dengan swasta 27.2, PetaniNelayan 14, Guru 12.5, TNIPOLRI 3.7, karyawan 2.9 dan sisanya tidak menjawab sebesar 1.5.
Secara umum bahwa aktivis mahasiswa Unnes berasal dari keluarga yang secara ekonomi pada taraf ekonomi menengah dan atas. Hal
ini sejalan dengan hasil survei Holtman dalam Altbach, 1988: 149-150 yang menyimpulkan bahwa anak-anak dari kalangan menengah dan atas
lebih mudah bergerak di luar universitas dibanding anak-anak kelas buruh. Mereka tampak lebih mobile dan secara pribadi lebih bebas. Bagi mereka,
setiap tatanan sosial tidak memiliki relevansi ”hukum” tetapi lebih sekedar merupakan aneka ragam tatanan yang bisa dipilih. Itulah sebabnya mengapa
mereka siap melontarkan kritik, mempertanyakan sesuatu, memprotes hal- hal yang tidak berkenan di hati, serta berfikir tentang alternatif-alternatif.
Merasa aman dalam hal keuangan, mereka merasa memiliki masa depan yang baik.
Menjadi hal yang wajar bahwa kebanyakan aktivis mahasiswa berasal dari keluarga yang secara ekonomi mapan, karena aktivis mahasiswa
dituntut untuk banyak berkorban, disamping berkorban tenaga, waktu dan fikiran, seringkali juga dituntut untuk berkorban materi untuk menjalankan
kelangsungan aktivitas mereka.
4.1.2. Isu dan Aksi Demonstrasi dalam Pandangan Aktivis Mahasiswa
Isu atau persoalan dalam masyarakat tidak akan pernah ada habisnya. Setiap saat persoalan akan selesai di satu sisi dan bertambah di sisi yang
lainnya, atau bahkan satu persoalan tidak pernah menemui ujung selesainya. Sedangkan aktivis mahasiswa merupakan suatu kelompok masyarakat yang
sadar dan tersadarkan. Suatu kelompok masyarakat yang sesungguhnya memiliki peran sangat penting dalam dinamika sosial suatu masyarakat
secara keseluruhan. Maka, menjadi satu tuntutan yang wajib bagi seorang aktivis mahasiswa untuk mengetahui dan selalu memperbaharui informasi
yang ia dapatkan dalam kaitannya dengan persoalan-persoalan yang terjadi di dalam masyarakat.
Mengetahui isu-isu atau persoalan-persoalan yang ada di masyarakat merupakan hal yang penting, karena kita merupakan bagian dari kehidupan
masyarakat. Sebagai makhluk sosial tentu kita dituntut untuk memberikan kontribusi kepada masyarakat wawancara dengan Presiden Mahasiswa
BEM KM Unnes 2009 Dasam, tanggal 10 Agustus 2009. Merupakan suatu keharusan bagi warga negara untuk mengetahui
isu-isu yang terjadi secara umum di masyarakat. Hal ini merupakan salah satu kepedulian warga negara untuk senantiasa mengontrol isu serta menjadi
warga negara yang mampu berkontribusi dalam pencapaian solusi dari persoalan-persoalan bangsa wawancara dengan Menteri Luar Negeri BEM
KM Unnes 2009 Hanityo Kusuma tanggal 11 Agustus 2009. Mengetahui isu yang berkembang di masyarakat adalah hal yang
sangat penting khususnya bagi aktivis mahasiswa, karena sebagai pendorong munculnya kepekaan terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di
masyarakat wawancara dengan Ketua KAMMI Komisariat Yuniar Kustanto tanggal 12 Agustus 2009.
Persoalan umat manusia harus dipecahkan, jika kita tidak mengetahuinya bagaimana mungkin bisa memberikan solusi atas persoalan
yang terjadi. Persoalan dipahami, dianalisis dan selanjutnya merumuskan solusi apa yang akan ditawarkan kepada pihak yang terkait atas persoalan
yang diangkat wawancara dengan Sekjen GEMA Pembebasan Sabar Budi Raharjo tanggal 20 Agustus 2009.
Tumbuhnya kepekaan mahasiswa terhadap persoalan masyarakat ini menurut Arbi Sanit 1985 dalam Rahmat dan Najib, 2001: xii-xiii
disebabkan paling tidak oleh lima hal. Pertama, sebagai kelompok masyarakat yang memperoleh pendidikan terbaik, mahasiswa memiliki
pandangan yang cukup luas untuk dapat bergerak di semua lapisan masyarakat.
Kedua, sebagai golongan masyarakat yang paling lama mengalami pendidikan, mahasiswa telah mengalami proses sosialisasi politik terpanjang
diantara angkatan muda. Ketiga, kehidupan kampus membentuk gaya hidup unik di kalangan mahasiswa, dan terjadi akulturasi sosial budaya tinggi
diantara mereka. Keempat, mahasiswa sebagai golongan yang akan memasuki lapisan atas dari susunan kekuasaan, struktur ekonomi, dan akan
memiliki keistimewaan tertentu dalam masyarakat, adalah kelompok elit di kalangan kaum muda. Kelima, seringya mahasiswa terlibat dalam
pemikiran, perbincangan dan penelitian berbagai masalah masyarakat,
memungkinkan mereka tampil dalam forum yang kemudian mengangkatnya ke jenjang karier sesuai dengan keahliannya.
