Munculnya Gerakan Mahasiswa di Indonesia.

2.1.1.2. Munculnya Gerakan Mahasiswa di Indonesia.

Kaum terpelajar Indonesia muncul seiring dibangunnya sekolah- sekolah oleh Belanda pada abad ke 18. Pada tahun 1819, Belanda membangun sekolah Militer di Semarang, kemudian sekolah-sekolah umum seperti Sekolah Tinggi Leiden 1826, Institut Bahasa Jawa Surakarta 1832, Sekolah Pegawai Hindia Belanda di Deflt 1842 dan Sekolah Guru Bumiputera di Surakarta 1852. Sekolah-sekolah tersebut diperuntukkan bagi anak-anak Belanda dan pegawai tinggi Pribumi. Baru pada tahun 1871 dikeluarkan UU Pendidikan pertama yang membuka akses pendidikan bagi kaum Pribumi. Hingga tahun 1920an tidak terdapat universitas di Hindia Belanda. Hanya Pribumi kaya, umumnya Bupati, yang mampu mengirim anak mereka belajar di Eropa. Perguruan tinggi pertama muncul pada tahun 1920, yakni Sekolah Tinggi Teknik Bandung. Ini disusul dengan Sekolah Tinggi Hukum di Jakarta pada tahun 1924. Munculnya kaum terpelajar turut mendorong berkembangnya organisasi-organisasi sosial. Yang pertama adalah Sarikat Priyayi pada tahun 1906 oleh Tirto Adhi Soerjo, Thamrin Muhammad Thabrie dan R.A.A. Prawiradireja. Boedi Oetomo pada tahun 1908 dengan tokohnya E. Douwes Dekker dan Wahidin Soediro Hoesodo. Boedi Oetomo dimotori oleh pemuda dan mahasiswa dari STOVIA, sebuah sekolah kedokteran di Jakarta. Kemudian pada tahun 1911, di Solo berdiri perkumpulan bernama Sarikat Islam SI. Organisasi ini didirikan bukan semata-mata sebagai perlawanan terhadap para pedagang-pedagang Cina, tetapi juga digunakan sebagai front untuk melawan semua bentuk pernghinaan terhadap rakyat bumiputera. Ketika para mahasiswa Indonesia di Belanda kembali ke tanah air, mereka mempraktekan ide-ide mereka dengan membuat Study Clubs untuk berdiskusi dengan pimpinan-pimpinan partai dan intelektual. Salah satu study club tersebut adalah Algemeene Study Club di Bandung yang didirikan pada tahun 1925 oleh Ir. Soekarno. Pada tahun 1930 hampir semua perkumpulan pemuda Indonesia mempersatukan diri dalam Indonesia Muda. Ketika Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942 terjadi pelarangan semua kegiatan yang berbau politik dan membubarkan semua organisasi pelajar dan mahasiswa, serta partai politik. Banyak perguruan tinggi ditutup. Jumlah mahasiswa sendiri sangatlah kecil, pada waktu itu hanya 637 orang. Angka lain menyebutkan sekitar 387 orang. Sedangkan Joseph Fischer menyatakan, jumlah sarjana Indonesia pada permulaan masa kemerdekaan adalah 1.100 orang. Kondisi yang sangat represif itu, membuat mahasiswa dan pemuda memilih kegiatan berkumpul dan bersiskusi di asrama-asrama. Tiga asrama yang terkenal dalam sejarah kemerdekaan adalah Asrama ”Angkatan Baru Indonesia” Menteng 31, Asrama ”Fakultas Kedokteran” dan Asrama ”Indonesia Merdeka” Kebon Sirih. Proklamasi dilakukan pada 17 Agustus 1945, yang sebelumnya pemuda yang berpusat di Asrama Menteng menculik Soekarno dan Hatta, serta Ibu Fatmawati dan Guntur kemudian membawanya ke Rengasdengklok. Tindakan ini diambil karena Soekarno dan Hatta ragu-ragu menyatakan kemerdekaan saat jepang telah kalah. Tanggal 1 September 1945, para pemuda yang telah berjasa mempersiapkan kemerdekaan mendirikan sebuah organisasi bernama Angkatan Pemuda Indonesia API yang diketuai oleh Wikana yang bertujuan untuk menyatukan pemuda-pemuda yang sebelumnya tergabung dalam sebuah komite aksi. Disamping itu juga berdiri Barisan Buruh Indonesia BBI, Barisan Rakyat Bara, dan Seniman Indonesia Muda SIM. Pasca Proklamasi Kemerdekaan, muncul berbagai organisasi mahasiswa dengan dasar ideologi yang berbeda-beda. Pada tanggal 5 Februari 1947 diresmikan terbentuknya Himpunan Mahasiswa Islam HMI, kemudian diikuti Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia GMKI pada tanggal 25 Maret 1947 kemudian berdiri Perhimpunan Mahasiswa Khatolik Republik Indonesia