Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

(1)

DARTAR INFORMAN

1. Nama : Sudirman Umur : 45 Tahun

Pekerjaan : Karyawan Perkebunan PTPP. LONSUM Sei Rumbia 2. Nama : Arif Lubis

Umur :-

Pekerjaan : Kepala Seksi (Kasi) Disperindag Provinsi SUMUT 3. Nama : Aminah

Umur :-

Pekerjaan : Kepala Bidang (Kabid) Disperindag Labusel 4. Nama : Sandi

Umur : 25 Tahun

Pekerjaan : Karyawan Swasta 5. Nama : Gina Sinaga

Umur : 36 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 6. Nama : Irma Wati

Umur : 30 Tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga 7. Nama : Marini

Umur : 34 Tahun


(2)

8. Nama : Kasirin Umur : 37 Tahun

Pekerjaan : Karyawan Perusahaan PTPN III Desa Sisumut Labusel 9. Nama : Mirna

Umur :-


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Sairin Sjafri, Pujo Semedi, Bambang Hudayana. 2002. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Koentdjaraningrat. 2009.Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Prianita, Beth Rinchi. 2012. Batik Motif Medan dalan Ekonomi Kreatif.

Universitas Sumatera Utara: Antropologi Sosil.

Pasaribu, Elsha Monica. 2014. Galeri Kunt Art dalam Memanfaatkan Barang-Barang Limbah. Universitas Sumatera Utara: Antropologi Sosial.

Simaora, Santa L. 2013. Wirausaha Aksesoris. Universitas Sumatera Utara: Antropologi Sosial.

P. Spradley, James. 2006.Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

F. Soe’oed, Rosa Diniari. 2012. Entrepreneurial Behaviour. Jakarta: universitas Indonesia (UI-Press).

Agusyanto, Ruddy. 2007. Jaringan Sosial dalam Organisasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

M. Simatupang, Togar, et. Al. “Pemetaan Industri Kreatif Provinsi Jawa Barat,”

Industri Kreatif untuk Kesejahteraan Bangsa, eds. Dr. Suhono Harso Supangkat, Dr. Biranul Anas Zaman, Dr. Ir. Togar Simatupang. Bandung: Inkubator Industri dan Bisnis.

Norman K. Denzin, Yvonna S. Lincoln. 2009. Hand Book of Qualitative Research. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


(4)

Heddy Shri Ahimsa-Putra, Sumintarsih, Sarmini, Destha T. Raharjana. 2003.

Ekonomi Moral, Rasional dan Politik. Yogyakarta: Kepel Press.

RPJM Desa Perk. Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan Tahun 2016-2021.

Sumber Jurnal:

Badaruddin, Burhanuddin, Ibnu Hajar, Inon Beydha, Muhammad Arifin Gultom, Nur Ahmad Fadhil Lubis, Suzanna eddyono. Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial (d/h Madani). 2009. Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara: Pusat Penelitian dan Karya Ilmiah (PPKI)

Sumber Lain:

Inovasi site:artikata.com/Inovasi (Diakses pada: 3 Februari 2016, 12:10 wib) Ramadhanaga.blogspot.co.id/2013/10/pengertian-csr-manfaat-bagi

masyarakat.html (Diakses pada: 3 Februari 2016, 14:00 wib)

wib)

Ekonomi Kreatif blogspot.com (Diakses pada: 8 Februari 2016, 12:11 wib)

Februari 2016, 20:12 wib)


(5)

(Diakses


(6)

BAB III

BERKAH LIDI DALAM EKONOMI KREATIF

3.1. Pencari Bahan Baku : Lidi Kelapa Sawit 3.1.1. Bu Gina Sinaga

Pada hari Rabu tanggal 11 Mei 2016 pukul 08.00 wib, penulis bersama ayah pergi ke rumah masyarakat yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit. Sebelumnya penulis bertanya kepada Pak Dirman tentang siapa yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit yang beliau beli. Pak Diman mengatakan bahwa selama ini beliau memperoleh lidi kelapa sawit dibeberapa daerah seperti Desa Sisumut dan Desa Sijambu. Pak Dirman mengungkapkan bahwa:

“Dikarenakan di Desa Sei Rumbia ini hanya ada beberapa keluarga saja yang mencari lidi kelapa sawit, itu pun saat ini ada yang tidak beproduksi lagi, mungkin karena tidak ada waktu lagi mengerjakan nya. Masyarakat di desa ini semua pada kerja, jadi mereka mungkin kecapek-an. Kebanyakkan masyarakat di sini lebih memilih kerja di lapangan di gaji per hari Rp. 60.000 daripada mencari bahan baku atau belajar membuat anyaman lidi kelapa sawit ini. Maka dari itu tidak banyak yang berminat masyarakat di Sei Rumbia ini, padahal kalau ditekuni bisa menjadi mata pencaharian tambahan bagi mereka. Datang saja ke Desa Sisumut di sana beberapa masyarakat yang masih aktif mencari lidi kelapa sawit. Di sana pun ada Pak Kasirin yang bisa membantu, beliau adalah ketua Kelompok Berkah Lidi, mungkin bisa sedikit membantu”.

Atas informasi Pak Dirman sebelumnya, hari inilah penulis pergi ke Desa Sisumut menemui Pak Kasirin untuk melakukan wawancara kepada masyarakat pencari lidi kelapa sawit.


(7)

Desa Sisumut ini merupakan merupakan PTPN III yang lokasinya tidak jauh dari Desa Sei Rumbia. Namun, perjalanan dari rumah penulis menuju rumah Pak Kasirin lumayan jauh. Saat penulis masuk dari simpang Desa Sisumut, penulis disambut dengan Gereja dan banyak anjing berkeliaran di depan rumah masyarakat desa tersebut membuat penulis sedikit takut karena penulis pernah dikejar anjing, makanya penulis trauma. Dikarenakan penulis tidak mengetahui rumah Pak Kaisirin, penulis bertanya kepada seorang wanita yang sedang meyapu di teras rumahnya. Beliau menunjukkan arah jalan menuju rumah Pak Kaisirin. Penulis dan ayah pergi menuju arah yang ditunjukkan oleh wanita tersebut, beliau mengatakan rumahnya di belakang mesjid. Penulis terus berjalan mengikuti arah wanita tersebut.

Di penghujung jalan ada sebuah mesjid, kebetulan Pak Kasirin ada depan mesjid tersebut. Pak Kaisirin merupakan Ustad di perkebunan ini, saat penulis datang, kebetulan besok malam akan diadakan acara israk mikraj, makanya beliau ada di depan masjid untuk melihat para pekerja yang memasang tenda untuk acara israk mikraj tersebut. Saat tiba di depan mesjid, penulis langsung menyalam Pak Kasirin. Penulis sebelumnya sudah kenal dengan dengan Pak Kasirin karena beliau juga berpertisipasi membantu peserta pelatihan anyaman lidi kelapa sawit yang diadakan di Rumpin bulan lalu. Pak Kasirin langsung mengajak penulis dan ayah ke rumah beliau, ternyata rumah beliau tepat di belakang mesjid.

Sampai di rumah Pak Kasirin, kami berbincang-bincang kecil sambil meminum teh yang dibuat oleh Bu Gina, istri Pak Kasirin. Penulis senang karena kedatangan penulis disambut baik oleh keluarga Pak Kaisirin, meraka sangat


(8)

terbuka dan ramah dengan orang baru seperti penulis. Setelah berbincang-bincang ternayata Pak Kasirin dan istri juga mencari bahan baku lidi kelapa sawit sendiri dan bahan baku tersebut mereka langsung buat menjadi anyaman lidi kelapa sawit yang diproduksi di rumah mereka. Hal ini membuat penulis semakin semangat ingin cepat-cepat mewawancarai langsung Bu Gina. Saat itu kebetulan ada lidi yang mau dibersihkan oleh Bu Gina.

Bu Gina lahir di Aek Korsit tanggal 7 September 1980, memiliki dua orang anak laki-laki dengan Pak Kasirin. Pak Kaisirin berbincang-bincang dengan ayah, penulis pun langsung mewawancarai Bu Gina yang sedang membersihkan lidi kelapa sawit tersebut.

Foto 10

Bu Gina Sedang Membersihkan Lidi Kelapa Sawit

Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016

Bu Gina menjelaskan bahwa beliau hanya bertugas membersihkan lidi kelapa sawit sedangkan yang mengambil langsung lidi kelapa sawitnya adalah Pak Kasirin. Pak Kairin mencari lidi kelapa sawit milik perkebunan yang sudah di


(9)

panen. Artinya pelepah lidi kelapa sawit yang sudah diturunkan oleh pekerja perkebunan yang dimanfaatkan lidinya. Beliau tidak langsung mengambil dari pohonnya. Dikarenakan pihak perkebunan tidak membolehkan masyarakat mengambil sendiri dari pohonnya. Hal tersebut disebabkan ada kejadian orang kampung sebelah yang bukan orang perkebunan, alasannya ngambil lidi tapi malah buahnya yang diambil. Dari situlah masyarakat hanya boleh mengambil lidi kelapa sawit yang batangnya sudah dijatuhkan pekerja perkebunan.

Pak Kasirin biasanya mengambil lidi sampai pukul 08.00 wib, selanjutnya mulai pukul 08.00 wib - 11.00 wib Bu Gina yang membersihkan lidi kelapa sawit tersebut, setelah itu istirahat dan sholat, lalu habis Zuhur sekitar pukul 13.00 wib, Bu Gina lanjut membersihkan lidinya kembali. Dalam proses membersihkan, Bu Gina menggunakan alat pisau kalter untuk membersihkan lidi dan pembalut jari telunjuk seperti kain yang sudah tidak digunakan lagi atau selang pelastik yang tidak digunakan lagi. Lalu digunakan untuk jari telunjuk sebelah kanan agar tidak kenak piasau dan jari telunjuk tidak hitam.

Saat Bu Gina selesai membersihkan lidinya, besok harinya Pak Kasirin langsung menganyam lidi kelapa sawit tersebut menjadi piring, tempat buah, lampion, dan lainnya. Maka dari itu Pak Kasiri dalam satu hari bisa membuat anyamannya sebanyak lima sampai tujuh anyaman. Sedangkan Bu Gina hanya membantu Pak Kasirin saja dalam proses pembuatan anyman tersebut seperti menarik lidinya dan memotong lidinya agar lebih rapi lagi.Dikarenakan Bu Gina sebelumnya sudah pernah belajar membuat, namun sampai saat ini belum bisa karena menurut beliau sangat sulit. Lidi kelapa sawit yang selesai dianyam


(10)

kenudian dikumpul Pak Kasirin di rumahnya, lalu apabila ada pemesan dari agen Pak Kasirin baru menjualnya. Untuk masyarakat Desa Sisumut sendiri tidak berniat pada anyaman ini, buktinya sampai saat ini tidak ada masyarakat setempat yang membeli anyaman Pak Kaisirin. Namun menurut penuturan Bu Gina, masyarakat di Desa Sisumut ini tidak mau membeli, tetapi kalau dikasih secara cuma-cuma mereka mau menerimanya. Bu Gina mengatakan:

“Banyak kadang kan kalau Pak Kasirin buat anyamannya buat ada yang salah, mungkin kalau orang yang lihat anyamannya bagus atau rapi, tapi kalau kami yang lihat kadang kurang mantab, uda gitu kami buang, nanti diambil sama orang. Udah di lobang sampah itu diambil, kadang nampak saya kalau wirid dipajangkan di rumah tetangga, kan nampak itu: loh itu kan anyaman yang uda saya buang, kan saya tanda ya tapi saya diem aja”.

Masyarakat desa ini kurang berminat membeli anyaman ini, namun kalau dikasih atau dibuang ya mereka mau-mau saja. Terkadang yang memesan anyaman lidi Pak Kasirin ini adalah ibu-ibu staf perkebunan ini. Pemesananya sampai 10 lusin piring untuk acara-acara ibu-ibu staf tersebut seperti arisan, wirid akbar, israk mikraj, dan maulid. Ibu-ibu staf tersebut biasanya membawa kue dan buah, jadi anyaman lidi Pak Kasirin yang digunakan sebagai tempatnya serta saat berbuka puasa bersama dengan ibu/bapak Staf. Kebanyakan yang hobi hal yang unik-unik seperti anyaman ini justru ibu-ibu Staf nya. Padahal menurut penuturan Bu Gina kegiatan ini bisa menambah matapencaharian masyarakat.

