Pak Kasirin Pencari Bahan Baku : Lidi Kelapa Sawit 1. Bu Gina Sinaga

bertemu langsung dengan Pak Dirman. Namun temannya itu tidak lanjut belajar karena tidak memiliki jiwa seni. Bu Gina mengatakan: “Dari pertama belajar itu kan tiga hari, pulang sampek malam, kadang takut, kasihan juga belajar ke rumah Pak Dirman di Sei Rumbia. Kadang hujan, sendirian ke sana cuma ya gak apa-apalah mudah- mudahan ada hikmahnya. Kalau masyarakat di sini enak langsung di ajari sama Pak Dirman, deket rumah mereka. Saya berfikir enaklah orang itu sekarang belajarnya uda deket, gak kayak dulu suami ku belajar jauh-jauh ke Rumbia”. Masyarakat Desa Sisumut ini sendiri dari beberapa orang yang diajri oleh Pak Kasirin hanya satu orang tetangga beliau yang aktif, itu pun tidak setiap hari berproduksi, soalnya tetangganya menjaga kios di depan rumahnya dan mempunyai anak bayi. Untuk itu terkadang Pak Kasirin membawa lidi kelapa sawit kepada tetangganya tersebut dianyam oleh beliau. Setelah anyamannya selesai baru diantar ke rumah Pak Kasirin. Begitu sedikitnya minat masyarakat perkebunan Desa Sisumut ini terhadap anyaman lidi kelapa sawit ini sama seperti di tempat Pak Dirman di Sei Rumbia.

3.1.2. Pak Kasirin

Setelah selesai mewawancarai Bu Rini, penulis bersama ayah,Pak Kasirin, dan Bu Gina pulang kembali ke rumah mereka. Sampai di rumah Pak Kasirin berbeincang-bincang kecil. Bu Gina pun kembali menyuguhkan air minum dan makanan. Penulis meminum dan memakan yang disuguhkan oleh Bu Gina sambil istirahat sejenak, kami pun berbincang-bincang kecil mengenai pekerjaan Pak Kasirin. Selesai berbincang-bincang, penulis mengatakan bahwa ingin mewawancarai Pak Kasirin selaku ketua Kelompok Berkah Lidi, Pak Kasirin pun Universitas Sumatera Utara bersedia. Dalam wawancara ini, penulis dan Pak Kasirin sangat santai karena sambil bersenda gurau di tengah-tengah wawancara. Menurut penuturan Pak Kasirin, beliau menjadi ketua Kelompok Berkah Lidi karena ditunjuk oleh anggota pengrajin lainnya. Terkadang, kelompok ini melakukan pertemuan di tempat yang sudah ditentukan sebelumnya, di rumah anggota pengrajin untuk membahas perkembangan Kelompok Berkah Lidi ini dan memberi semangat anggota sekalian silaturahmi. Terkadang juga, Pak Kasirin datang ke tempat anggota yang telah dilatih untuk melihat perkembangannya. Beliau selalu menyempatkan diri saat hari mingggu berkunjung ke rumah pengrajin lainnya, agar kelompok ini tetap aktif. Pak Kasirin menuturkan bahwa selama beliau masuk dan aktif di Kelompok Berkah Lidi ini, bisa menambah penghasilan untuk ekonomi keluarga untuk jajan anak, keperluan sehari-hari juga sebagai matapencaharian tambahan beliau. Foto 11 Foto Pak Kasirin Sumber : Dokumentasi pribadi tahun 2016 Universitas Sumatera Utara Dalam satu kali pemesanan agen penghasilan Pak Kasirin paling sedikit sebesar Rp 220.000 per bulan, penghasilan ini menurut Pak Kasirin sangat membantu perekonomian keluarga. Dahulu pak Kasirin dan istri mencari bahan baku lidi kelapa sawit sendiri lalu langsung dibuat menjadi anyaman, namun karena pemesanan agen semakin banyak, membuat beliau jarang mencari lagi. Maka dari itu, beliau membeli kepada masyarakat sekitar rumahnya dengan harga 1 kg Rp 2.000. Panjang lidinya sekitar 80-90 cm, jika ada lidi yang panjangnya kurang dari 80-90 cm, maka biasanya dijadikan sapu lidi oleh Pak Kasirin agar tidak sia-sia. Dikarenakan untuk bagian pemasaran saat ini Pak Kasirin hanya menjual apabila ada pesanan agen, biasanya Pak Dirman menelepon dan meminta produk anyaman buatan Pak Kasirin dan anggota lainnya agar dikirim sesuai pesanan agen. Tidak ada masyarakat di sekitar rumahnya yang tertarik untuk membelinya, tapi kalau dikasih secara cuma-cuma mereka mau, hal ini yang membuat banyak pengrajin tidak aktif. Pak Kasirin menuturkan masalah-masalah yang dihadapi kelompok ini: “Kami berharap dari Pemda ada dana iba untuk modal dan pemasarannya, jadi anggota pengrajinnya setelah selesai membuat anyaman lidi kalau langsung cair kan enak, sekarang kan tidak begitu. Sebetulnya anggota kita ada 200 orang yang sudah dilatih tapi tidak ada yang aktif karena kita sebagai pelatih, kita sebagai pengurus, kita sendiri tidak berani menampung produk mereka karena kita pun bingung, kita mau jual kemana. Itu aja kendalanya, ya sudahlah, paling-paling misalnya nanti kalau ada pesanan kita pnaggil, kita telfon bikin dulu piring 20 bijik karena butuh, kalau gak pasti kita ya gak berani, ya kalau menumpuk semua di rumah gini modal kita abis tapi gak laku-laku”. Universitas Sumatera Utara Bantuan dari Pemda selama ini hanya produk-produk anyaman Berkah Lidi diikutsertakan dalam acara pameran pemerintah seperti Disperindag, Dispora dan lainnya. Terkadang, pengurus diikutsertakan untuk mengajarkan secara langsung cara membuat anyaman lidi kelapa sawit Demo dan apabila produknya laku dalam mengikuti pameran uangnya diberikan kepada pengurus Berkah Lidi. Terkadang juga, pihak Disperindag dan Dispora memberi uang terimaksih kepada kelompok ini, dan kalau ada pelatihan pengurus dipanggil untuk mengajarkan, hanya sebatas itu saja sampai saat ini, tidak ada dukungan lebih. Tetapi membantu dana langsung untuk produk Berkah Lidi sampai saat ini belum ada. Pak Kasirin menjelaskan bahwa mereka tidak ada masalah pribadi antar sesama anggota pengrajin baik kepada Pak Dirman dan pengurus, namun yang dihadapi mereka saat ini adalah permodalan dan pemasaran, menyangkut modal Pak Kasirin berklata: “Karena Pak Kasirin sebagai ketua kelompok jadi wajar para anggota pengrajin meminta bahan baku lidi kelapa sawit, saya kan lidi itu saya membeli, ya ujung-ujungnya kan saya juga membeli, ya itu tadi saya gak boleh terutang sama para pencari lidi karena mencari sekilo itu satu jam bekum tentu dapat belum lagi membersihkannya, gak mungkin kita utangkan walaupun Rp. 2.000 1 kg kan kasihan, jadi terakhirnya para anggota pengrajin lah yang berutang sama kita. Sementara mereka atau kita tidak bisa menjualnya, menumpuk lah di rumah sehingga para anggota pengrajin gak bisa membayar hutangnya, ya kalau uang pribadi terus untuk kedepannya kan gak mungkin gitu, ya ujung- ujungnya yang di rumah nanti yang sewot karena untuk beli beras, untuk jajan anak, kalau untuk ke situ terus ya rugi, sementara produk kita gak laku- laku”. Universitas Sumatera Utara Sebenarnya pemda ada menyediakan tempat secara gratis di depan SMP N 2 Blog Songo Labusel, tempatnya kecil tidak berpintu dan buka selama 24 jam seperti pasar bengkel, cuma bedanya tempat ini hanya beberapa saja. Kelompok ini menjual produk anyaman mereka dan menjual jajanan, minumamn serta rokok. Selama kelompok ini berjualan di tempat tersebut hasilnya tidak memadai, dalam satu bulan mereka hanya mendapat Rp. 50.000, itu pun yang laku bukan produk anyamannya yang membelinya adalah motor bus yang berhenti beli rokok dan minuman. Pak Kasirin menjelaskan bahwa pernaha kejadian anggota Kelompok Berkah Lidi yang berjaga pada malam hari keretanya diambil maling dan hampir dibunuh sama maling kereta tersebut, untuk saja anggota tersebut berteriak sehingga warga berdatangan, tapi motornya hilang. Semenjak kejadian itu kelompok ini berhenti berjualan, selain pendapatannya tidak memadai, produknya tidak terjual dan membahayakan anggota lainnya. Kelompok Berkah Lidi ini menerima tempat terebut karena menghargai dukungan dari pemerintah setempat. Menurut penuturan Pak Kasirin: “Sudah selama 4 tahun Kelompok Berkah Lidi ini berjalan, belum ada kemajuan yang pesat ibaratnya ya begitu-gitu saja, karena sebetulnya dalam bisnis ini kalau kita sebagai pekerja atau pengrajin kita mana bisa sebagai pedagang lagi, harus ada yang menjualnya. Kalau kita yang kerja, kita yang menjualnya ya mana jalan, kita kerja ni selema satu tahun buat anyaman lidi, terus kita keliling menjualnya gak dapat juga”. Untuk saat ini masalah yang dihadapi adalah modal dan pemasaran, harapan Pak Kasirin kedepannya agar pemerintah daerah mendukung lebih kelompok Berkah Universitas Sumatera Utara Lidi ini mulai dari modal sampai pemasaran agar pertumbuhan UKM baru seperti Kelompok Berkah Lidi ini bisa berkembang pesat. Pak Kasirin juga merasa sedih karena kadang kalau beliau buat anyamannya, terkadang ada yang salah, mungkin kalau orang yang lihat anyamannya bagus atau rapi, tapi kalau beliau yang lihat kadang kurang mantab, uda gitu beliau buang buang. Namun, tidak jarang diambil sama tetangga, padahal udah dibuang di lobang sampah itu diambil, kadang terlihat Bu Gina istri kalau wirid dipajangkan di rumah tetangga. Hal tersebut yang membuat Pak Kasirin merasa sedih, namun beliau tetap diem saja. Dengan demikian menurut penuturan Bu Gina dan Pak Kasirin bahwa pekerjaan ini juga sebagai pekerjaan sampingan atau tambahan untuk membantu ekonomi keluarga. Beliau yang awalnya hanya bekerja sebagai karyawan di perkebunan Sisumut, saat ini sudah membuka usaha kecil anyaman lidi kelapa sawit di rumah beliau. Mereka dalam menjalankan usaha kerajinan ini untuk memperoleh keuntungan. Lidi kelapa sawit sebagai sumber daya alam dimanfaatkan oleh beliau atas dasar dorongan kebutuhan ekonomi. tidak sulit untuk didapatkan, dikarenakan pihak perkebunan mengijinkan karyawan mengambil pelepah yang sudah dijatuhkan oleh pekerja. Hal yang sama diungkapkan oleh Menurut Cook 1973, pendekatan formal adalah: Pendekatan formal menempatkan antropologi ekonomi sebagai studi tentang hubungan-hubungan sosial tentang proses pemanfaatan sumber daya ekonomi. Pendekatan ini menempatkan antropologi ekonomi sebagai usaha untuk mendeskripsikan dan menganalisis cara-cara proses pemanfaatan sumber daya ekonomi tersebut dalam Universitas Sumatera Utara berbagai seting kultural 21 Adanya aktivitas pemasaran atau perdagangan dan sistem pertukaran produk-produk kerajinan tangan dalam pendekatan ini. Pendekatan formalis melihat hal ini sebagai peristiwa ekonomi karena dalam proses pertukaran tersebut, dorongan kebutuhan ekonomi itu yang nampak dari adanya transaksi ekonomi barang-barang kebutuhan hidup antar partisipasinya. Tujuan pendekatan formalis adalah untuk mencapai pemahaman yang akurat tentang keragaman dan kompleksitas tingkah laku sosial yang diobservasi . Hubungan-hubungan sosial sebagai gejala proses pemanfaatan sumber daya ekonomi dapat dilihat misalnya dalam hubungan patron-klien, hubungan persahabatan, jaringan kekerabatan, dan hubungan-hubungan yang lain, yang terpola menurut pranata-pranata dalam lembaga-lembaga yang hidup di masyarakat. Dalam hal ini dideskripsikan dengan cara memperlihatkan secara eksplisit tentang motif-motif ekonomi yang muncul dalam proses interaksi sosial tersebut. Seperti halnya Kelompok Berkah Lidi ini yang merupakan proses interaksi sosial dalam masyarakat sederhana yang menggambarkan proses pemanfaatan sumber daya ekonomi. 22 Selesai mewawancarai Bu Gina, penulis langsung bertanya kepada Pak Kasirin tentang masyarakat sekitar yang mencari bahan baku lidi kelapa sawit. Pak Kasirin berkata hanya ada beberapa masyarakat saja yang berminat mencari lidi kelapa sawit ini. Penulis langsung diantar oleh Pak Kasirin ke rumah tetangganya yang mencari lidi kelapa sawit, rumahnya di belakang rumah Pak kasirin tidak begitu jauh. Kami pun beramai-ramai datang ke rumah tetangga Pak Dirman untuk mewawancarai secara langsung. Sampai di depan rumah tetangga .

3.1.3. Bu Irma Wati

Dokumen yang terkait

Kehidupan Petani Salak di Desa Parsalakan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan (1970 – 200)

10 134 104

Strategi Peningkatan Pendapatan Petani Karet Rakyat Di Kabupaten Labuhanbatu Selatan (Studi Kasus : Kelurahan Langgapayung, Kecamatan Sungai Kanan)

9 110 114

Etek Dalam Kebudayaan Mandailing Di Desa Marisi, Kecamatan Angkola Timur, Kabupaten Tapanuli Selatan

2 93 108

Evaluasi Kesesuaian Lahan Desa Sihiong Kecamatan Bonatua Lunasi Kabupaten Toba Samosir untuk Tanaman Anggur, Stroberi, Apel dan Jambu Biji

5 89 45

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 0 19

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 0 1

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 1 29

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 2 61

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 0 3

Kelompok Berkah Lidi (Studi Etnografi Terhadap Kelompok yang Mengelola Ekonomi Kreatif di Desa Sei Rumbia Kecamatan Kotapinang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

0 0 2