PMKRI. Kemunculan organisasi-organisasi mahasiswa ini mengikuti lahirnya partai-partai politik yang juga menggunakan basis ideologi agama seperti Masyumi yang berdiri pada tanggal 7 Nopember 1945 dan Partai Katolik pada tanggal 8 Desember 1945. Sementara Partai Nasional Indonesia juga memiliki organisasi gerakan mahasiswa yaitu Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia GMNI yang berdiri tanggal 23 Maret 1954. Konsentrasi Gerakan Mahasiswa Indonesia CGMI dibentuk pada 1956 sebagai hasil penggabungan tiga organisasi kecil mahasiswa di Bandung, Bogor dan Yogyakarta, yang selanjutnya lebih mendekat ke PKI. Selain organisasi-organisasi yang didasarkan ideologi tertentu, muncul juga banyak organisasi mahasiswa berdasarkan profesi dan komunitas, seperti Perhimpunan Mahasiswa Kedokteran Hewan PMKH di Bogor, Perhimpunan Mahasiswa Djakarta PMD, Perhimpunan Mahasiswa Jogjakarta PMJ dan Masyarakat Mahasiswa Malang MMM. Kemudian dari dalam kampus juga muncul organisasi gerakan mahasiswa seperti Dewan Mahasiswa DM UGM tanggal 11 Januari 1950 dan Dewan Mahasiswa UI tanggal 20 Nopember 1955. 2.1.1.3. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1966 Dikenal dengan istilah angkatan 66, gerakan ini awal kebangkitan gerakan mahasiswa secara nasional, dimana sebelumnya gerakan-gerakan mahasiswa masih bersifat kedaerahan. Angkatan 66 mengangkat isu komunis sebagai bahaya laten negara. Gerakan ini berhasil membangun kepercayaan masyarakat untuk mendukung mahasiswa menentang komunis yang ditukangi oleh PKI Partai Komunis Indonesia. Eksekutif pun beralih dan berpihak kepada rakyat, yaitu dengan dikeluarkannya SUPERSEMAR Surat Perintah Sebelas Maret dari Presiden Sukarno kepada penerima mandat Suharto. Peralihan ini menandai berakhirnya ORLA Orde Lama dan berpindah kepada ORBA Orde Baru. Angkatan 66 pun mendapat hadiah yaitu dengan banyaknya aktivis 66 yang duduk dalam kabibet pemerintahan ORBA. 2.1.1.4. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1972 Gerakan ini dikenal dengan terjadinya peristiwa MALARI Malapetaka Lima Belas Januari. Tahun angkatan gerakan ini menolak produk Jepang dan sinisme terhadap warga keturunan. Jakarta masih menjadi barometer pergerakan mahasiswa nasional. 2.1.1.5. Gerakan Mahasiswa di Indoensia Tahun 1980 an Gerakan pada era ini tidak populer, karena lebih terfokus pada perguruan tinggi besar saja. Puncaknya tahun 1985 ketika Mendagri Menteri Dalam Negeri saat itu Rudini berkunjung ke ITB. Kedatangan Mendagri disambut dengan demo mahasiswa dan terjadi peristiwa pelemparan terhadap Mendagri. Buntutnya pelaku pelemparan yaitu Jumhur Hidayat terkena sanksi DO Droup Out oleh pihak ITB pada pemilu 2004 beliau menjabat sebagai Sekjen Partai Serikat IndonesiaPSI. 2.1.1.6. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1990 an. Isu yang diangkat pada gerakan era ini sudah mengkerucut, yaitu penolakan diberlakukannya terhadap NKKBKK Normalisasi Kehidupan KampusBadan Koordinasi Kampus yang membekukan Dewan Mahasiswa DEMADM dan Badan Eksekutif Mahasiswa BEM. Pemberlakuan NKKBKK mengubah format organisasi kemahasiswaan dengan melarang mahasiswa terjun ke dalam politik praktis, yaitu dengan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 045701990 tentang Pola Pembinaan dan Pengembangan Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi, dimana Organisasi Kemahasiswaan pada tingkat Perguruan Tinggi bernama SMPT Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi. Organisasi kemahasiswaan seperti ini menjadikan aktivis mahasiswa dalam posisi mandul, karena pihak rektorat lebih leluasa dan dilegalkan untuk mencekal aktivis mahasiswa,bahkan tidak segan-segan untuk mengeluarkan. Pemerintah Orde Baru pun menggaungkan opini adanya pergerakan sekelompok orang yang berkeliaran di masyarakat dan mahasiswa dengan sebutan OTB Organisasi Tanpa Bentuk. Masyarakat pun