Dengan produksi anyaman lidi kelapa sawit ini bisa membantu masalah ekonomi keluarga, sayangnya masyarakat Desa Sisumut ini kurang berminat. Alasannya mereka capek dan malas. Tetapi, saat ini Pak Kasirin dan istri tidak


(11)

begitu sering mencari lidi kelapa sawit lagi, karena semenjak ada pemesanan dari agen yang lumayan banyak membuat Pak Kaisirn tidak sempat mencarinya. Maka dari itu Pak Kasirin membeli bahan baku lidi kelapa sawitnya kepada masyarakat setempat saat memperoduksi anyaman lidinya. Saat ada pesanan banyak, Pak Kasirin bisa memproduksi anyaman piring satu hari 10 piring. Biasanya beliau menyeselaikannya sampai jam 03.00 wib, hanya waktu sholat, makan, beliau juga menyempatkan untuk tidur sebentar agar tidak terlalu capek. Pak Kasirin juga sering menemui Pak Dirman, terkadang mengantar bahan baku lidi kelapa sawit, mengantar pesanan agen dan membicarakan Kelompok Berkah Lidi.

Pak Kasirin juga mengajari cara membuat anayaman lidi kelapa sawit ini bagi masyarakat setempat yang berminat. Hanya beberapa saja yang berminat diantara sekian banyak masyarakat perkebunan ini, paling banyak yang datang ke rumah Pak Kasirin, yang belajar sekitar dua atau tiga orang saja. Menurut penuturan Bu Gina, terkadang walaupun Pak Kasirin sedang sibuk membuat anyaman lidi atau lainnya, apabila ada panggilan apalagi ada acara dari perusahaan, Pak Kasirin langsung pergi dan meninggalkan pekerjaannya. Sangat sering pihak perusahaan memanggil Pak Kaisirin secara mendadak, padahal Pak Kasirin sedang sibuk membuat anyaman untuk pesanan agen, namun mau gimana lagi, namanya juga kerja di perusahaan jadi harus di jalankan. Tetapi, dari awal Pak Kasirin belajar anyaman ini dengan Pak Dirman sampai saat ini Bu Gina selalu mendukung Pak Kasirin sampai saat ini. Awalnya Pak Kasirin melihat anyaman lidi kelapa sawit yang dibawa oleh temannya, karena Pak Kasirin suka hal yang unik dan hobi dengan kerajinan, Pak Kasirin langsung diajak temannya


(12)

bertemu langsung dengan Pak Dirman. Namun temannya itu tidak lanjut belajar karena tidak memiliki jiwa seni. Bu Gina mengatakan:

“Dari pertama belajar itu kan tiga hari, pulang sampek malam, kadang takut, kasihan juga belajar ke rumah Pak Dirman di Sei Rumbia. Kadang hujan, sendirian ke sana cuma ya gak apa-apalah mudah-mudahan ada hikmahnya. Kalau masyarakat di sini enak langsung di ajari sama Pak Dirman, deket rumah mereka. Saya berfikir enaklah orang itu sekarang belajarnya uda deket, gak kayak dulu suami ku belajar jauh-jauh ke Rumbia”.

Masyarakat Desa Sisumut ini sendiri dari beberapa orang yang diajri oleh Pak Kasirin hanya satu orang tetangga beliau yang aktif, itu pun tidak setiap hari berproduksi, soalnya tetangganya menjaga kios di depan rumahnya dan mempunyai anak bayi. Untuk itu terkadang Pak Kasirin membawa lidi kelapa sawit kepada tetangganya tersebut dianyam oleh beliau. Setelah anyamannya selesai baru diantar ke rumah Pak Kasirin. Begitu sedikitnya minat masyarakat perkebunan Desa Sisumut ini terhadap anyaman lidi kelapa sawit ini sama seperti di tempat Pak Dirman di Sei Rumbia.

3.1.2. Pak Kasirin

Setelah selesai mewawancarai Bu Rini, penulis bersama ayah,Pak Kasirin, dan Bu Gina pulang kembali ke rumah mereka. Sampai di rumah Pak Kasirin berbeincang-bincang kecil. Bu Gina pun kembali menyuguhkan air minum dan makanan. Penulis meminum dan memakan yang disuguhkan oleh Bu Gina sambil istirahat sejenak, kami pun berbincang-bincang kecil mengenai pekerjaan Pak Kasirin. Selesai berbincang-bincang, penulis mengatakan bahwa ingin mewawancarai Pak Kasirin selaku ketua Kelompok Berkah Lidi, Pak Kasirin pun


(13)

bersedia. Dalam wawancara ini, penulis dan Pak Kasirin sangat santai karena sambil bersenda gurau di tengah-tengah wawancara.

Menurut penuturan Pak Kasirin, beliau menjadi ketua Kelompok Berkah Lidi karena ditunjuk oleh anggota pengrajin lainnya. Terkadang, kelompok ini melakukan pertemuan di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya, di rumah anggota pengrajin untuk membahas perkembangan Kelompok Berkah Lidi ini dan memberi semangat anggota sekalian silaturahmi. Terkadang juga, Pak Kasirin datang ke tempat anggota yang telah dilatih untuk melihat perkembangannya. Beliau selalu menyempatkan diri saat hari mingggu berkunjung ke rumah pengrajin lainnya, agar kelompok ini tetap aktif. Pak Kasirin menuturkan bahwa selama beliau masuk dan aktif di Kelompok Berkah Lidi ini, bisa menambah penghasilan untuk ekonomi keluarga untuk jajan anak, keperluan sehari-hari juga sebagai matapencaharian tambahan beliau.

Foto 11 Foto Pak Kasirin


(14)

Dalam satu kali pemesanan agen penghasilan Pak Kasirin paling sedikit sebesar Rp 220.000 per bulan, penghasilan ini menurut Pak Kasirin sangat membantu perekonomian keluarga. Dahulu pak Kasirin dan istri mencari bahan baku lidi kelapa sawit sendiri lalu langsung dibuat menjadi anyaman, namun karena pemesanan agen semakin banyak, membuat beliau jarang mencari lagi. Maka dari itu, beliau membeli kepada masyarakat sekitar rumahnya dengan harga 1 kg Rp 2.000. Panjang lidinya sekitar 80-90 cm, jika ada lidi yang panjangnya kurang dari 80-90 cm, maka biasanya dijadikan sapu lidi oleh Pak Kasirin agar tidak sia-sia. Dikarenakan untuk bagian pemasaran saat ini Pak Kasirin hanya menjual apabila ada pesanan agen, biasanya Pak Dirman menelepon dan meminta produk anyaman buatan Pak Kasirin dan anggota lainnya agar dikirim sesuai pesanan agen. Tidak ada masyarakat di sekitar rumahnya yang tertarik untuk membelinya, tapi kalau dikasih secara cuma-cuma mereka mau, hal ini yang membuat banyak pengrajin tidak aktif. Pak Kasirin menuturkan masalah-masalah yang dihadapi kelompok ini:

“Kami berharap dari Pemda ada dana iba untuk modal dan pemasarannya, jadi anggota pengrajinnya setelah selesai membuat anyaman lidi kalau langsung cair kan enak, sekarang kan tidak begitu. Sebetulnya anggota kita ada 200 orang yang sudah dilatih tapi tidak ada yang aktif karena kita sebagai pelatih, kita sebagai pengurus, kita sendiri tidak berani menampung produk mereka karena kita pun bingung, kita mau jual kemana. Itu aja kendalanya, ya sudahlah, paling-paling misalnya nanti kalau ada pesanan kita pnaggil, kita telfon bikin dulu piring 20 bijik karena butuh, kalau gak pasti kita ya gak berani, ya kalau menumpuk semua di rumah gini modal kita abis tapi gak laku-laku”.


(15)

Bantuan dari Pemda selama ini hanya produk-produk anyaman Berkah Lidi diikutsertakan dalam acara pameran pemerintah seperti Disperindag, Dispora dan lainnya. Terkadang, pengurus diikutsertakan untuk mengajarkan secara langsung cara membuat anyaman lidi kelapa sawit (Demo) dan apabila produknya laku dalam mengikuti pameran uangnya diberikan kepada pengurus Berkah Lidi. Terkadang juga, pihak Disperindag dan Dispora memberi uang terimaksih kepada kelompok ini, dan kalau ada pelatihan pengurus dipanggil untuk mengajarkan, hanya sebatas itu saja sampai saat ini, tidak ada dukungan lebih. Tetapi membantu dana langsung untuk produk Berkah Lidi sampai saat ini belum ada. Pak Kasirin menjelaskan bahwa mereka tidak ada masalah pribadi antar sesama anggota pengrajin baik kepada Pak Dirman dan pengurus, namun yang dihadapi mereka saat ini adalah permodalan dan pemasaran, menyangkut modal Pak Kasirin berklata:

“Karena Pak Kasirin sebagai ketua kelompok jadi wajar para anggota pengrajin meminta bahan baku lidi kelapa sawit, saya kan lidi itu saya membeli, ya ujung-ujungnya kan saya juga membeli, ya itu tadi saya gak boleh terutang sama para pencari lidi karena mencari sekilo itu satu jam bekum tentu dapat belum lagi membersihkannya, gak mungkin kita utangkan walaupun Rp. 2.000 1 kg kan kasihan, jadi terakhirnya para anggota pengrajin lah yang berutang sama kita. Sementara mereka atau kita tidak bisa menjualnya, menumpuk lah di rumah sehingga para anggota pengrajin gak bisa membayar hutangnya, ya kalau uang pribadi terus untuk kedepannya kan gak mungkin gitu, ya ujung-ujungnya yang di rumah nanti yang sewot karena untuk beli beras, untuk jajan anak, kalau untuk ke situ terus ya rugi, sementara produk kita gak laku-laku”.


(16)

Sebenarnya pemda ada menyediakan tempat secara gratis di depan SMP N 2 Blog Songo Labusel, tempatnya kecil tidak berpintu dan buka selama 24 jam seperti pasar bengkel, cuma bedanya tempat ini hanya beberapa saja. Kelompok ini menjual produk anyaman mereka dan menjual jajanan, minumamn serta rokok. Selama kelompok ini berjualan di tempat tersebut hasilnya tidak memadai, dalam satu bulan mereka hanya mendapat Rp. 50.000, itu pun yang laku bukan produk anyamannya yang membelinya adalah motor bus yang berhenti beli rokok dan minuman. Pak Kasirin menjelaskan bahwa pernaha kejadian anggota Kelompok Berkah Lidi yang berjaga pada malam hari keretanya diambil maling dan hampir dibunuh sama maling kereta tersebut, untuk saja anggota tersebut berteriak sehingga warga berdatangan, tapi motornya hilang. Semenjak kejadian itu kelompok ini berhenti berjualan, selain pendapatannya tidak memadai, produknya tidak terjual dan membahayakan anggota lainnya. Kelompok Berkah Lidi ini menerima tempat terebut karena menghargai dukungan dari pemerintah setempat. Menurut penuturan Pak Kasirin:

“Sudah selama 4 tahun Kelompok Berkah Lidi ini berjalan, belum ada kemajuan yang pesat ibaratnya ya begitu-gitu saja, karena sebetulnya dalam bisnis ini kalau kita sebagai pekerja atau pengrajin kita mana bisa sebagai pedagang lagi, harus ada yang menjualnya. Kalau kita yang kerja, kita yang menjualnya ya mana jalan, kita kerja ni selema satu tahun buat anyaman lidi, terus kita keliling menjualnya gak dapat juga”.

Untuk saat ini masalah yang dihadapi adalah modal dan pemasaran, harapan Pak Kasirin kedepannya agar pemerintah daerah mendukung lebih kelompok Berkah


(17)

Lidi ini mulai dari modal sampai pemasaran agar pertumbuhan UKM baru seperti Kelompok Berkah Lidi ini bisa berkembang pesat.

Pak Kasirin juga merasa sedih karena kadang kalau beliau buat anyamannya, terkadang ada yang salah, mungkin kalau orang yang lihat anyamannya bagus atau rapi, tapi kalau beliau yang lihat kadang kurang mantab, uda gitu beliau buang buang. Namun, tidak jarang diambil sama tetangga, padahal udah dibuang di lobang sampah itu diambil, kadang terlihat Bu Gina (istri) kalau wirid dipajangkan di rumah tetangga. Hal tersebut yang membuat Pak Kasirin merasa sedih, namun beliau tetap diem saja.

Dengan demikian menurut penuturan Bu Gina dan Pak Kasirin bahwa pekerjaan ini juga sebagai pekerjaan sampingan atau tambahan untuk membantu ekonomi keluarga. Beliau yang awalnya hanya bekerja sebagai karyawan di perkebunan Sisumut, saat ini sudah membuka usaha kecil anyaman lidi kelapa sawit di rumah beliau. Mereka dalam menjalankan usaha kerajinan ini untuk memperoleh keuntungan. Lidi kelapa sawit sebagai sumber daya alam dimanfaatkan oleh beliau atas dasar dorongan kebutuhan ekonomi. tidak sulit untuk didapatkan, dikarenakan pihak perkebunan mengijinkan karyawan mengambil pelepah yang sudah dijatuhkan oleh pekerja.

Hal yang sama diungkapkan oleh Menurut Cook (1973), pendekatan formal adalah:

Pendekatan formal menempatkan antropologi ekonomi sebagai studi tentang hubungan-hubungan sosial tentang proses pemanfaatan sumber daya ekonomi. Pendekatan ini menempatkan antropologi ekonomi sebagai usaha untuk mendeskripsikan dan menganalisis cara-cara proses pemanfaatan sumber daya ekonomi tersebut dalam


(18)

berbagai seting kultural21

Adanya aktivitas pemasaran atau perdagangan dan sistem pertukaran produk-produk kerajinan tangan dalam pendekatan ini. Pendekatan formalis melihat hal ini sebagai peristiwa ekonomi karena dalam proses pertukaran tersebut, dorongan kebutuhan ekonomi itu yang nampak dari adanya transaksi ekonomi barang-barang kebutuhan hidup antar partisipasinya. Tujuan pendekatan formalis adalah untuk mencapai pemahaman yang akurat tentang keragaman dan kompleksitas tingkah laku sosial yang diobservasi

. Hubungan-hubungan sosial sebagai gejala proses pemanfaatan sumber daya ekonomi dapat dilihat misalnya dalam hubungan patron-klien, hubungan persahabatan, jaringan kekerabatan, dan hubungan-hubungan yang lain, yang terpola menurut pranata-pranata dalam lembaga-lembaga yang hidup di masyarakat. Dalam hal ini dideskripsikan dengan cara memperlihatkan secara eksplisit tentang motif-motif ekonomi yang muncul dalam proses interaksi sosial tersebut. Seperti halnya Kelompok Berkah Lidi ini yang merupakan proses interaksi sosial dalam masyarakat sederhana yang menggambarkan proses pemanfaatan sumber daya ekonomi.

22

Selesai mewawancarai Bu Gina, penulis langsung bertanya kepada Pak Kasirin tentang masyarakat sekitar yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit. Pak Kasirin berkata hanya ada beberapa masyarakat saja yang berminat mencari lidi kelapa sawit ini. Penulis langsung diantar oleh Pak Kasirin ke rumah tetangganya yang mencari lidi kelapa sawit, rumahnya di belakang rumah Pak kasirin tidak begitu jauh. Kami pun beramai-ramai datang ke rumah tetangga Pak Dirman untuk mewawancarai secara langsung. Sampai di depan rumah tetangga

. 3.1.3. Bu Irma Wati

21

Seting kultural adalah penggambaran suasana atau budaya yang melatarbelakangi terjadinya suatu peristiwa (www.artikelsiana.com).

22


(19)

Pak Kasirin tersebut, kami melihat pintu tertutup, penulis mendengar suara anak kecil dari samping rumah, langsung berjalan menuju anak kecil tersebut. Ternyata di pemilik rumahnya berada di samping sedang memasak, mencuci piring dan anaknya bermain di samping rumah.

Bu Gina memanggil pemilik rumah lalu mengenalkan penulis kepada tetangganya tersebut. Penulis pun langsung memperkenalkan diri kepada ibu pemilik rumah ini dan menjelaskan maksud dan tujuan penulis mewawancarai beliau. Ibu pemilik rumah ini bernama Bu Irma Wati atau sering di panggil dengan Bu Irma, lahir di Kotapinang tanggal 13 Desember 1986. Bu Irma adalah seorang ibu rumah tangga. Suami beliau bekerja sebagai pemanen di perkebunan Desa Sisumut ini, dahulu Bu Isrma bekerja ke lapangan Bersama suaminya, karena Bu Irma melahirkan dan anknya masih kecil, beliau di rumah saja dan tidak bekerja.

Setelah anaknya berusia dua tahun selesai ASI, Bu Irma bekerja lagi bersama suaminya yang bernama Pak Parmen. Maka dari itu untuk mengisi waktu luang, Bu Irma mencari lidi kelapa sawit ini, awalnya hanya mengisi waktu luang saja namun bisa untuk membantu ekonomi keluarga. Pak Parmen sambil bekerja mengambil lidi kelapa sawit kemudian dibawa pulang ke rumah untuk dibersihkan oleh Bu Irma. Terkadang, Pak Parmen bersama anaknya sore hari kalau tidak ada kerjaan mengambil lidi kelapa sawit juga, terkadang juga Bu Irma juga mencari lidi kelapa sawit sendiri di belakang rumahnya.


(20)

Foto 12

Bu Irma Sedang Membersihkan Lidi Kelapa Sawit

Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016

Lidi yang diambil Bu Irma adalah lidi yang sudah dijatuhkan oleh pekerja perkebunan ini yang anak beliau yang kecil dijaga tetangga atau kakaknya. Bu Irma menjelaskan beliau membersihkan lidi kelapa sawit ini pada waktu luang saja, beliau satu hari bisa mendapat 5 kg lidi kelapa sawit yang sudah bersih. Pak Kasirin hanya memesan lidi yang basah atau baru sibersihkan kepada Bu Irmauntuk anyaman lidi kelapa sawit. Bu Irma menjual lidinya kepada Pak Kasirin seharga Rp. 2.000, namun jika Pak Kasirin tidak memesan, Bu Irma menjemur lidinya sampai kering lalu meyimpannya di rumah sampai banyak.Dikarenakan ada mobil pick up akan datang seminggu sekali ke Desa Sisumut ini membeli lidi kelapa sawit yang kering untuk antinyamuk dengan harga Rp 1.800. Belakangan ini, Bu Irma lebih sering menjual ke mobil Pick up karena Pak Kasirin tidak memesan. Bu Irma dalam seminggu bisa menghasilkan paling sedikit Rp 60.000, beliau mengatakan lumayan lah untuk jajan anak sekolah.


(21)

Menurut penuturan Bu Irma semakin banyak anak atau keluarga yang membantu mencari dan membersihkan lidi kelapa sawit ini, maka hasilnya akan betambah banyak, paling sedikit penghasilan beliau seminggu bisa mencapai Rp. 100.000. Lidi kelapa sawit yang dikeringkan terlebih dahulu, dalam 1 kg apabila dikeringkan beratnya akan menyusut, setelah kering biasanya berat lidi yang tadinya 1 kg menjadi 7 ons, udah gitu mengeringkannya juga lumayan lama sekitar dua sampai tiga hari belum lagi kalau hujan akan lebih lama keringnya. Bu Irma juga mencari lidi ini tidak setiap hari, terkadang kalau beliau malas atau capek, beliau tidak mencari lidi, menurut beliau cari lidi ini hanya sebagai matapencaharian tambahan bukan matapencaharian pokok, jadi beliau tidak terlalu sering mencari lidinya.Dengan demikian, menurut pengakuan Bu Irma bahwa pekerjaan mencari lidi kelapa sawit sebagai mata pencaharian tambahan sangat membantu perkonomian keluarga.

3.1.4. Bu Marini

Setelah selesai mewawancarai Bu Irma, penulis juga mewawancarai salah satu tetangganya yang bernama Bu Marini atau sering di panggil dengan Bu Rini. Bu Rini lahir di Sei Rumbia tanggal 20 September 1982, suaminya bernama Pak Sugeng. Bu Rini merupakan ibu rumah tangga, beliau juga mencari lidi kelapa sawit sama seperti Bu Irma. Pak Sugeng yang bekerja sebagai Satpam di perkebunan Desa Sisumut. Sepulang kerja, beliau mencari lidi kemudian membawa pulang lidi tersebut untuk dibersihkan oleh Bu Rini. Sama seperti keluarga Bu Irma, terkadang Pak Sugeng sore hari kalau tidak ada kesibukan


(22)

mencari lidi kelapas sawit bersama anknya, terkadang Bu Rini sendiri yang mencari lidi kelapa sawit sendirian.

Foto 13

Bu Rini Sedang Membersihkan Lidi Kelapa Sawit

Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016

Lidi kelapa sawit yang diambil juga lidi yang sudah dijatuhkan oleh pemanen pekerja di perkebunan ini, Bu Rini mengatakan bahwa:

“Dari hasil membersihkan lidi ini lumayan juga lah uangnya dek, bisa buat uang jajan anak, membantu ekonomi keluargalah dek, bukannya susah bersihkannya, ini juga kan kegiatan positif. Daripada menggosip yang gak bener sama orang lain mendingan membersirkan lidi ini, dapat uang lagi”.

Bu Rini juga membersihkan lidi kelapa sawit ini waktu luang saja, tidak terlalu memaksakan pendapatan satu hari hasilnya berapa, yang terpenting waktu luangnya tidak sia-sia. Bu Rini juga memnjual lidinya kepada Pak Kasirin, dan apabila Pak Kasirintidak memesan beliau juga menjualnya kepada mobil pick up yang datang satu minggu sekali untuk mencari lidi kering sama seperti Bu Irma. Namun, Bu Rini lebih suka menjaul lidi kelapa sawit milik nya kepada Pak Kasirin. Selain Pak kasirin merupakan tetangga beliau, harga jual lidi kelapa sawit


(23)

lebih mahal dan tidak perlu dijemur. Setiap Pak Kasirin membutuhkan bahan baku lidi kelapa sawit untuk anyamannya, beliau langsung menemui Bu Rini untuk membeli lidi kelapa sawit miliknya.Bu Rini mengatakan:

“Ya hasilnya lumayan lah dek untuk satu minggu ibu bisa dapat Rp. 60.000, jadi satu bulan itu bisa dapat Rp. 240.000. Itu baru satu bulan, kalau di tabung terus kan hasilnya semakin banyak lagi, makanya ibu masih tetap mencari dan membersihkan lidi kelapa sawit. Lagian enak juga karena tetangga juga ada beberapa yang mencari lidi, jadi mobil pick up nya masih mau masuk ke sini”.

Dengan demikian, menurut pengakuan Bu Irma dan Bu Rini bahwa pekerjaan mencari lidi kelapa sawit sebagai mata pencaharian tambahan juga sangat membantu perkonomian keluarga. Anggota keluarga Bu Rini seperti suami dan anak-anaknya juga ikut membantu beliau mengambil lidi kelapa sawit dan membersihkannya. Dalam membantu ekonomi keluarga dengan mencari lidi kelapa sawit, peran keluarga sangat penting. Keikutsertaan anggota keluarga seperti suami dan anak-anak membuat pekerjaan ini lebih efektif. Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahrikan individu dengan berbgai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.Saling bahu-membahu dalam membantu ekonomi ekonomi keluarga, secara tidak langsung menciptakan kedekatan antar anggota keluarga, menumbuhkan nilai-nilai positif dan menciptakan kehangatan dalam keluarga.


(24)

Hal yang sama dijelaskan oleh F. Soe’oed (2012:90) bahwa keluarga besar berperan sebagai sistem sosial atau kelompok primer yang menjadi agen sosialisasi. Mereka berperan penting dalam mentransmisikan nilai-nilai yang ada dalam keluarga kepada anggota-anggotanya. Keluarga yang sebgaian besar anggotanya menjalankan kegiatan wirausaha akan mentransmisikan kegiatan yang sama pada anggotanya. Namun demikian, selain melalui bakat yang diturunkan secara genetis (faktor nature), profesi dan prilaku wirausaha juga dapat diperoleh melalui proses belajat (faktor narture) atau gabungan dari keduanya. Secara tradisional, wirausahawan yang berhasil akan menurunkan profesi serta segala perangkatnya kepada anak atau saudara terdekat mereka. Dengan demikian, secara tidak disadari proses sosialisai pekerjaan dari orang tua kepada anak. Atau antargenerasi, telah terjadi dalam keluarga. Itulah mengapa dukungan dari keluarga bisa membentuk prilaku wirausaha yang berkualitas tinggi23

23

Ibid Hal 14

.

3.2. Peralatan Pembuatan Anyaman

Saat pertama membuat kerajinan tangan semuanya masih serba manual, masih menggunakan peralatan seadanya. Seiring dengan perkembangan yang dialami, pembuatan kerajinan tangan pun membutuhkan peralatan yang dapat membantu mempercepat proses pengerjaan kerajinan tangan agar dapat memenuhi permintaan pasar. Alat manual yang digunakan sampai saat ini cukup sederhana seperti :


(25)

a. Benang

Foto 14

Sumber : pemilik anggota/perajin

Benang merupakan alat yang dignakan untuk mengikat lidi pada tahap pembuatan bagian dasar. Benang diikat pada pangkal lidi dengan kuat agar tidak lepas.

b. Gunting

Foto 15

Sumber : Pemilik anggota/perajin

Gunting digunakan untuk pemotongan lidi yang tidak dipakai agar kelihatan rapi dan bagus dan untuk memotong lidi juga dan untuk mengikis lidi agar menyatu dengan lidi yang telah disimpul.


(26)

c. Pengait/Obeng

Foto 16

Sumber : Pemilik anggota/perajin

Pengait/obeng digunakanu saat meyimpul lidi dengan cara mencungkilnya bila lidi menjorok ke dalam agar lebih rapi.

d. Meteran

Foto 17

Sumber : Pemilik anggota/perajin

Meteran digunakan untuk mengukur standar ukuran produk kerajinan sebelum tahap akhir sebelum finishing.


(27)

e. Kuas

Foto 18

Sumber : Pemilik anggota/perajin

Kuas digunakan untuk mencat ayaman lidi yang sudah selesai agar kelihatan semakin bagus.

f. Cat

Foto 19

Sumber : Pemilik anggota/perajin

Cat digunakan untuk tahap akhir/finishing atau untuk mempernis anyaman lidi kelapa sawit agar kelihatan bagus.Bahan bakunya lidi kelapa sawit :


(28)

Foto 20

Sumber : Pemilik anggota/perajin 3.2.1. Tahapan Pembuatan Anyaman

Sebelum menjadi sebuah handycraft atau kerajinan tanganyang siap pakai, tentu ada tahapan-tahapan yang terlebih dahulu dilakukan dalam proses pembuatannya. Tahapan dalam proses pembuatan handycraft ini penting untuk diketahui, karena melalui tahapan ini benda yang tadinya tidak memiliki nilai dapat dirubah menjadi sebuah hasil kerajinan tangan yang memiliki nilai jual.

Tahap awalnya adalah pengumpulan bahan baku dan peralatan. Bahan baku yang digunakan kerajinan tangan ini adalah lidi kelapa sawit, sementara untuk peralatan yang digunakan, seperti yang telah disebutkan pada poin sebelumnya. Selanjutnya adalah membuat tahap dasar :

1. Mengukur/ memilih jumlah dan ukuran lidi.

Mengukur panjang lidi yaitu min-85 cm dari ujung ke pangkal lidi, jumlah 96 lidi, kemudian 96 lidi tersebut dibagi menjadi 6 bagian.


(29)

Foto 21

Sumber : Modul Berkah Lidi 2. Membuat lingkaran/Ring

Ambil 2 lidi kemudian keduanya kita lilitkan berlawanan arah, dan di bentuk menjadi lingkaran dengan diameter 14 cm, kemudian di ikat di Ikat dengan benang nilon.

Foto 22

Sumber : Modul Berkah Lidi

3. Bila no 1 dan 2 selesai lanjut tahap pembuatan piring.

Dasar anyaman pertama :

Letakan lingkaran di depan kita, ambil bagian A lidi masukan kedalam lingkaran dari atas lingkaran sebelah kiri mengarah kekanan dibawah lingkaran.


(30)

Foto 23

Sumber : Modul Berkah Lidi

Ambil bagian B lidi masukan kedalam lingkaran dari atas lingkaran sebelah depan mengarah kebelakang melewati lidi bagian 1 dibawah lingkaran.

Foto 24

Sumber : Modul Berkah Lidi

Ambil bagian C lidi masukan kedalam lingkaran dari atas lingkaran sebelah kiri dibawah bagian A melewati atas bagian B mengarah bawah lingkaran, dengan cara ambil 4 jalur.


(31)

Foto 25 Foto 26

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi

Foto 27 Foto 28

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi Bila bagian C sudah masuk semua kebagian A/B maka lingkaran diputar dan B dimasukkan kebagian A sesuai jalurnya.


(32)

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi

-Bagian A,B dan C sudah selesai, kita ulang-ulang supaya tidak lupa, dan dilanjutkan ketahap berikutnya.

Dasar anyaman kedua :

Letak daras anyaman pertama seperti segitiga, ambil bagian D masukan semua kedalam lingkaran, dari bagian belakang atas lingkaran melewati bagian B bawah keluar dari tengah melintasi bagian C atas mengarah depan dibawah lingkaran, sejajar dengan bagian A.

Foto 31

Sumber : Modul Berkah Lidi

Kemudian kita putar sehingga bagian D menjadi diatas. Foto 32


(33)

Ambil bagian E, 4 lidi masukan dari atas lingkaran menuju ke bagian D.

Foto 33 Foto 34

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi

Foto 35 Foto 36

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi Bagian E sudah masuk semua, maka ambil bagian F, Sebelum memasukan bagian F, putar lagi sehingga bagian E menjadi disebelah atas, ambil 4 lidi dari bagian F, masukan melalui jalur bagian D, menuju bagian E, sampai habis bagian F.


(34)

Sumber : Modul Berkah Lidi

Foto 40 foto 41

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi

Bila sudah selesai semua,dan sudah lancar dasar pertama dan kedua, kita lanjut ketahap berikutnya. Dasar pertama dan kedua dinamakan TAFAK atau PONDASI.

Cara Menganyam :

1. Sebelum melakukan anyaman, tafak yang sudah selesai lidi bagian pangkalnya kita rapatkan dengan lingkaran, dengan jarak lebih kurang 3 cm dari lingkaran. Cara merapatkannya ditarik dari ujung lidi agar tidak mengalami kesulitan dalam penarikan, triknya adalah menarik sesuai jalur keliling.


(35)

Sumber : Modul Berkah Lidi

Kalau sudah siap, mulai menganyam. Anyaman dimulai dari sisi kiri mengarah sisi kanan.

-Anyaman 6 langkah: dalam 1 langkah ( 2 jalur ), langkahnya berkelang 3 diatas 3 dibawah.

-Pegang 1 jalur mengarah kekanan dibawah 1langkah,lalu 1langkah diatas,1langkah dibawah 1langkah diatas,1langkah dibawah, 1langkah diatas. Bila sudah 6 langkah maka ujung lidi ditarik kebawah.

Foto 43 Foto 44

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi

Foto 45 Foto 46


(36)

Foto 47 Foto 48

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi Lakukan kembali dari jalur ke2 seperti pada jalur ke1 dst, maka akan mendapat Kan hasil seperti di gambar.

Bila anyaman sudah siap maka, di lakukan penarikan/ merapikan anyaman. Foto 49

Sumber : Modul Berkah Lidi

Untuk mendapatkan hasil yang standart dilakukan dengan meteran, ukuran piring standart adalah diameter 25 cm.


(37)

Foto 50

Sumber : Modul Berkah Lidi

Bila ukuran sudah cukup, anyaman dibalik, pangkal lidi dipotong dengan gunting hingga rapat dengan lingkaran.

Foto 51 Foto 52

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi Sudah terpotong semua,lalu rapatkan jalur-jalur yang masih belum rapat dengan lingkaran.


(38)

Foto 53

Sumber : Modul Berkah Lidi

Menganyam bagian belakang piring, anyama 2 langkah yaitu ambil 2jalur(1 langkah ) dari sisi kiri mengarah kekanan, 1langkah diatas, 1langkah dibawah dan seterusnya.

Foto 54 Foto 55 Foto 56

Sumber : Modul Berkah Lidi

Kemudian dirapikan sampai rata, lalu di anyam lagi untuk penguncian. Ambil 1jalur sisi kanan melangkah dengan silang, jalur 1 melewati jalur 2 dari bawah dan jalur 3 dari atas dan berhenti dijalur 4 bergabung, jalur 1 menjadi bagian jalur 4 dan seterusnya.


(39)

Foto 57 Foto 58 Foto 59

Sumber : Modul berkah Lidi

Bila sudah dianyam semua maka dilakukan penguncian dibantu alat pengait/ obeng.

Foto 60 Foto 61

Sumber : Modul Berkah Lidi Sumber : Modul Berkah Lidi

Jalur – jalur tersebut harus masuk sesuai jalurnya agar Nampak indah, dan dipotong/ dirapikan bagian lidi yang sisa.


(40)

Foto 62 Foto 63 Foto 64

Sumber : Modul Berkah Lidi

Produk piring dari anyaman lidi kelapa sawit sudah siap ditampilkan, untuk lebih menarik dilakukan pengecatan/ pernis.

Foto 65


(41)

3.3. Produk Anyaman yang Dihasilkan

Berbagai macam jenis produk-produk yang dihasilkan oleh Kelompok Berkah Lidi, yakni sebagai berikut :

Foto 66

Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan Produk :

No. Nama Barang Diameter Kode Barang Harga Barang 1. Lampion Duduk 80x25 LD-80 Rp. 70.000 2. Tempat Sendok+Tutup 15x18 TST-15 Rp. 14.000 3. Talam/ Baki Oval 35x40 TABO-35 Rp. 24.000 4. Talam/Baki Petak 35x40 TABP-35 Rp. 24.000 5. Keranjang Buah Oval 25x25 KBO-25 Rp. 6.500 6. Keranjang Buah Tangkai 30x25 KBT-30 Rp. 28.000 7. Piring Bulat Rose 28x28 PBR-28 Rp. 8.000 8. Tempat Nasi+Tutup 25x25 TNT-25 Rp. 13.000 9. Tempat Buah+Parsel 35x35 TBP-35 Rp. 25.000


(42)

Foto 67

Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk :

No. Nama Barang Diameter Kode barang Harga Barang 1. Guci Semar 30x80 GS-80 Rp. 128.000

2. Guci Reog 30x65 GR-65 Rp. 125.000

3. Guci Enting 30x60 GE-60 Rp. 120.000 4. Mangkok Buah Besar 35x35 MBB-35 Rp. 25.000

Foto 68


(43)

Keterangan produk :

No. Nama Barang Diameter Kode barang Harga Barang

1. Mangkok Snack Oval 18x20 MSO-20 Rp.12.000 Pcs 2. Piring Kue Star 30x30 PKS-30 Rp. 25.000 Pcs

Foto 69 Foto 70

Sumber : Katalog Berkah Lidi Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk :

Nama Barang : Tempat Sendok Klasik Nama Barang : Vas Bunga Meja

Diameter : 11x11 Diameter : 18x18

Warna : Natural Warna : Natural

Kode Barang : TSK-11 Kode Barang : VBM-18 Harga : Rp. 9.000 Pcs Harga : Rp. 15.000 Pcs


(44)

Foto 71

Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk mempunyai dua ukuran yakni :

Nama Barang : Piring Ikan Oval Nama Barang : Piring Ikan Oval

Diameter : 28x33 Diameter : 30x45

Warna : Natural Warna : Natural

Kode barang : PIO-33 Kode Barang : PIO-45

Harga Barng : Rp. 13.000 Pcs Harga : Rp. 25.000 Pcs Foto 72

Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk mempunyai dua ukuran yakni:

Nama Barang : Tempat Parsel Buah Nama Barang : Tempat parsel Buah


(45)

Warna : Natural Warna : Natural Kode Barang : TPB-30 Kode Barang : TPB-35

Harga : Rp. 29.000 Pcs Harga : Rp. 35.000 Pcs Foto 73

Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk mempunyai dua ukuran yakni :

Nama Barang : Piring Makan Klasik Nama Barang : Piring Makan Klasik Besar Diameter : 25x25 Diameter : 28x28

Warna : Natural Warna : Natural Kode Barang : PMK-25 Kode Barang : PMKB-28 Harga : Rp. 6.000 Pcs Harga : Rp. 8.000 Pcs

Foto 74


(46)

Keterangan produk mempunyai dua ukuran yakni :

Nama Barang : Tempat Aqua 1 Lusin Nama Barang : Tempat Aqua ½ Lusin Diameter : 25x40 Diameter : 25x30

Warna : Natural Waena : Natural Kode Barang : TA-40 Kode Barang : TA-30

Harga : Rp. 85.000 Pcs Harga : Rp. 65.000 Pcs Foto 75

Sumber : Katalog Berkah Lidi

Keterangan produk :

Nama Barang : Lampion Petromax Duduk Diameter : -

Warna : Natural Kode Barang : LPD 50


(47)

Foto 76

Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk :

Nama Barang : Lampion Petromax Gantung Diameter : -

Warna : Natural Kode Barang : LPG-50

Harga : Rp. 75.000 Pcs

Foto 77 Foto 78

Sumber : Katalog Berkah Lidi Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk :


(48)

Diameter : 13x25 Diameter : 35x35

Waerna : Natural Warna : Natural

Kode Barang : LPSB-25 Kode Barang : PBM-35 Harga : Rp. 45.000 Pcs Harga : Rp. 25.000 Pcs

Foto 79

Sumber : katalog Berkah Lidi Keterangan produk mempunyai dua ukuran yakni :

Nama Barang : Mangkok PID Kecil Nama Barang : Mangkok PID Besar

Diameter : 15x15 Diameter : 20x25

Warna : Natural Warna : Natural

Kode Barang : MPK-15 Kode Barang : MPB-25 Harga : Rp. 9.000 Pcs Harga : 13.000 Pcs


(49)

Sumber : Katalog Berkah Lidi Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk :

Nama Barang : Mangkok Buah Oval Nama Barang : Ceting Nasi Bunga

Diameter : 28x30 Diameter : 28x28

Warna : Natural Warna : Natural

Kode Barang : MBO-30 Kode Barang : CNB-28 Harga : Rp. 28.000 Pcs Harga : Rp. 25.000 Pcs

Foto 82 Foto 83

Sumber : Katalog Berkah Lidi Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk :

Nama Barang : Tempat Tisu Makan Nama Barang : Vas Bunga Rose

Diameter : 13x13 Diameter : 28x28

Warna : Natural Warna : Natural

Kode Barang : TTM-13 Kode Barang : VBR-28 Harga : Rp. 9.000 Pcs Harga : Rp. 15.000 Pcs


(50)

Foto 84 Foto 85

Sumber : Katalog Berkah Lidi Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk :

Nama Barang : Ceting Nasi Oval Nama Barang : Piring Makan Mawar Diameter : 20x28 Diameter : 28x28

Warna : Natural Warna : Natural Kode Barang : CNO-28 Kode Barang : PMM-28 Harga : Rp. 25.000 Pcs Harga : Rp. 12.000 Pcs

Foto 86


(51)

Keterangan produk mempunyai dua ukuran yakni :

Nama Barang : Piring Makan Oval Nama Barang : Piring Makan Oval

Diameter : 20x35 Diameter : 25x35

Warna : Natural Warna : Natural

Kode Barang : PMO-25 Kode Barang : PMO-35 Harga : Rp. 13.000 Pcs Harga : Rp. 23.000 Pcs

Foto 87

Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk :

Nama Barang : Tempat Buah Rose Diameter : 28x28

Warna : Natural Kode Barang : TBR-28 Harga : Rp. 25.000 Pcs


(52)

Foto 88

Sumber : Katalog Berkah Lidi

Nama Barang : Keranjang Buah Wings Diameter : 25x35

Warna : Natural Kode Barang : KBW-35 Harga : Rp. 27.000

Foto 89


(53)

Keterangan produk :

No . Nama BarangDiameter Kode barang Harga Barang

1. Ceting Nasi Bulat 20x20 CNB-20 Rp. 18.000 Pcs 2. Tempat Kue Mentari 30x30 TKM-30 Rp. 28.000 Pcs 3. Keranjang Buah Rose 20x25 KBR-25 Rp. 17.000 Pcs

Foto 90

Sumber : Katalog Berkah Lidi Keterangan produk :

Nama Barang : Sange Makan Ayam Kipas Diameter : 85x85

Warna : Natural dan Cremback Harga : Rp. 110.000


(54)

Foto 91

Sumber : katalog Berkah Lidi Keterangan produk :

Nama Barang : Monggo Klasik (Parsel) Harga : Rp. 153.000

Barang dan Ukurannya :

No. Nama Barang Diameter Kode Barang Jumlah

1. Ceting Nasi 28x35 CNB-35 1 Pcs

2. Mangkok PID Kecil 20x25 MPID-25 2 Pcs 3. Piring Makan Mawar 28x28 PMM-28 1 Pcs 4. Piring Ikan Oval 28x33 PIO-33 2 Pcs 5. Tempat Tisu Makan 28x28 TTM-28 1 Pcs 6. Piring Makan Klasik 25x25 PMK-25 6 Pcs 7. Pring Buah Mentari 35x35 PBM-35 1 Pcs 8. Tempat Sendok 11x11 TS-11 1 Pcs Keterangan untuk semua produk :


(55)

3.4. Sumber Daya Manusia (Pekerja)

Sejak menjalankan usaha ini, dengan ketekunan yang dimiliki Pak Dirman selaku pendiri Kelompok Berkah Lidi dalam menjalankan usahanya sedikit demi sedikit mulai menunjukkan hasil. Barang-barang kerajinan tangan pun semakin banyak di produksi untuk memenuhi permintaan pasar. Hal tersebut tentu membuat beliau kewalahan jika harus mengerjakannya sendirian ditambah lagi pada awal-awal perkembangan usaha ini semua proses pengerjaannya masih manual tanpa ada bantuan mesin. Sehingga untuk membantunyamembuat produk tersebut beliau membutuhkan tenaga tambahan yaitu orang yang mau membantunya mengembangkan Kelompok Berlah Lidi tersebut.

Pertama sekali Pak Dirman mempunyai seorang anggotanya pada tahun 2012. Semakin lama jumlah pekerja yang dimiliki beliau kian bertambah, hingga saat ini mencapai empat belas orang. Ada sebagai ketua Kasiren, wakil ketua Parmohonan Pane, sekretaris Arbahari dan bendahara Rasyid. Sembilan orang laki-laki dan lima orang perempuan, mereka bekerja di bagian produksi dan satu orang laki-laki bagian pemasaran. Namun, tetap ikut serta membantu proses pengerjaan kerajinan tangan sampai selesai. Ada juga yang bertugas menjaga stand bazar saat ada pameran.

Mereka bekerja dengan sistem home industry artinya mereka membuat produk-produk kerajinan tangan tradisional tersebut di rumah masing-masing. Mereka belum membentuk suatu wadah atau tempat untuk mereka berproduksi karena modal dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Seperti yang dikatakan oleh Pak Dirman (44 tahun) :


(56)

“Sistem bekerja kami adalah home industry, semua proses produksi dikerjakan di rumah masing-masing anggota atau pengrajin. Kami belum membentuk suatu wadah atau tempat produksi dikarenakan modal yang belum memadai dan mengingat terlalu banyak waktu yang terbuang kalau dikerjakan pada tempat tertentu, takutnya akan menggangu pekerjaan utama pengrajin karena bolak-balik pulang ke tempat kerja. Lagi pula proses pembuatan kerajinan tangan ini dilakukan pada waktu senggang santai bersama keluarga, namun masih dipertimbangkan lagi untuk ke depannya”.

Memasuki tahun 2016, Kelompok Berkah Lidi sudah banyak mengalami perkembangan, seperti pengrajinnya semakin bertambah, sering mengadakan pelatihan, mengikuti beberapa pameran sampai dukungan dari pemerintah setempat. Setiap pengrajin yang sudah dibekali ilmu diharapkan bisa membagi ilmunya dengan orang lain agar semakin banyak peminatnya dan semakin berkembang. Mengenai pelatihan, Pak Dirman sering diundang ke luar kota untuk melatih masyarakat tersebut untuk membuat kerajinan tangan lidi kelapa sawit seperti di Bandung, Aceh, Batam dan lainnya. Setelah produk kerajinan ini mulai berkembang di masyarakat, pemerintah pun mulai melirik Kelompok Berkah Lidi. Respon pemerintah setempat sangat mendukung kegiatan ini, karena kegiatan ini sangat positif. Dengan kreativitas atau ide yang dimiliki daun kelapa sawit yang selama ini hanya sebagai sampah dapat disulap menjadi produk-produk kerajinan tangan yang bernilai ekonomis. Selain itu, kegiatan ini juga dapat mengurangi pengangguran dan sebagai mata pencaharian tambahan bagi masyarakat.

3.4.1. Hubungan Antara Pendiri Dengan Anggota (Pengrajin)

Hubungan di antara pemilik dan para anggota atau pengrajin Kelompok berkah Lidi terjalin cukup baik. Sebagai pendiri Pak Dirman tidak berlaku


(57)

semena-mena terhadap anggotanya, kepada usianya yang lebih tua pun Pak Dirman tetap menunjukkan rasa hormatnya sekalipun mereka adalah bekerja di kelompok tersebut.

Sekalipun beliau adalah pendiri usaha tersebut dan yang membekali mereka ilmu, beliau tidak pernah bertindak otoriter atau menganggarkan kekuasaan. Beliau selalu berusaha memberikan perintah sesopan mungkin agar tidak menyinggung perasaan para anggota tetapi tetap dengan sikap yang tegas sehingga beliau pun tidak dianggap remeh oleh anggota-anggotanya. Pak Dirman selalu memberikan bimbingan kepada setiap anggotanya baik yang muda atau yang tua, yang sudah lama maupun yang masih baru, agar setiap produk yang dibuat dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya sehingga meminimalkan resiko adanya produk yang rusak yang tentunya merupakan suatu kerugian dalam bidang produksi.

Pak Dirman juga selalu mengajak dan ikut mengobrol dengan para anggotanya saat sedang mendiskusikan produk-produk baru yang mereka akan buat di rumahnya, agar suasana tidak terlalu tegang dan membosankan. Pembicaraanpun tidak hanya seputar pekerjaan, tetapi bisa membahas berbagai hal termasuk lelucon-lelucon yang membuat suasana ramai dengan canda tawa. Istri Pak Dirman, juga turut bersikap baik terhadap anggota-anggotanya. Terkadang istrinya menghidangkan makanan-makanan untuk anggota-anggotanya di sana saat bekerja untuk cemilan atau makanan ringan bagi mereka. Baik Pak Dirman maupun istrinya, menurut anggota di sana bukanlah orang-orang yang fanatik. Sekalipun mereka muslim, mereka tidak pernah membeda-bedakan sikap


(58)

terhahap orang yang beragama lain, mereka bersikap baik dengan masyarakat setempat.

3.4.2. Hubungan Antar Anggota (Pengrajin)

Sesama anggota atau pengrajin pun semuanya berhubungan baik. Walaupun rumah mereka ada yang dekat dan ada juga yang jauh, tetapi mereka saling bekomunikasi dengan baik apabila ada pemesanan produk-produk kerajinan dan pertemuan atau diskusi kelompok, hal tersebut menambah kedekatan di antara mereka. Mereka juga sering saling mengingatkan dan memberitahu jika ada berita-berita atau kegiatan yang berlangsung di lingkungan mereka. Misalnya saja ada pameran, sesama mereka saling bahu-membahu memberikan yang terbaik untuk kemajuan Kelompok Berkah Lidi ini.

Dalam membuat produk-produk kerajinan tidak ada yang namanya orang baru atau orang lama. Apa yang mereka tahu dan tidak tahu, semuanya saling mengajari dan memberi tahu. Tidak ada sikap yang menunjukkan karena dia orang yang sudah lebih lama bekerja di situ, sehingga dia lebih tahu semuanya dan harus lebih dihormati. Sehingga di antara sesama pekerja pun ada rasa nyaman saat bekerja.

Sekalipun ada masalah mereka selalu menyelesaikannya dengan kelapa dingin, seperti mereka kena tipu dengan tengkulak yang di Medan, mereka telah mengirim produk-produk kerajinannya namun uangnya tidak ditranfer. Kerugiann yang mereka mencapai Rp 3.000.000, namun mereka tidak tetalu mempermaslahkan ini bahkan mereka menganggap hal ini sudah menjadi resiko dalam usaha dan menjadi hal yang biasa. Dalam pemasaran, mereka menganut sistem saling percaya, tidak ada sistem panjar melainkan langsung kiring produk-produknya lalu di tranfer uangnya oleh tengkulak namun kepercayaan mereka ada


(59)

yang memanfaatkannya. Hal ini tidak membuat mereka jera, sampai saat ini mereka masih menganut saling percaya dalam pemasaran. Dengan permasalah yang ada membuat mereka semakin dekat, kedekatan di antara anggota pun tidak hanya pada saat bekerja saja, tetapi di luar pun tetap berhubungan dengan baik sebagai tetangga masing-masing. Mereka juga sering berbagi informasi tentang apa saja.

3.4.3. Hubungan Dengan Lingkungan Tempat Tinggal

Selama menjalankan Kelompok Berkah Lidi, Pak Dirman cukup nyaman dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya, masyarakat tempat tinggalnya tidak pernah menunjukkan respon yang kurang baik terhadap pekerjaannya. Kalaupun ada yang kurang tertarik dengan jenis pekerjaan yang dilakoni beliau, mereka hanya diam saja. Tidak pernah membuat berita-berita yang kurang baik atau menimbulkan pertikaian. Tetapi kebanyakan orang-orang di sekitarnya bersikap cukup baik. Terkadang setiap ada melewati rumah Pak Dirman yang berada di bagian belakang rumah, tetangganya menyempatkan untuk melihat cara pembuatan kerajinan tangannya dan menyapa sesaat. Walaupun hanya sekedar sapaan biasa seperti “sibuk ya, Dir?”, “banyak borongan ya”, atau “lagi buat apa ini, Dir?”.

Pak Dirman juga merasakan kalau tetangga-tetangganya secara tidak langsung memberi respon yang baik atas kerja kerasnya. Selain itu, walaupun tidak sering tetapi mereka juga pernah memesan dan membeli produk-produk yang dihasilkan oleh Pak Dirman. Belum lagi promosi-promosi mereka dengan orang lain yang diluar lingkungan mereka. Hal-hal itu merupakan bentuk


(60)

tanggapan positif yang dirasakan oeh Pak Dirman. Bagitu juga hubungan anggotanya dengan lingkungan tempat tinngal mereka. Masyarakat memberi respon yang baik, karena kegiatan kelompok ini selain suatu hal yang positif dapat juga menghasilkan uang untuk membantu perekonomian kelauarga.

Dengan demikian, menurut pengakuan Pak Dirman bahwa beliau selaku pendiri Kelompok Berkah Lidi bekerja keras untuk memperkenalkan produk anyaman lidi kelapa sawit kepada masyarakat Labuhanbatu selatan. Dengan ketekunan beliau, membuat anyaman ini dari tahun ke tahun mengalami perkembangan. Dari awal, Pak Dirman membuat, memperkenalkan sampai menjual anyaman ini sendirian. Sampai akhirnya anyaman ini mulai memasyarakat bahkan saat ini menjadi produk unggulan Labuhanbatu Selatan. Dikarenakan peminatnya sudah banyak, Pak Dirman akhirnya membentuk Kelompok Berkah Lidi untuk memenuhi permintaan pasar. Terbentuknya kelompok ini merupakan salah satu impian beliau. Pak dirman memiliki anggota aktik empat belas orang. Mereka pun mengerjakan anyaman lidi kelapa sawit di rumah masing-masing (home industry). Mereka bekerja keras saling bahu-membahu agar kelompok ini semakin maju. Hubungan yang dijalin oleh pak Dirman dengan pengrajin/anggota cukup baik.

Sebagai pendiri Kelompok Berkah Lidi, Pak Dirman tidak berlaku semena-mena terhadap anggotanya. Kepada usianya yang lebih tua pun Pak Dirman tetap menunjukkan rasa hormatnya, sekalipun mereka adalah bekerja di kelompok tersebut. Hubungan antar pengrajin/anggota pun semua berhubungan bauk. Walaupun rumah mereka ada yang dekat dan ada juga yang jauh, tetap


(61)

mereka saling berkomunikasi dengan baik. Lebih lagi apabila ada pemesanan produk-produk kerajinan serta diskusi kelompok. Hal tersebut menambah kedekatan di antara mereka. Hubungan yang terjalin oleh Pak Dirmana dengan lingkungan tempat tinggal juga sangat baik. Pak Dirman nyaman dengan lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat tidak pernah menunjukkan respon yang kurang baik terhadap pekerjaannya. Kalaupun ada yang kurang tertarik dengan jenis pekerjaan yang beliau lakoni, mereka hanya diam saja. Tidak pernah membuat berita-berita yang kurang baik atau menimbulkan pertikaian.

Hal yang sama dijelaskan oleh Van Zanden merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan (relatif cukup lama atau permanen) yang akhirnya di anatara mereka terikat satu sama lain dengan atau oleh seperangkat harapan yang relatif stabil (Zanden, 1990). Berdasarkan hal ini, hubungan sosial bisa dipandang sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang (titik) dengan orang-orang lain, dimana melalui jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa, atau informasi24

24

Ibid Hal 14


(62)

BAB IV

Strategi Usaha Kelompok Berkah Lidi

Saat penulis ikut berpartisipasi dalam acara pelatihan anyaman lidi kelapa sawit di Rumpin, penulis juga melakukan wawancara dengan Pak Dirman. Suasana Rumpin semakin ramai, karena kedatangan perwakilan dari Disperindag Provinsi dan Disperindag Labusel. Wawancara kali ini, penulis bertanya tentang strategi usaha swadaya Kelompok Berkah Lidi. Di sela-sela perbincangan dengan Pak Dirman, penulis melihat Pak Arif selaku kepala seksi (KASI) Disperindag Provinsi mencoba membuat anyaman lidi kelapa sawit. Penulis melihat raut wajah Pak Arif yang begitu serius saat diajari oleh Bang Sandi selaku anggota Kelompok Berkah Lidi. Sesekali Pak Arif tersenyum dan tertawa saat merasa kesulitan melanjutkan anyaman tersebut. Penulis melihat ada kekompakkan antara Pak Arif dan Bang Sandi. Dimana mereka sama-sama saling sabar belajar dan mengajar dalam proses pembuatan anyaman ini.

Setelah selesai melakukan wawancara dengan Pak Dirman, penulis mendatangi Pak Arif yang sudah menyelesaikan anyaman berbentuk piring. Sambil berbincang-bincang kecil, penulis bertanya tentang kesulitan dalam membuat anyaman ini. Menurut pengakuan Pak Arif bahwa membuat anyaman lidi kelapa sawit susah-susah gampang. Susahnya adalah membuat membuat dasar/pola dari anyaman tersebut. Memerlukan tenaga yang kuat saat menarik lidi agar menyatu dan rapi. Mudahnya adalah ketika sudah membuat dasarnya, tinggal membentuknya menjadi produk yang diinginkan, seperti piring, tempat sendok,


(63)

parsel buah, lampion dan lainnya. Adapun hasil wawancara dengan Pak Dirman tentang strategi usaha swadaya Kelompok Berkah Lidi adalah sebagai berikut :

4.1. Strategi Ekonomi

Keberadaan Kelompok Berkah Lidi sebagai pemberdayaan ekonomi dapat menjadi salah satu bentuk mata pencaharian tambahan bagi sebagian masyarakat di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Mata pencaharian merupakan suatu aktifitas usaha yang dilakukan oleh kebanyakan orang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Ada banyak bentuk yang dilakukan oleh orang sebagai mata pencahariannya. Lingkungan dimana tempat mereka tinggal juga memberikan pengaruh yang cukup besar mengenai karakteristik mata pencaharian yang dijalankan oleh mereka, seperti halnya di Desa Sei Rumbia ini yang memanfaatkan sumber daya alam yang ada di lingkungannya sebagai mata pencaharian tambahan. Dengan memanfaatkan lidi kelapa sawit sebagai bahan baku kemudian dibuat menjadi produk kerajinan tangan yang bernilai ekonomis dapat menjadi salah satu bentuk mata pencaharian tambahan.

4.1.1. Strategi Produksi

Pada dasarnya terbentuknya Kelompok Berkah Lidi ini adalah suatu usaha untuk meningkatkan pendapatan masyarakat antara lain sebagai usaha sampingan. Harapan demikian, dihidupkan oleh Pak Dirman menjadi suatu kelompok pembinaan kepada masyarakat yang mengukuti pelatihannya. Kelompok ini dalam memproduksi produknya dengan menggunakan modal, modal tersebut


(64)

digunakan untuk membeli bahan baku lidi kelapa sawit, kemudian dibeli dari para pencari lidi kelapa sawit seperti Bu Rini, Bu Irma dan lainnya. Kemudian produk tersebut dibuat dan kebanyakkan peminat dari kerajinan tangan ini adalah ibu rumah tangga, dan pemilik cafe. Dalam memproduksi, mereka membuat usaha kerajinan lidi kelapa sawit ini dalam home industry yang merupakan rumah usaha produk barang atau juga perusahaan kecil. Dikatakan sebagai perusahaan kecil karena jenis kegiatan ekonomi ini dipusatkan di rumah25

Sebagai suatu produksi, produk-produk kerajinan tangan ini juga sampai kepada tahap pemasaran. Dimana dalam pemasaran produk-produk, ada agen atau tengkulak yang menampung produk ini lalu memasarkannya kembali kepada masyaraka luas. Selain itu, pemasarannya juga ada yang melalui pemesanan langsung oleh Pihak pengurus Kelompok Berkah lidi. Pemasaran produk kerajinan tangan ini sudah sampai ke Manca Negara bahkan Luar Negri seperti India, Australia dan lainnya. Selain mengadakan pelatihan-pelatihan pada masyarakat, Kelompok Berkah Lidi juga sering mengikuti seminar dan pameran kerajinan tangan di berbagai daerah, seperti Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Sumatera Utara menggelar kerajinan tangan tingkat kab/kota yang diikuti seluruh pengerajin se-Sumatera Utara di lapangan merdeka Medan pada tanggal 19–20 September tahun 2014 kemarin

.

26 .

25

Ibid Hal 8

26


(65)

4.1.2. Harapan yang tidak menjanjikan Bagi Masyarakat

Barang bekas yang dibentuk menjadi nilai seni dalam suatu produk diharapkan dapat memberikan keuntungan bagi pengrajin, dengan kata lain usaha yang terbentuk ini dapat menambah penghasilan keluarga. Namun, dalam kenyataannya masih ada masyarakat sekitar Labuhanbatu Selatan yang enggan bergabung dalam Kelompok Berkah Lidi.Dikarenakan pekerjaan lain lebih menjanjikan, hal tersebut disebabkan masyarakat perkebunan Labusel lebih memilih bekerja di perusahaan setengah hari dengan gaji Rp. 60.000 per hari sehingga saat mereka gajian mendapat penghasilan sebesar Rp. 3.000.000 per bulan, daripada mencari lidi kelapa sawit untuk dijual dan membuat kerajinan lidi kelapa sawit yang sulit dan rumit serta belum pasti pendapatannya.

Selain itu dari sejumlah orang yang pernah ikut belajar membuat kerajinan lidi kelapa sawit, ada bebarapa yang tidak mau ikut Kelompok Berkah Lidi. Sebagaimana diketahui Mbak Mitra dan Bang Heriyanto pasangan suami istri yang pernah ikut belajar tetapi tidak mau ikut Kelompok Berkah Lidi karena menurut mereka cukup sulit untuk membuat kerajinan tangan tersebut. Selain itu Bang Poniman tidak mau ikut Kelompok Berakah Lidi karena pemasarannya yang belum berkembang dan proses pembuatannya yang lumayan lama. Sedangkan Menurut Bu Erna bahwa beliau pernah belajar membuat kerajinan ini tetapi tidak aktif atau tidak ikut Kelompok Berkah Lidi karena beliau tidak mempunyai jiwa seni dan beliau mengatakan hanya ikut-ikutan karena diajak oleh temannya27

27

Ibid Hal 52-53


(66)

4.2.Strategi Kreatifitas

Menurut Pak Dirman kreatifitas itu merupakan kemampuan seseorang dalam membuat suatu karya baru atau dengan kata lain, kreatifitas adalah kemampuan seseorang dalam membuat suatu karya yang berbeda dari yang pernah ada sebelumnya sehingga menjadi terlihat lebih baru. Dalam hal ini beliau membuat berbagai macam bentuk kerajinan lidi kelapa sawit dengan ide yang beliau miliki agar lebih lebih menarik konsumen. Berbagai bentuk kerajinan tangan yang beliau buat seperti lampion, parsel buah, tempat sendok, piring dan lainnya. Kreatifitas yang Pak Dirman miliki lebih dari sekedar hobi atau kesenangan pribadi saja. Beliau menjadikannya sebuah strategi dalam mengembangkan usaha kerajinan lidi kelapa sawit.

Pak Dirman juga berusaha menciptakan inovasi-inovasi baru. Selain dapat mengasah kreatifitasnya, hal tersebut juga dilakukan agar para pelanggannya tidak jenuh dengan produk-produk yang dihasilkan. Oleh karena itu, dalam beberapa bulan mereka berusaha untuk memunculkan design-design baru, tampilan baru, bentuk baru, dan lain sebagainya. Misalnya saja piring, tempat aqua, lampion, tempat buah serta parsel buah ada beberapa ukuran, ada yang sedang dan besar. Jadi walaupun bentuknya sama, tetapi tampilan yang disediakan sudah berbeda dan semakin beragam. Sehingga semakin banyak pilihan yang bisa ditawarkan kepada pembeli. Adapun strategi kreatifitas tersebut adalah sebagai berikut : 4.2.1. Strategi Pemanfaatan Sampah Lidi Kelapa Sawit

Bagi sebagian orang tujuan akhir dari sebuah barang bekas adalah tempat sampah. Namun bagi orang yang memiliki jiwa seni dari ide kreatif seperti Pak


(67)

Dirman, sampah dapat diubah menjadi barang baru yang memiliki nilai jual. Sampah yang digunakan untuk membuat produk-produk Bekah Lidi adalah sampah yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar Kotapinang, Labuhanbatu Selatan. Sampah tersebut adalah lidi kelapa sawit. Dengan mendaur ulang sampah tersebut menjadi produk kerajinan tangan merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh Pak Dirman untuk menghemat biaya produksi. Menurut beliau jika lidi kelapa sawit yang melimpah di Kotapinang secara cuma-cuma dimanfaatkan dengan baik, maka akan dapat bernilai ekonomis.

Bagi Pak Dirman membuat kerajinan tangan tradisional itu dibutuhkan bakat seni, keterampilan (skill), keuletan, kemauan, dan kesabaran. Beliau merasa dirinya cukup berbakat dalam membuat kerajinan tangan tradisional tersebut, karena itu beliau senang akan hal-hal unik yang membuat beliau tertarik untuk mempelajarinya. Menurut beliau kegiatan karajinan tangan tradisional itu lebih mudah dan tidak memakan waktu yang lama, seperti membuat satu piring hanya membutuhkan waktu 30 menit saja. Semakin besar produk yang dibuat maka lebih lama proses pembuatannya.

Inovasi dan kreatifitas yang dimiliki oleh perajin Berkah Lidi dapat merubah sampah menjadi barang baru. Produk Berkah Lidi dari sampah memiliki kualitas yang tidak kalah bagus dengan barang baru buatan mesin. Sebagian orang bahkan lebih menyukai kerajinan tangan tradisional Berkah Lidi dari barang sampah, seperti kelapa sawit karena dianggap memberi kesan etnik dan natural sehingga lebih unik.


(68)

4.2.2. Nilai Seni

Pada umumnya orang akan tertarik menggunakan sesuatu yang dianggap memiliki nilai seni. Bahkan tidak jarang ada orang yang mau mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan sesuatu yang dianggap memiliki nilai seni yang tinggi. Mendaur ulang sampah yang oleh banyak orang dianggap tidak berguna lagi, menjadi sesuatu yang berbeda bukan hanya sekedar mengubah bentuk fisiknya saja, tetapi mengubah nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu nilai seni yang terdapat pada limbah yang telah didaur ulang tersebut. Sentuhan nilai seni yang diberikan tentu berdasarkan kreatifitas yang dimiliki dalam menciptakan suatu inovasi terhadap barang limbah yang hendak didaur ulang.

Handycraft yang bernilai seni juga bisa terdapat pada bahan apa saja jika diubah dengan sebuah inovasi dan kreatifitas. Sentuhan-sentuhan design yang diberikan pada setiap handycraft yang dibuat oleh Pak Dirman dan para anggota/perajin menciptakan kesan unik, terutama efek yang diberikan sebagai barang interior rumah, yang menarik perhatian para pembeli, bahkan menjadi pesanan-pesanan khusus oleh pelanggannya.

Nilai seni yang terdapat pada sebuah handycraft tidak hanya sekedar sebuah karya yang menarik dan indah saja, tetapi juga menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan sebagai peluang dalam menghasilkan nilai ekonomi. Artinya, jika barang tersebut memiliki nilai ekonomi, tentu memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan suatu keuntungaan, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber mata pencaharian tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.


(69)

4.3. Strategi Pemasaran

Promosi kepada masyarakat sangatlah penting untuk keberlangsungan hidup suatu usaha serta memperbanyak konsumen. Tanpa promosi, tidak akan ada orang yang mengetahui keberadaan suatu bidang usaha dan produk yang dihasilkan. Promosi yang dilakukan dari mulut ke mulut merupakan langkah promosi paling dasar untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan. Tidak bisa dipungkiri sesuatu yang menyebar dari mulut ke mulut bisa menyebar luas dengan cukup cepat. Kegiatan ini tentu mengharuskan seorang perajin menjalin hubungan dan interaksi terhadap orang lain, terutama terhadap masyarakat sekitar tempat dia tinggal yang merupakan orang-orang terdekat dan yang paling pertama mengetahui situasi keberadaan usahanya. Namun untuk lebih mengembangkan usahanya, Pak Dirman tidak hanya sekedar menyebar luaskan usahanya dari mulut ke mulut. Ada beberapa strategi pemasaran yang dilakukan oleh Pak Dirman untuk memasarkan hasil-hasil kerajinan tangannya sebagai berikut : 4.3.1. Melalui Media Cetak

Seperti yang kita ketahui, sekarang ini aplikasi internet, media atau jejaring sosial sangat akrab dengan kehidupan masyarakat. Media ini digunakan orang untuk berbagai macam kegiatan termasuk berdagang. Sehingga sekarang ini kita mengenal istilah Shop Online. Teknologi ini tidak disia-siakan oleh Pak Dirman. Beliau juga memanfaatkan beberapa media sosial untuk mempromosikan produk-produknya, seperti Katalog. Walaupun tidak terlalu gencar, tetapi media ini dapat menjadi salah satu layanan bagi masyarakat yang ingin mengetahui lebih tentang usaha sadaya yang dikembangkan oleh Pak Dirman.


(70)

4.3.2. Wadah dari PTPP LONSUM Sei Rumbia

Strategi pemasaran lainnya yang dilakukan oleh Pak Dirman adalah dengan meletakkan produk-produk kerajinan tangan tradidional ini di PTPP LONSUM Sei Rumbia Kotapinang Labuhanbatu Selatan. Tempat beliau bekerja sampai saat ini. Produ-produk Berkah Lidi tersebut dipajang disalah satu bagian kantor. Setiap ada tamu dari ldalam maupun luar negri yang merasa tertarik untuk membelinya, mereka langsung menghubungi Pak Dirman seperti tamu dari Jepang, Malaysia, dan lainnya. Mereka membelinya dengan jumlah yang lumayan banyak sampai berlusin-lusin. Relasi perusahaan yang begitu luas sangat mudah mnarik peminat masyarakat luas. Pihak perusahaan tidak menerima uang dari Berkah Lidi, namun pihak perusahaan hanya ingin apabila suatu saat Berkah Lidi ini maju ingat ada nama PTPP LONSUM Sei Rumbia di belakangnnya. Pak Dirman sangat senang, terharu dan bangga akan perusahaan tersebut.

4.3.3. Mengikuti Pameran

Dinas Prindustrian selalu mengadakan event-event yang sekaligus memberikan ruang dan waktu bagi pelaku- pelaku UMKM untuk mempertunjukkan hasil-hasil karya mereka yang disebut sebagai suatu pameran. Terdaftarnya usaha swadaya Berkah Lidi ini di Dinas Prindustrian, dan UMKM membuat Pak Dirman selalu menerima informasi untuk setiap pameran yang akan diadakan.

Pameran ini merupakan salah satu strategi pemasaran yang dilakukan Pak Dirman untuk memasarkan produknya secara besar-besaran. Saat mempromosikan produknya beliau tidak lupa memberikan kartu nama yang


(71)

bertujuan untuk meninggalkan sedikit informasi bagi pembeli atau pelanggan, agar jika suatu waktu mereka ingin memesan bisa dengan mudah menghubungi Pak Dirman.

Melalui ajang pameran ini juga tidak jarang banyak orang, organisasi ataupun instansi lain yang melirik usaha-usaha sektor ekonomi kreatif yang ditampilkan, termasuk usaha swadaya kerajinan tangan tradisional Berkah Lidi. Sehingga pada saat pihak-pihak swasta juga mengadakan kegiatan yang menyertakan pameran produk-produk ekonomi kreatif, Pak Dirman juga turut mendapat tawaran untuk mengikuti pameran bahkan pelatihan tersebut.

4.4. Strategi Pelayanan Kepada Pelanggan

Sebuah usaha tanpa adanya pembeli, akan sia-sia saja, dan Pak Dirman tentu menyadari hal tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat menarik perhatian para pembeli serta mempertahankan pelanggan yang ada dibutuhkan suatu strategi. Melayani pelanggan dengan sebaik-baiknya dan menciptakan suasana nyaman bagi pelanggan merupakan salah satu strategi yang perlu untuk dilakukan. Karena orang akan tertarik untuk kembali berbelanja di suatu tempat bahkan menjadi pelanggan tetap di tempat tersebut jika dia merasa nyaman berbelanja di tempat tersebut. Jika yang dimunculkan adalah kesan yang kurang baik, akan melekat dalam ingatan pelanggan yang bisa membuat mereka jera untuk datang kembali. Hal itu merupakan kerugian tersendiri bagi pedagang. Oleh karena itu, pedagang sebaiknya memberikan keleluasaan bagi pembeli untuk menikmati barang-barang yang ada, tetapi tetap memperhatikan mereka tanpa harus bersikap berlebihan.


(72)

Kemudian ketika pelanggan membutuhkan bantuan, pedagang siap untuk melayani.

4.4.1. Pesan Antar

Dalam melayani pelanggan-pelanggannya, Pak Dirman berusaha memberikan pelayanan maksimal yang mampu beliau lakukan. Salah satu cara yang dilakukan untuk memanjakan pelanggannya adalah beliau memberikan layanan pesan antar (delivery).

Sistem ini berlaku untuk barang-barang tertentu dan jumlah tertentu. Misalnya untuk produk-produk dalam jumlah yang sedikit seperti beberapa produk atau satu sampai dua lusin saja. Untuk pesanan-pesanan demikian Pak Dirman dapat mengantarkan pesanan tersebut ke tempat tujuan dan tentunya beliau sudah memperkirakan biaya transportasi ke tempat tujuan tersebut sehingga mampu membuat pelayanan demikian.

4.4.2. Permintaan

Salah satu sifat dari sebuah kerajinan tangan tradisional adalah kefleksibelannya. Artinya bentuk dan designnya tidak terpatok harus seperti itu-itu saja. Bagaimana hasilnya bisa disesuaikan dengan kreasi yang diinginkan. Hal inilah yang menjadi salah satu pelayanan yang diberikan Berkah Lidi bagi pelanggan-pelanggannya. Mereka bisa memesan barang dan merequest bagaimana bentuk dan hal-hal lainnya sesuai dengan yang mereka inginkan.

Permintaan-permintaan pelanggan inilah yang menjadi salah satu bukti bahwa produk-produk yang dihasilkan oleh Pak Dirman tidaklah pasaran dan


(73)

orang, dan setiap orang tentu memiliki keinginan yang berbeda. Sehingga membuat setiap pesanan itu menjadi berbeda.

Dari permintaan-permintaan pelanggan tersebut juga Pak Dirman dan para anggota/perajin lainnya banyak belajar untuk membuat hal-hal yang baru. Permintaan-permintaan tersebut menjadi salah satu sumber inspirasi bagi mereka dalam berkreasi.

4.4.3. Bonus

Pada umumnya orang akan senang membeli barang yang berkualitas dengan harga yang murah. Bahkan tidak jarang orang berusaha untuk memperoleh potongan harga. Kita juga sering melihat sebuah toko yang ramai pengunjung ketika ada program diskon yang sedang berlangsung. Hal tersebut juga dilakukan oleh Pak Dirman terhadap pelanggannya. Untuk hitungan tertentu, setelah kedua pihak sepakat, yang biasanya disebut proses tawar menawar, Pak Dirman mau memberikan potongan harga atau bonus kepada pembeli. Untuk barang-barang yang besar, baik dari segi ukuran maupun harga, biasanya Pak Dirman melayani tawar menawar dari pelanggan. Dari proses tersebutlah tidak jarang Pak Dirman mengurangi harga dari

handycraft yang hendak dibeli tersebut. Di lain kondisi, Pak Dirman juga mau

memberikan bonus untuk pelanggannya. Misalnya seseorang sudah membeli banyak barang-barang kerajinan tangan Pak Dirman. Tanpa harus diminta pun beliau bisa memberikan bonus berupa produk kerajinan tangan tradisional yang sepantasnya kepada pembeli tersebut secara gratis.

Dengan demikian, menurut pengakuan Pak Dirman bahwa dalam strategi usaha swadaya Kelompok Berkah Lidi meliputi strategi ekonomi, strategi kreatifitas, strategi pemasaran dan strategi pelayanan kepada pelanggan.


(74)

Sebagaimana diketahui strategi ekonomi meliputi strategi pemanfaatan barang bekas. Dalam strategi pemanfaatan barang bekas bahwaBarang bekas yang digunakan untuk membuat produk-produk Bekah Lidi adalah barang bekas yang banyak ditemukan di lingkungan sekitar Kotapinang, Labuhanbatu Selatan. Barang bekas tersebut adalah lidi kelapa sawit. Pemanfaatan barang bekas tersebut merupakan salah satu strategi yang digunakan oleh Pak Dirman untuk menghemat biaya produksi. Menurut beliau jika lidi kelapa sawit yang melimpah di Kotapinang dimanfaatkan dengan baik secara cuma-cuma, maka akan dapat bernilai ekonomis. Selain itu dapat mengurangi penganguran dengan menjadi mata pencaharian tambahan bagi masyarakat setempat. Selain itu juga meliputi nilai seni, nilai ekonomi dan nilai keuntungan.

Dalam strategi kreatifitas terdapat strategi produksi. Strategi produksi bahwa solusi memanfaatkan barang bekas yang menjadi salah satu strategi produksi beliau untuk menghemat biaya dan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) yang melimpah di Kotapinang, Labuhanbatu Selatan. Lidi kelapa sawit yang sudah bersih dibeli seharga Rp. 2.000 per kilonya, dapat diubah menjadi kerajinan tangan yang menarik dan memiliki niali jual yang lebih tinggi dibandingkan harga bahan bakunya. Salah satu contoh adalah lampion duduk SBF lidi kelapa sawit dikombinasikan dengan lampu dan wayar yang dijual seharga Rp. 45.000. Dalam strategi pemasaran, malalui media cetak, melalui wadah dari PT PP LONSUM Sei Rumbia dan mengikuti pameran. Dalam strategi pelayanan kepada pelanggan meliputi pesan antar, permintaan (request) dan bonus.


(75)

Hal yang sama diungkapkan oleh Borden (2000) menyebut cara-cara memasarkan atau mempromosikan produk sebagaipromotion mix,yang terdiri dari 6 jenis. Namun dalam konteks usaha kecil, biasanya hanya digunakan empat jenis:

personal selling (melibatkan diri sendiri dalam penjualan), selas promotion

(pemasaran dengan memberikan hadiah atau potongan secara langsung berdasarkan omzet penjualan), trade fairs and exibition (pameran), dan

advertising (menggunakan media seperti koran, majalah, brosur, poster, spanduk dan plang). Daya beli masyarakat juga merupakan kondisi sosial ekonomi yang menjadi salah satu faktor eksternal bagi tumbuhnya prilaku wirausaha. Ada kecenderungan, semakin tinggi daya beli masyarakat, semakin tinggi prilaku wirausaha dan sebaliknya. Pada masyarakat yang daya belinya tinggi, prilaku wirausahanya pun lebih berkualitas, terutama dalam dimensi manajemen wirausaha.


(76)

BAB V PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Desa Perkebunan Sei Rumbia mempunyai bahan baku yang sangat memadai sebagai sumber inspirasi ide kreatif. Dengan alam beriklim subtropis yang bersahabat, tanah yang luas serta alam yang indah sejak dahulu dikenal dengan icon kelapa sawit. Peluang emas ini dimanfaatkan oleh Pak Dirman dkk sebagai usaha kecil menengah yang berbasis ekonomi kreatif. Sebagaimana diketahui bahwa lidi kelapa sawit biasanya hanya menjadi sampah atau bagian tidak berguna dari pohon kelapa sawit yang tumbuh subur di hampir seluruh daerah Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Namun, ditangan Pak Dirman lidi kelapa sawit disulap menjadi barang yang bernilai ekonomis dan diminati banyak orang. Kelompok ini dalam menjalankan usahanya menggunakan baerbagai strategi dalam pemanasaran produknya. Strategi pemasarannya seperti melalui media cetak, mengikuti pameran, pesan antar, permintaan memberikan bonus dan lainnya.

Sebagai suatu kelompok usaha, kegiatan ini dapat menjadi mata pencaharian tambahan bagi masyarakat setempat, khususnya para pengrajin Kelompok Berkah Lidi. Mata pencaharian merupakan suatu aktivitas usaha yang dilakukan oleh kebanyakkan orang untuk memenuhi hidupnya. Kebutuhan yang semakin meningkat, membuat para pengrajin kelompok ini mencari pekerjaan tambahan.


(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN ... i

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... ii

ABSTRAK ... .iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... .iv

RIWAYAT HIDUP ... .viii

KATA PENGANTAR ... ..x

DAFTAR ISI ... .xiii

DAFTAR FOTO ... .xvi

BAB 1. PENDAHULUAN ... ....1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 4

1.3. RumusanMasalah ... 18

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 19

1.5. Teknik Pengumpulan Data ... 19

1.6. Analisis Data ... 22

1.7. Pengalaman Penelitian : Suatu Refleksi ... 23

BAB II. PTPP. LONSUM SEI RUMBIA: PERTUMBUHAN UKM BARU ... 30

2.1. Keberadaan PTPP. LONSUM Sei Rumbia ... 30

2.2. Berkah Lidi dalam Berita ... 33

2.3. Pendiri Kelompok Berkah Lidi ... 37

2.3.1. Sejarah Berdirinya Kelompok Berkah Lidi ... 39

2.3.2. Perkembangan Kelompok Berkah Lidi ... 44

2.4. Pemberian Dana Sebagai Bentuk Dukungan dari Pemerintah ... 56

2.4.1. Tanggapan Disperindag Provinsi ... 71

2.4.2. Tanggapan Disperindag Labusel ... 79

2.4.3. Tanggapan Peserta/anggota Pelatihan ... 81


(2)

2.6. Ketidakpastian Ekonomi Sebagai Salah Satu Alasan Untuk

Ikut Kelompok Berkah Lidi...89

BAB III. BERKAH LIDI SEBAGAI BENTUK EKONOMI KREATIF ... 91

3.1. Pencari Bahan Baku : Lidi Kelapa sawit ... 91

3.1.1. Bu Gina Sinaga ... 91

3.1.2. Pak Kasirin ... ..97

3.1.3. Bu Irma Wati ... 103

3.1.4. Bu Marini ... 106

3.2. Peralatan Pembuatan Anyaman ... 109

3.2.1. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 113

3.3. Produk anyaman yang Dihasilkan ... 126

3.4. Sumber Daya Manusia (Pekerja) ... 140

3.4.1. Hubungan antara Pendiri dengan Anggota (pengrajin) ... 141

3.4.2. Hubungan antar Anggota (pengrajin) ... 143

3.4.3. Hubungan dengan Lingkungan Tempat Tinggal ... 144

BAB IV. STRATEGI USAHA KELOMPOK BERKAH LIDI ... 147

4.1. Strategi Ekonomi ... 148

4.1.1. Strategi Produksi ... 148

4.1.2. Harapan yang Tidak Menjanjikan Bagi Masyarakat ... 150

4.2. Strategi Kreatifitas ... 151

4.2.1. Strategi Pemanfaatan Sampah Lidi Kelapa sawit ... 151

4.2.2. Nilai Seni ... 152

4.3. Strategi Pemasaran ... 154

4.3.1. Melalui Media Cetak ... 154

4.3.2. Melalui Wadah dari PTPP LONSUM Sei Rumbia ... 155

4.3.3. Mengikuti Pameran ... 155

4.4. Strategi Pelayanan Kepada Pelanggan ... 156

4.4.1. Pesan Antar ... 157

4.4.2. Permintaan ... 157

4.4.3. Bonus ... 158


(3)

5.1. Kesimpulan ... 161 5.2. Saran ... 166

DAFTAR PUSTAKA ... 167 LAMPIRAN


(4)

DAFTAR FOTO

Halaman

Foto 1. Rumah Pintar: Tempat Pelaksaan Pelatihan ... 28

Foto 2. Foto Pak Sudirman... 38

Foto 3. Kegiatan Pelatihan Kelompok Berkah Lidi ... 57

Foto 4. Fasilitas Rumpin di PTPP. LONSUM Sei Rumbia ... 58

Foto 5. Pak Dirman Mengajari Peserta Membuat Anyaman Lidi ... 60

Foto 6. Foto Bersama Disperindag Provinsi dan Labusel ... 61

Foto 7. Suasana Saat membuat Anyaman Lidi ... 62

Foto 8. Kertas Penilaian Peserta Pelatihan ... 65

Foto 9. Foto Kantor Kepala Desa Perk. Sei Rumbia... 88

Foto 10. Bu Gina Sedang Membersihkan Lidi Kelapa Sawit ... 93

Foto 11. Pak Kasirin ... ..98

Foto 12. Bu Irma Wati Sedang Membersihkan Lidi Kelapa sawit ... 105

Foto 13. Bu Marini Sedang Membersihkan Lidi Kelapa Sawit ... 107

Foto 14 Foto Benang ... 110

Foto 15. Foto Gunting ... 110

Foto 16. Foto Obeng ... 111

Foto 17. Foto Meteran ... 111

Foto 18. Foto Kuas ... 112

Foto 19. Foto Cat ... 112

Foto 20. Foto Bahan Baku (Lidi Kelapa Sawit) ... 113

Foto 21. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 114

Foto 22. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 114

Foto 23. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 115

Foto 24. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 115

Foto 25. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 116

Foto 26. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 116

Foto 27. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 116

Foto 28. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 116

Foto 29. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 116

Foto 30. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 116

Foto 31. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 117

Foto 32. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 117

Foto 33. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 118

Foto 34. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 118

Foto 35. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 118

Foto 36. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 118

Foto 37. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 118

Foto 38. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 118

Foto 39. Tahapan Pembuatan Anyaman ... 118

Foto 40. Tahapan Pembuatan Anyama ... 119

Foto 41. Tahapan Pembuatan Anyama ... 119

Foto 42. Cara Menganyam ... 119


(5)

Foto 44. Cara Menganyam ... 120

Foto 45. Cara Menganyam ... 120

Foto 46. Cara Menganyam ... 120

Foto 47. Cara Menganyam ... 121

Foto 48. Cara Menganyam ... 121

Foto 49. Cara Menganyam ... 121

Foto 50. Cara Menganyam ... 122

Foto 51. Cara Menganyam ... 122

Foto 52. Cara Menganyam ... 122

Foto 53. Cara Menganyam ... 123

Foto 54. Cara Menganyam ... 123

Foto 55. Cara Menganyam ... 123

Foto 56. Cara Menganyam ... 123

Foto 57. Cara Menganyam ... 124

Foto 58. Cara Menganyam ... 124

Foto 59. Cara Menganyam ... 124

Foto 60. Cara Menganyam ... 124

Foto 61. Cara Menganyam ... 124

Foto 62. Cara Menganyam ... 125

Foto 63. Cara Menganyam ... 125

Foto 64. Cara Menganyam ... 125

Foto 65. Cara Menganyam ... 125

Foto 66. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 126

Foto 67. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 127

Foto 68. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 127

Foto 69. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 128

Foto 70. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 128

Foto 71. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 129

Foto 72. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 129

Foto 73. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 130

Foto 74. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 130

Foto 75. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 131

Foto 76. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 132

Foto 77. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 132

Foto 78. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 132

Foto 79. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 133

Foto 80. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 133

Foto 81. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 133

Foto 82. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 134

Foto 83. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 134

Foto 84. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 135

Foto 85. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 135

Foto 86. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 135

Foto 87. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 136

Foto 88. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 137


(6)

Foto 90. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 138 Foto 91. Produk Anyaman yang Dihasilkan ... 139


Dokumen yang terkait

Kehidupan Petani Salak di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan (1970 – 200)

10 134 104

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

9 110 114

Etek Dalam Kebudayaan Mandailing Di Desa Marisi, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan

2 93 108

Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir untuk Tanaman Anggur, Stroberi, Apel dan Jambu Biji

5 89 45

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 0 19

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 0 1

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 1 29

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 2 61

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 0 3

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 0 2