ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bahwa suatu isu strategis untuk diadvokasi. Antara lain; faktor aktualitas sedang hangat atau sedang
menjadi perhatian masyarakat, pada dasarnya, suatu isu dapat dikatakan sebagai isu yang strategis jika: a penting dan mendesak, dalam artian
tuntutan memang semakin luas di masyarakat agar isu tersebut segera ditangani, jika tidak akan membawa dampak negatif lebih besar pada
kehidupan masyarakat umum; b penad dengan kebutuhan dan aspirasi sebagian anggota masyarakat awam, khususnya lapisan mayoritas yang
selama ini paling terabaikan kepentingannya; c akan berdampak positif pada perubahan kebijakan-kebijakan publik lainnya yang mengarah pada
perubahan sosial yang lebih baik; d sesuai dengan visi dan agenda perubahan sosial yang lebih besar seperti yang dituntut oleh masyarakat.
2.1.5. Faktor-Faktor Pendorong Partisipasi Politik
Partisipasi politik di negara-negara yang menerapkan sistem politik demokrasi merupakan hak warga negara tetapi dalam kenyataan prosentase
warga negara yang berpartisipasi berbeda dari satu negara dengan negara yang lain.
Tinggi rendahnya partisipasi politik warga negara dalam proses politik suatu negara setidaknya dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain
adalah kesadaran politik dan kepercayaan terhadap pemerintah sistem politik. Kesadaran politik ialah kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai
warga negara. Hal ini menyangkut pengetahuan seseorang tentang
lingkungan masyarakat dan politik dan menyangkut minat dan perhatian seseorang terhadap lingkungan masyarakat dan politik tempat ia tinggal.
Yang dimaskud dengan sikap dan kepercayaan kepada pemerintah ialah penilaian seseorang terhadap pemerintah: apakah ia menilai pemerintah
dapat dipercaya dan dapat dipengaruhi atau tidak? Surbakti, 1992: 144. Berdasarkan tinggi rendahnya kesadaran politik dan kepercayaan
kepada pemerintah, Paige dalam Sunarto, 2004: 25 membagi partisipasi politik menjadi empat tipe. Apabila seseorang memiliki kesadaran politik
dan kepercayaan kepada pemerintah yang tinggi maka partisipasi politik cenderung aktif. Sebaliknya, apabila kesadaran politik dan kepercayaan
kepada pemerintah rendah maka partisipasi politik cenderung pasif-tertekan apatis. Tipe partisipasi ketiga berupa militan radikal, yakni apabila
kesadaran politik tinggi tetapi kepercayaan kepada pemerintah sangat rendah. Selanjutnya, apabila kesadaran politik sangat rendah tetapi
kepercayaan kepada pemerintah sangat tinggi maka partisipasi ini disebut pasif.
Sebab-sebab seseorang menggunakan bentuk-bentuk partisipasi politiknya adalah berbagai motivasi yang ada pada kelompoknya dan
dirinya, tentang bagaimana caranya agar tujuan-tujuannya tercapai melalui saluran-saluran politik yang ada.
Partisipasi politik seseorang atau kelompok orang tentunya berbeda, hal ini dipengaruhi oleh kepentingan dari individu seseorang atau kelompok
tersebut. Weber mengemukakan terdapat 5 lima penyebab timbulnya
gerakan ke arah partisipasi lebih luas dalam proses politik, yaitu sebagai berikut:
a. Modernisasi dalam segala bidang kehidupan yang menyebabkan masyarakat makin banyak menuntut untuk ikut dalam kekuasaan politik.
b. perubahan-perubahan struktur kelas. Masalah siapa yang berhak berpartisipasi dan pembuatan keputusan politik menjadi penting dan
mengakibatkan perubahan dalam pola partisipasi politik c. pengaruh kaum intelektual dan komunikasi massa modern.. ide
demokratisasi partisipasi telah menyebar ke bangsa-bangsa baru sebelum mereka mengembangkan modernisasi dan industrialisasi yang cukup
matang. d. konflik antar kelompok pemimpin politik. Jika timbul konflik antarelit,
maka yang dicari adalah dukungan rakyat. Terjadi perjuangan kelas menentang melawan kaum aristocrat yang menarik kaum buruh dan
membantu memperluas hak pilih rakyat. e. keterlibatan pemerintah yang meluas dalam urusan sosial, ekonomi dan
kebudayaan. Meluasnya ruang lingkup aktivitas pemerintah sering merangsang timbulnya tuntutan-tuntutan yang terorganisasi dalam
pembuatan keputusan politik. dalam Suryadi, 2007: 128
Vaughan dan Archer dalam Altbach, 1988: 198 menyatakan bahwa suatu ideologi dapat mempengaruhi aksi dalam hal menentukan tujuan dan
memilih sarana tertentu, diantara berbagai sarana yang ada, untuk mencapai tujuan tersebut.
Menurut Phillip G. Altbach 1988: 178 bahwa terdapat kesan bahwa ideologi total, yang difokuskan melalui salah satu dari nilai-nilai sentralnya,
menstrukturkan persepsi, peristiwa-peristiwa yang penting, sasaran yang khas dan sarana-sarana yang dipilih pada tingkat aksi politik mahasiswa.
Dengan kata, lain ideologi menuntun respon dan pola tindakan. Selain itu, ideologi merumuskan masalah dan pemecahannya pada tingkat politik
nasional. Penganjur ideologi merasa bahwa peristiwa dan masalah-masalah nasional mempunyai hubungan erat dengan aksi protes di dalam universitas.
Adakalanya para mahasiswa dibangkitkan oleh suatu isu politik, meskipun dalam kasus-kasus tersebut demonstrasinya cenderung kecil dan
tidak tercipta gerakan atau organisasi yang langgeng Altbach, 1988: 32. Menurut Altbach 1988:199 bahwa suatu nilai atau kepercayaan
politik, dalam peran sebagai kriteria selektif, mempunyai pengaruh yang lebih langsung terhadap seleksi dari tujuan untuk bertindak, dibanding
pengaruh yang dimiliki kepercayaan politik, dalam peran kriteria evaluatif. Sebab sebelum prinsip moral dan aspek-aspek evaluatif kepercayaan dapat
berpengaruh terhadap aksi yang mendukung konfrontasi, aspek-aspek evaluatif tersebut harus dipandang dengan suatu cara yang khas.
2.2. Kerangka Berfikir
Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh para mahasiswa merupakan salah satu bentuk partisipasi politik mahasiswa. Sarana ini paling sering
dilakukan oleh para aktivis mahasiswa, hampir setiap isu yang berkembang di masyarakat berpotensi menjadi bahan isu aksi demonstrasi. Aktivis
mahasiswa dapat dibagi menjadi dua kelompok, kelompok yang pertama adalah aktivis organisasi kemahasiswaan intra kampus dan kelompok yang
kedua adalah aktivis organisasi kemahasiswaan ekstra kampus. Kedua kelompok ini memiliki karakter kekhasannya masing-masing, jika dilihat
dari filosofi berdirinya organisasi, Ormawa intra kampus berdiri berdasarkan idealisme universal atau umum sedangkan Ormawa ekstra kampus berdiri