BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Aktivis Mahasiswa Unnes
Penelitian terhadap para aktivis mahasiswa Unnes dilaksanakan pada tanggal 15 Juni 2009 hingga tanggal 23 Agustus 2009, dengan menyebarkan
kuesioner di 15 organisasi kemahasiswaan yang sudah ditetapkan menjadi cluster sample dan wawancara terhadap beberapa pimpinan organisasi
kemahasiswaan yang
sudah ditentukan.
Antara lain
organisasi kemahasiswaan intra kampus, yaitu BEM Badan Eksekutif Mahasiswa
Unnes dan 8 delapan BEM Fakultas di Unnes BEM FIP, BEM FBS, BEM FIS, BEM FMIPA, BEM FT, BEM FIK, BEM FE dan BEM FH, serta 6
enam organisasi kemahasiswaan ekstra kampus, antara lain HMI Himpunan Mahasiswa Islam Komisariat, KAMMI Kesatuan Aksi
Mahasiswa Muslim Indonesia Komisariat, PMII Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia Komisariat, IMM Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah
Komisariat, LMND Liga Mahasiswa Nasional Demokrasi Komisariat dan GEMA Gerakan Mahasiswa Pembebasan Komisariat di lingkungan sekitar
kampus Unnes yang seluruh pengurusnya tercatat sebagai mahasiswa Unnes. Organisasi kemahasiswaan Ormawa adalah perkumpulan, kesatuan
mahasiswa yang sudah terlembaga, mempunyai landasan hukum, dan mempunyai tujuan yang jelas guna mengembangkan peran serta dan fungsi
55
mahasiswa di lingkungan maupun di masyarakat Buku Panduan Unnes, 2006: 23.
BEM Unnes sebagai Ormawa tingkat universitas mempunyai landasan hukum yaitu dengan Keputusan Rektor Unnes, sedangkan BEM
Fakultas mempunyai landasan hukum yaitu dengan Keputusan Dekan Fakultas yang bersangkutan. Sedangkan untuk organisasi kemahasiswaan
ekstra kampus landasan hukumnya menurut aturan yang berlaku di dalam internal organisasinya masing-masing. Namun demikian, organisasi
kemahasiswaan dibentuk dari, oleh dan untuk mahasiswa, dimana segala prosesi kemahasiswaan ditentukan oleh mahasiswa.
Dari 136 jumlah responden aktivis mahasiswa yang diambil menjadi sampel dari penelitian ini dapat dikategorikan bahwa komposisi dapat
dijelaskan dalam sebaran sebagai berikut: 4.1.1.1. Sebaran Responden berdasarkan Jenis Kelamin.
Laki-Laki Perempuan
Gambar 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
10 20
30 40
50 60
70
P er
ce nt
66.2 33.8
Gambar 4.1. Sebaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 1.
Secara umum hampir seluruh Organisasi Kemahasiswaan didominasi oleh aktivis laki-laki hingga 66.2 sedangkan aktivis perempuan
hanya 33.8. Hal ini merupakan fenomena umum bahwa dalam ranah publik tingkat partisipasi laki-laki cenderung lebih tinggi dibanding tingkat
partisipasi perempuan, meskipun secara kuantitas jumlah mahasiswa perempuan lebih banyak dibanding jumlah mahasiswa laki-laki. Namun
dalam kondisi khusus bisa terjadi sebaliknya, seperti contoh ada satu organisasi kemahasiswaan di Unnes yang hampir seluruh pengurusnya
adalah perempuan, yaitu Himpunan Mahasiswa Teknik Jasa dan Produksi Fakultas Teknik, karena memang jumlah mahasiswa didominasi oleh
mahasiswa perempuan. 4.1.1.2. Sebaran Responden berdasarkan Pekerjaan Ayah.
PNS TNIPOLRI
Guru Swasta
PetaniNelayan Karyawan
Tidak Menjawab
Gambar 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah
10 20
30 40
P er
ce nt
Gambar 4.2. Sebaran Responden Berdasarkan Pekerjaan Ayah
Sumber: Diolah dari kuesioner halaman 1. Jumlah terbesar aktivis mahasiswa Unnes adalah anak dari ayah
yang pekerjaannya sebagai PNS dengan jumlah 38.2, kemudian disusul
dengan swasta 27.2, PetaniNelayan 14, Guru 12.5, TNIPOLRI 3.7, karyawan 2.9 dan sisanya tidak menjawab sebesar 1.5.
Secara umum bahwa aktivis mahasiswa Unnes berasal dari keluarga yang secara ekonomi pada taraf ekonomi menengah dan atas. Hal
ini sejalan dengan hasil survei Holtman dalam Altbach, 1988: 149-150 yang menyimpulkan bahwa anak-anak dari kalangan menengah dan atas
lebih mudah bergerak di luar universitas dibanding anak-anak kelas buruh. Mereka tampak lebih mobile dan secara pribadi lebih bebas. Bagi mereka,
setiap tatanan sosial tidak memiliki relevansi ”hukum” tetapi lebih sekedar merupakan aneka ragam tatanan yang bisa dipilih. Itulah sebabnya mengapa
mereka siap melontarkan kritik, mempertanyakan sesuatu, memprotes hal- hal yang tidak berkenan di hati, serta berfikir tentang alternatif-alternatif.
Merasa aman dalam hal keuangan, mereka merasa memiliki masa depan yang baik.
Menjadi hal yang wajar bahwa kebanyakan aktivis mahasiswa berasal dari keluarga yang secara ekonomi mapan, karena aktivis mahasiswa
dituntut untuk banyak berkorban, disamping berkorban tenaga, waktu dan fikiran, seringkali juga dituntut untuk berkorban materi untuk menjalankan
kelangsungan aktivitas mereka.
4.1.2. Isu dan Aksi Demonstrasi dalam Pandangan Aktivis Mahasiswa