termakan dengan opini ini karena OTB ini identik dengan gerakan komunis. Pemberlakuan NKKBKK maupun opini OTB ataupun cara-cara lain yang dihadapkan menurut versi penguasa ORBA, tidak membuat mahasiswa putus asa, karena di setiap even nasional dijadikan untuk menyampaikan penolakan dan pencabutan SK tentang pemberlakukan NKKBKK. Sikap kritis mahasiswa terhadap pemerintah tidak berhenti pada diberlakukannya NKKBKK, jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai kendaraan lain untuk menghindari sikap refresif pemerintah, yaitu dengan meleburkan diri dan aktif di organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI Himpunan Mahasiswa Islam, PMII Pergerakan Mahasiswa Islam INDONESIA, GMNI Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia, PMKRI Pergerakan Mahasiswa Kristen Indoenesia atau yang lebih dikenal dengan kelompok Cipayung. 2.1.1.7. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Tahun 1998. Gerakan mahasiswa pada era ini mencuat dengan tumbangnya Orde Baru dengan ditandai turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan, tepatnya pada tanggal 12 Mei 1998. Gerakan mahasiswa tahun sembilan puluhan mencapai klimaksnya pada tahun 1998, diawali dengan terjadi krisis moneter di pertengahan tahun 1997. Harga-harga kebutuhan melambung tinggi, daya beli masyarakat pun berkurang. Mahasiswa pun mulai gerah dengan penguasa ORBA, tuntutan mundurnya Soeharto menjadi agenda nasional gerakan mahasiswa. Gerakan mahasiswa dengan agenda reformasinya mendapat simpati dan dukungan yang luar biasa dari rakyat. Mahasiswa menjadi tumpuan rakyat dalam mengubah kondisi yang ada, kondisi dimana rakyat sudah bosan dengan pemerintahan yang terlalu lama, politisi di luar kekuasaan pun menjadi tumpul karena terlalu kuatnya lingkar kekuasaan, dan dikenal dengan sebutan jalur ABG ABRI, Birokrat, dan Golkar. Simbol Rumah Rakyat yaitu Gedung DPRMPR menjadi tujuan utama mahasiswa dari berbagai kota di Indonesia, seluruh komponen mahasiswa dengan berbagai atribut almamater dan kelompok semuanya tumpah ruah di gedung dewan ini, tercatat KAMMI Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia, FKSMJ Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta, FORBES Forum Bersama dan FORKOT Forum Kota. Elemen mahasiswa yang berbeda paham dan aliran dapat bersatu dengan satu tujuan, yaitu turunkan Soeharto. 2.1.1.8. Gerakan Mahasiswa di Indonesia Pasca Reformasi. Turunnya Soeharto oleh gerakan mahasiswa dan rakyat menjadikan Habibie naik menjadi Presiden RI. Pada tanggal 21 dan 22 Mei 1998, ribuan masa membentuk barisan dan berpawai menolak Habibie, menuntut dibentuknya UU Anti Monopoli, mencabut paket 5 UU Politik dan Dwi Fungsi ABRI, membebaskan tahanan politik Orde baru tanpa syarat, serta mengadili Soeharto. Persatuan sementara gerakan mahasiswa untuk menggulingkan Soeharto terpecah pada periode Habibie. Gerakan mahasiswa terbagi menjadi dua kelompok, gerakan mahasiswa yang mendukung Habibie, dengan beberapa syarat dan gerakan mahasiswa yang menolak Habibie. Pada masa pemerintahan Gus Dur, berawal dari diberikannya status Badan Hukum Milik Negara BHMN kepada empat Perguruan Tinggi Negeri, yaitu UGM, UI, ITB dan IPB, kemudian menuai protes dari berbagai mahasiswa dari berbagai universitas negeri. Gus Dur mencoba untuk menarik simpati masa dengan menyingkirkan elit-elit politik dan militer yang saat Pemilu mendukungnya. Hal ini berakibat konflik internal kabinet rezim Gus Dur. Kemudian gerakan mahasiswapun terjadi polarisasi antara gerakan pro Gus Dur dan gerakan anti Gus Dur. Kelompok yang pertama, Badan Eksekutif Mahasiswa se- Indonesia BEM SI melakukan aksi-aksi penolakan terhadap Gus Dur lewat isu seperti Buloggate dan mengusulkan segera dilakukan Sidang Istimewa MPRDPR. Kelompok yang kedua, Badan Eksekutif Mahasiswa Indonesia BEM-I melakukan aksi-aksi pendukungan terhadap Gus Dur.

2.1.2. Aktivis Mahasiswa

Dokumen yang terkait

Pemetaan gerakan mahasiswa : (studi terhadap Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus di UIN Jakarta)

0 11 75

ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PEKERJAAN PADA AKTIVIS YANG MENGIKUTI ORGANISASI KEMAHASISWAAN ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PEKERJAAN PADA AKTIVIS YANG MENGIKUTI ORGANISASI.

0 7 18

ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PEKERJAAN PADA AKTIVIS YANG MENGIKUTI ORGANISASI KEMAHASISWAAN ORIENTASI MASA DEPAN BIDANG PEKERJAAN PADA AKTIVIS YANG MENGIKUTI ORGANISASI.

0 2 20

MANAJEMEN KONFLIK INTERPERSONAL PADA MAHASISWAAKTIVIS ORGANISASI KEMAHASISWAAN Manajemen Konflik Interpersonal Pada Mahasiswa Aktivis Organisasi Kemahasiswaan.

0 3 17

SOSIALISASI POLITIK DALAM ORGANISASI MAHASISWA INTRA KAMPUS DI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN.

0 2 22

BUDAYA POLITIK KAMPUS Studi terhadap Aktivis Mahasiswa Universitas Negeri Semarang.

0 0 2

Karakteristik Aksi Demonstrasi Yang Dilakukan Oleh Aktivis Organisasi Kemahasiswaan Intra dan Ekstra Kampus Universitas Negeri Semarang.

1 9 182

PERILAKU BELAJAR AKTIVIS ORGANISASI INTRA KAMPUS (STUDI TERHADAP AKTIVIS HIMA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FIS UNNES)

0 1 53

PENERIMAAN KHALAYAK AKTIVIS ORGANISASI MAHASISWA EKSTRA KAMPUS SURABAYA TERHADAP IDEOLOGIS TOKOH GIE DALAM FILM GIE : Studi Analisis Resepsi Aktivis Organisasi Mahasiswa Ekstra Kampus (Ormek) Cabang Surabaya Terhadap Ideologi Tokoh Gie dalam Film GIE Repo

0 0 191

INFILTRASI IDEOLOGI IKHWANUL MUSLIMIN TERHADAP ORGANISASI KEMAHASISWAAN EKSTRA DAN INTRA KAMPUS UIN ALAUDDIN MAKASSAR (Studi Kasus LDK dan KAMMI)

0 0 78