adanya perangsangan yang berulang dengan selang waktu antar rangsangan yang masih dekat, dapat meningkatkan hormon
gonadotrofin yang akan menginduksi hormon testosteron untuk spermatogenesis yang optimum. Dikatakan pula oleh Hafez 1980, volume semen merupakan cairan yang
berasal dari kelenjar aksesori yang produksinya dirangsang oleh hormon testosteron.
4.3 Data Diameter dan Luas Lapisan Germinal Tubulus Seminiferus
Hasil pengamatan data diameter tubulus seminiferus testis mencit pada kelompok kontrol dapat dilihat pada Gambar 7. berikut ini.
Gambar 7. Diagram Data Diameter Tubulus Seminiferus µ Kelompok Kontrol K Ket: tn=p0,05
=p0,05
tn tn
tn tn
tn
Universitas Sumatera Utara
Dari Gambar 7. Dapat dilihat bahwa rata-rata diameter kelompok kontrol cenderung menurun dari minggu ke-0 hingga minggu ke-18, dan meningkat pada
minggu ke-24. Tetapi perubahan rata-rata diameter antara kelompok kontrol tidak berbeda nyata.
Hasil pengamatan data diameter tubulus seminiferus testis mencit pada kelompok perlakuan dapat dilihat pada Gambar 8. berikut ini.
Gambar 8. Diagram Data Diameter Tubulus Seminiferus µ Kelompok Perlakuan P
Dari Gambar 8. Dapat diketahui bahwa terjadi penurunan rata-rata diameter tubulus seminiferus mulai minggu ke-12 hingga minggu ke-24. Hasil uji statistik
menunjukkan bahwa kelompok P0 minggu ke-0 tidak berbeda nyata dengan kelompok P1 minggu ke-6, P2 minggu ke-12, P3 minggu ke-18 dan P4 minggu
ke-24. Tetapi antara kelompok P1 minggu ke-6 berbeda nyata dengan kelompok P2 minggu ke-12, P3 minggu ke-18 dan P4 minggu ke-24. Begitu juga antara
kelompok P2 minggu ke-12, P3 minggu ke-18 dan P4 minggu ke-24 yang tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.
Hasil pengamatan data diameter tubulus seminiferus testis mencit pada kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 9. berikut ini.
a
b b
b ab
Universitas Sumatera Utara
Gambar 9. Diagram Data Diameter Tubulus Seminiferus µ Antara Kelompok Kontrol K dan Perlakuan P. Ket: tn=p0,05 =p0,05
Hasil pengamatan data luas lapisan germinal tubulus seminiferus testis mencit pada kelompok kontrol dan perlakuan dapat dilihat pada Gambar 10. berikut ini.
Gambar 10. Diagram Data Luas Lapisan Germinal Tubulus Seminiferus 10³ µ
2
Antara Kelompok Kontrol K dan Perlakuan P. Ket: tn=p0,05
=p0,05
Dari Gambar 9. dan Gambar 10. menunjukkan bahwa pemberian kombinasi ekstrak biji pepaya Carica papaya L. dan Testosteron Undekanoat TU
menyebabkan adanya penurunan ukuran diameter tubulus seminiferus dan luas lapisan tn
tn tn
tn
tn tn
tn tn
Universitas Sumatera Utara
germinal pada kelompok perlakuan minggu ke-12 P2 yang menurun setiap minggu hingga minggu ke-24 P4. Namun berdasarkan uji statistik yang dilakukan,
penurunan tersebut tidak menunjukkan perbedan yang nyata antara kelompok kontrol dan perlakuan pada minggu ke-0 hingga minggu ke-18. Tetapi penurunan ukuran
diameter tubulus seminiferus dan luas lapisan germinal berbedanya nyata antara kelompok kontrol dan perlakuan pada minggu ke-24.
Penyusutan ukuran diameter tubulus seminiferus pada perlakuan minggu-24 diduga karena kadar hormon FSH terganggu sehingga tidak dapat mempertahankan
ukuran diameter tubulus seminiferus. Menurut Nelsen 1992 dalam Yurnadi 2002, bahwa diameter tubulus seminiferus ditentukan pula oleh kerjasama antara follicle
stimulating hormone FSH dan luteinizing hormone LH. Kerjasama ini ditentukan oleh adanya FSH, sebab tanpa FSH maka LH tidak dapat mempertahankan keadaan
normal ukuran diameter tubulus seminiferus, sehingga tubulus tersebut akan mengecil. Dengan demikian kadar hormon FSH yang masih dalam batas normal sudah cukup
untuk mempertahankan ukuran diameter tubulus seminiferus.
Senyawa alkaloid yang terkandung dalam biji pepaya diduga berperan pada aktifitas hormonal di dalam testis. Winarno dan Sundari 1997 menyebutkan bahwa
apabila dikaitkan dengan senyawa aktif dari tanaman diantaranya mengandung alkaloid, tiavonoid, steroid, tannin dan minyak atsiri. Misalnya mimordikosid,
golongan tiavonoid yang dapat menghambat enzim aromatase, yaitu enzim yang berfungsi mengkatalisis konversi androgen menjadi estrogen yang akan meningkatkan
hormon testosteron. Tingginya konsentrasi testosteron akan berefek umpan balik negatif ke hipofisis yaitu tidak melepaskan FSH atau LH, sehingga akan menghambat
spermatogenesis.
Menurut Burger et al., 1976 bahwa testis tersusun dari sel-sel epitel seminiferus, sel-sel interstisial jaringan peritubular, pembuluh darah dan pembuluh
limfa. Nalbandov 1990 menyebutkan bahwa komponen jaringan intertubuler testis yang paling penting adalah sel interstisial Leydig yang merupakan sumber hormon
seks jantan yaitu androgen. Amir 1992 menyatakan bahwa turunnya berat testis erat hubungannya dengan hilangnya beberapa tingkat perkembangan sel germinal dari
Universitas Sumatera Utara
tubulus seminiferus, kemungkinan berkaitan dengan mengecilnya diameter tubulus seminiferus. Penyuntikan ekstrak biji pepaya Carica papaya L. dengan dosis 5 mg
mencit hari selama empat siklus epitel siminiferus 40 hari menunjukkan penurunan berat testis, diameter tubulus seminiferus, jumlah sel spermatoginia dan jumlah anak.
Menurut Pinel 2009, bahwa pada saat molekul steroid berada di dalam sebuah sel maka molekul steroid dapat mengikatkan diri pada reseptor-reseptor dalam
sitoplasma atau nukleus dan akan mempengaruhi secara langsung ekspresi gen hormon derivatif asam amino dan hormon peptida juaga dapat mempengaruhi
ekspresi gen, tetapi jauh lebih jarang dan melalui mekanisme yang tidak begitu langsung karena tidak dapat memenetrasi membran sel. Konsekuensinya, dari semua
hormon, hormon steroid cenderung memiliki efek yang paling beragam dan jangka panjang pada fungsi seluler.
Menurut Nelsen 1992 dalam Amir 1992, bahwa diameter tubulus seminiferus ditentukan pula oleh kerjasama antara follicle stimulating hormone FSH
dan luteinizing hormone LH. Kerjasama ini ditentukan oleh adanya FSH, sebab tanpa FSH maka LH tidak dapat mempertahankan keadaan normal ukuran diameter
tubulus seminiferus, sehingga tubulus tersebut akan mengecil. Dengan demikian kadar hormon FSH yang masih dalam batas normal sudah cukup untuk mempertahankan
ukuran diameter tubulus seminiferus.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan