“Sistem bekerja kami adalah home industry, semua proses produksi dikerjakan di rumah masing-masing
anggota atau pengrajin. Kami belum membentuk suatu wadah atau tempat produksi dikarenakan
modal yang belum memadai dan mengingat terlalu banyak waktu yang terbuang kalau dikerjakan pada
tempat tertentu, takutnya akan menggangu pekerjaan utama pengrajin karena bolak-balik pulang ke
tempat kerja. Lagi pula proses pembuatan kerajinan tangan ini dilakukan pada waktu senggang santai
bersama keluarga, namun masih dipertimbangkan lagi untuk ke depannya”.
Memasuki tahun 2016, Kelompok Berkah Lidi sudah banyak mengalami perkembangan, seperti pengrajinnya semakin bertambah, sering mengadakan
pelatihan, mengikuti beberapa pameran sampai dukungan dari pemerintah setempat. Setiap pengrajin yang sudah dibekali ilmu diharapkan bisa membagi
ilmunya dengan orang lain agar semakin banyak peminatnya dan semakin berkembang. Mengenai pelatihan, Pak Dirman sering diundang ke luar kota untuk
melatih masyarakat tersebut untuk membuat kerajinan tangan lidi kelapa sawit seperti di Bandung, Aceh, Batam dan lainnya. Setelah produk kerajinan ini mulai
berkembang di masyarakat, pemerintah pun mulai melirik Kelompok Berkah Lidi. Respon pemerintah setempat sangat mendukung kegiatan ini, karena kegiatan ini
sangat positif. Dengan kreativitas atau ide yang dimiliki daun kelapa sawit yang selama ini hanya sebagai sampah dapat disulap menjadi produk-produk kerajinan
tangan yang bernilai ekonomis. Selain itu, kegiatan ini juga dapat mengurangi pengangguran dan sebagai mata pencaharian tambahan bagi masyarakat.
3.4.1. Hubungan Antara Pendiri Dengan Anggota Pengrajin
Hubungan di antara pemilik dan para anggota atau pengrajin Kelompok berkah Lidi terjalin cukup baik. Sebagai pendiri Pak Dirman tidak berlaku
Universitas Sumatera Utara
semena-mena terhadap anggotanya, kepada usianya yang lebih tua pun Pak Dirman tetap menunjukkan rasa hormatnya sekalipun mereka adalah bekerja di
kelompok tersebut. Sekalipun beliau adalah pendiri usaha tersebut dan yang membekali
mereka ilmu, beliau tidak pernah bertindak otoriter atau menganggarkan kekuasaan. Beliau selalu berusaha memberikan perintah sesopan mungkin agar
tidak menyinggung perasaan para anggota tetapi tetap dengan sikap yang tegas sehingga beliau pun tidak dianggap remeh oleh anggota-anggotanya. Pak Dirman
selalu memberikan bimbingan kepada setiap anggotanya baik yang muda atau yang tua, yang sudah lama maupun yang masih baru, agar setiap produk yang
dibuat dapat dikerjakan dengan sebaik-baiknya sehingga meminimalkan resiko adanya produk yang rusak yang tentunya merupakan suatu kerugian dalam bidang
produksi. Pak Dirman juga selalu mengajak dan ikut mengobrol dengan para
anggotanya saat sedang mendiskusikan produk-produk baru yang mereka akan buat di rumahnya, agar suasana tidak terlalu tegang dan membosankan.
Pembicaraanpun tidak hanya seputar pekerjaan, tetapi bisa membahas berbagai hal termasuk lelucon-lelucon yang membuat suasana ramai dengan canda tawa.
Istri Pak Dirman, juga turut bersikap baik terhadap anggota-anggotanya. Terkadang istrinya menghidangkan makanan-makanan untuk anggota-anggotanya
di sana saat bekerja untuk cemilan atau makanan ringan bagi mereka. Baik Pak Dirman maupun istrinya, menurut anggota di sana bukanlah orang-orang yang
fanatik. Sekalipun mereka muslim, mereka tidak pernah membeda-bedakan sikap
Universitas Sumatera Utara
terhahap orang yang beragama lain, mereka bersikap baik dengan masyarakat setempat.
3.4.2. Hubungan Antar Anggota Pengrajin
Sesama anggota atau pengrajin pun semuanya berhubungan baik. Walaupun rumah mereka ada yang dekat dan ada juga yang jauh, tetapi mereka
saling bekomunikasi dengan baik apabila ada pemesanan produk-produk kerajinan dan pertemuan atau diskusi kelompok, hal tersebut menambah kedekatan di antara
mereka. Mereka juga sering saling mengingatkan dan memberitahu jika ada berita-berita atau kegiatan yang berlangsung di lingkungan mereka. Misalnya saja
ada pameran, sesama mereka saling bahu-membahu memberikan yang terbaik untuk kemajuan Kelompok Berkah Lidi ini.
Dalam membuat produk-produk kerajinan tidak ada yang namanya orang baru atau orang lama. Apa yang mereka tahu dan tidak tahu, semuanya saling mengajari
dan memberi tahu. Tidak ada sikap yang menunjukkan karena dia orang yang sudah lebih lama bekerja di situ, sehingga dia lebih tahu semuanya dan harus lebih
dihormati. Sehingga di antara sesama pekerja pun ada rasa nyaman saat bekerja.
Sekalipun ada masalah mereka selalu menyelesaikannya dengan kelapa dingin, seperti mereka kena tipu dengan tengkulak yang di Medan, mereka telah
mengirim produk-produk kerajinannya namun uangnya tidak ditranfer. Kerugiann yang mereka mencapai Rp 3.000.000, namun mereka tidak tetalu
mempermaslahkan ini bahkan mereka menganggap hal ini sudah menjadi resiko dalam usaha dan menjadi hal yang biasa. Dalam pemasaran, mereka menganut
sistem saling percaya, tidak ada sistem panjar melainkan langsung kiring produk- produknya lalu di tranfer uangnya oleh tengkulak namun kepercayaan mereka ada
Universitas Sumatera Utara
yang memanfaatkannya. Hal ini tidak membuat mereka jera, sampai saat ini mereka masih menganut saling percaya dalam pemasaran. Dengan permasalah
yang ada membuat mereka semakin dekat, kedekatan di antara anggota pun tidak hanya pada saat bekerja saja, tetapi di luar pun tetap berhubungan dengan baik
sebagai tetangga masing-masing. Mereka juga sering berbagi informasi tentang
apa saja. 3.4.3. Hubungan Dengan Lingkungan Tempat Tinggal
Selama menjalankan Kelompok Berkah Lidi, Pak Dirman cukup nyaman dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya, masyarakat tempat tinggalnya tidak
pernah menunjukkan respon yang kurang baik terhadap pekerjaannya. Kalaupun ada yang kurang tertarik dengan jenis pekerjaan yang dilakoni beliau, mereka
hanya diam saja. Tidak pernah membuat berita-berita yang kurang baik atau menimbulkan pertikaian. Tetapi kebanyakan orang-orang di sekitarnya bersikap
cukup baik. Terkadang setiap ada melewati rumah Pak Dirman yang berada di bagian belakang rumah, tetangganya menyempatkan untuk melihat cara
pembuatan kerajinan tangannya dan menyapa sesaat. Walaupun hanya sekedar sapaan biasa seperti “sibuk ya, Dir?”, “banyak borongan ya”, atau “lagi buat
apa ini, Dir?”. Pak Dirman juga merasakan kalau tetangga-tetangganya secara tidak
langsung memberi respon yang baik atas kerja kerasnya. Selain itu, walaupun tidak sering tetapi mereka juga pernah memesan dan membeli produk-produk
yang dihasilkan oleh Pak Dirman. Belum lagi promosi-promosi mereka dengan orang lain yang diluar lingkungan mereka. Hal-hal itu merupakan bentuk
Universitas Sumatera Utara
tanggapan positif yang dirasakan oeh Pak Dirman. Bagitu juga hubungan anggotanya dengan lingkungan tempat tinngal mereka. Masyarakat memberi
respon yang baik, karena kegiatan kelompok ini selain suatu hal yang positif dapat juga menghasilkan uang untuk membantu perekonomian kelauarga.
Dengan demikian, menurut pengakuan Pak Dirman bahwa beliau selaku pendiri Kelompok Berkah Lidi bekerja keras untuk memperkenalkan produk
anyaman lidi kelapa sawit kepada masyarakat Labuhanbatu selatan. Dengan ketekunan beliau, membuat anyaman ini dari tahun ke tahun mengalami
perkembangan. Dari awal, Pak Dirman membuat, memperkenalkan sampai menjual anyaman ini sendirian. Sampai akhirnya anyaman ini mulai
memasyarakat bahkan saat ini menjadi produk unggulan Labuhanbatu Selatan. Dikarenakan peminatnya sudah banyak, Pak Dirman akhirnya membentuk
Kelompok Berkah Lidi untuk memenuhi permintaan pasar. Terbentuknya kelompok ini merupakan salah satu impian beliau. Pak dirman memiliki anggota
aktik empat belas orang. Mereka pun mengerjakan anyaman lidi kelapa sawit di rumah masing-masing home industry. Mereka bekerja keras saling bahu-
membahu agar kelompok ini semakin maju. Hubungan yang dijalin oleh pak Dirman dengan pengrajinanggota cukup baik.
Sebagai pendiri Kelompok Berkah Lidi, Pak Dirman tidak berlaku semena-mena terhadap anggotanya. Kepada usianya yang lebih tua pun Pak
Dirman tetap menunjukkan rasa hormatnya, sekalipun mereka adalah bekerja di kelompok tersebut. Hubungan antar pengrajinanggota pun semua berhubungan
bauk. Walaupun rumah mereka ada yang dekat dan ada juga yang jauh, tetap
Universitas Sumatera Utara
mereka saling berkomunikasi dengan baik. Lebih lagi apabila ada pemesanan produk-produk kerajinan serta diskusi kelompok. Hal tersebut menambah
kedekatan di antara mereka. Hubungan yang terjalin oleh Pak Dirmana dengan lingkungan tempat tinggal juga sangat baik. Pak Dirman nyaman dengan
lingkungan tempat tinggalnya. Masyarakat tidak pernah menunjukkan respon yang kurang baik terhadap pekerjaannya. Kalaupun ada yang kurang tertarik
dengan jenis pekerjaan yang beliau lakoni, mereka hanya diam saja. Tidak pernah membuat berita-berita yang kurang baik atau menimbulkan pertikaian.
Hal yang sama dijelaskan oleh Van Zanden merupakan interaksi sosial yang berkelanjutan relatif cukup lama atau permanen yang akhirnya di anatara
mereka terikat satu sama lain dengan atau oleh seperangkat harapan yang relatif stabil Zanden, 1990. Berdasarkan hal ini, hubungan sosial bisa dipandang
sebagai sesuatu yang seolah-olah merupakan sebuah jalur atau saluran yang menghubungkan antara satu orang titik dengan orang-orang lain, dimana melalui
jalur atau saluran tersebut bisa dialirkan sesuatu, misalnya barang, jasa, atau informasi
24
24
Ibid Hal 14
.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV Strategi Usaha Kelompok Berkah Lidi
Saat penulis ikut berpartisipasi dalam acara pelatihan anyaman lidi kelapa sawit di Rumpin, penulis juga melakukan wawancara dengan Pak Dirman.
Suasana Rumpin semakin ramai, karena kedatangan perwakilan dari Disperindag Provinsi dan Disperindag Labusel. Wawancara kali ini, penulis bertanya tentang
strategi usaha swadaya Kelompok Berkah Lidi. Di sela-sela perbincangan dengan Pak Dirman, penulis melihat Pak Arif selaku kepala seksi KASI Disperindag
Provinsi mencoba membuat anyaman lidi kelapa sawit. Penulis melihat raut wajah Pak Arif yang begitu serius saat diajari oleh Bang Sandi selaku anggota
Kelompok Berkah Lidi. Sesekali Pak Arif tersenyum dan tertawa saat merasa kesulitan melanjutkan anyaman tersebut. Penulis melihat ada kekompakkan antara
Pak Arif dan Bang Sandi. Dimana mereka sama-sama saling sabar belajar dan mengajar dalam proses pembuatan anyaman ini.
Setelah selesai melakukan wawancara dengan Pak Dirman, penulis mendatangi Pak Arif yang sudah menyelesaikan anyaman berbentuk piring.
Sambil berbincang-bincang kecil, penulis bertanya tentang kesulitan dalam membuat anyaman ini. Menurut pengakuan Pak Arif bahwa membuat anyaman
lidi kelapa sawit susah-susah gampang. Susahnya adalah membuat membuat dasarpola dari anyaman tersebut. Memerlukan tenaga yang kuat saat menarik lidi
agar menyatu dan rapi. Mudahnya adalah ketika sudah membuat dasarnya, tinggal membentuknya menjadi produk yang diinginkan, seperti piring, tempat sendok,
Universitas Sumatera Utara