Aktivis mahasiswa memiliki kesadaran terhadap pentingnya memahami persoalan-persoalan yang terjadi dalam masyarakat yang
kemudian menjadi titik tolak munculnya kepekaan terhadap kondisi yang terjadi. Kepekaan sosial warga negara terhadap permasalahannya merupakan
salah satu bentuk kepedulian warga negara itu sendiri terhadap kelangsungan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini
menjadi faktor pertama yang menentukan perjalanan suatu bangsa dalam menuju cita-cita yang diinginkan.
Di antara sekian banyak macam isu dalam masyarakat, dalam buku Merubah Kebijakan Publik karya Roem Topatimasang, dkk. 2001: 63, ada
beberapa faktor yang menjadi pertimbangan bahwa suatu isu strategis untuk diadvokasi. Antara lain; faktor aktualitas sedang hangat atau sedang
menjadi perhatian masyarakat, pada dasarnya, suatu isu dapat dikatakan sebagai isu yang strategis jika: a penting dan mendesak, dalam artian
tuntutan memang semakin luas di masyarakat agar isu tersebut segera ditangani, jika tidak akan membawa dampak negatif lebih besar pada
kehidupan masyarakat umum; b penad dengan kebutuhan dan aspirasi sebagian anggota masyarakat awam, khususnya lapisan mayoritas yang
selama ini paling terabaikan kepentingannya; c akan berdampak positif pada perubahan kebijakan-kebijakan publik lainnya yang mengarah pada
perubahan sosial yang lebih baik; d sesuai dengan visi dan agenda perubahan sosial yang lebih besar seperti yang dituntut oleh masyarakat.
Bahwa suatu isu menjadi perlu diperjuangkan melalui jalur aksi demonstrasi apabila suatu kebijakan yang diterapkan bertentangan dengan
rasa keadilan sosial di dalam masyarakat dan juga Si Pembuat Kebijakanpun tidak mempunyai kepekaan terhadap kondisi masyarakat disamping matinya
saluran-saluran aspirasi dalam sistem demokrasi wawancara dengan Menlu BEM KM Unnes 2009, Hanityo Kusuma tanggal 11 Agustus 2009. Selaras
dengan Dasam wawancara tanggal 10 Agustus 2009 yang manyatakan bahwa isupersoalan dalam masyarakat dianggap penting manakala
isupersoalan itu berdampak bagi masyarakat banyak dan dalam jangka panjang akan berakibat negatif bagi kehidupan masyarakat.
Aksi demonstrasi yang kami lakukan merupakan sebuah kesadaran sebagai mahasiswa yang mempunyai tanggungjawab sebagai mediator
aspirasi masyarakat dengan pemangku kepentingan Wawancara dengan Presiden Mahasiswa Dasam tanggal 21 Agustus 2009.
Kepekaan aktivis mahasiswa serta semangat perbaikan yang mereka miliki mendorong mereka untuk bertindak dengan cara yang mereka yakini,
ini merupakan salah satu bentuk partisipasi politik yaitu dengan aksi demonstrasi, meskipun cara partisipasi politik yang lain seperti lobying,
dialog dan diskusi tetap menjadi strategi yang saling melengkapi satu sama lain bagi perjuangan untuk mewujudkan cita-cita yang mereka harapkan.
Surbakti 1992: 141-142 mengkategorikan kegiatan partisipasi politik
dengan sejumlah
kriteria “rambu-rambu”
yang menjadi
konseptualisasi dari partisipasi politik itu sendiri. Pertama, partisipasi politik yang dimaksudkan berupa kegiatan atau perilaku luar individu warga negara
biasa yang dapat diamati, bukan perilaku dalam yang berupa sikap dan orientasi. Hal ini perlu ditegaskan karena sikap dan orientasi individu tidak
selalu termanifestasikan dalam perilakunya. Kedua, kegiatan itu diarahkan untuk mempengaruhi pemerintah
selaku pembuat dan pelaksana keputusan politik. Termasuk dalam pengertian ini, seperti kegiatan mengajukan alternatif kebijakan umum,
alternatif pembuat dan pelaksana keputusan politik dan kegiatan mendukung ataupun menentang keputusan politik yang dibuat pemerintah.
Ketiga, kegiatan yang berhasil efektif maupun yang gagal mempengaruhi pemerintah termasuk dalam konsep partisipasi politik.
Keempat, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Kegiatan yang langsung berarti
individu mempengaruhi pemerintah tanpa menggunakan perantara, sedangkan secara tidak langsung berarti mempengaruhi pemerintah melalui
pihak lain yang dianggap dapat meyakinkan pemerintah. Keduanya termasuk ke dalam kategori partisipasi politik.
Kelima, kegiatan mempengaruhi pemerintah dapat dilakukan melalui prosedur yang wajar convensional dan tak berupa kekerasan non-
violence, seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, mengajukan petisi,
melakukan kontak tatap muka, dan menulis surat maupun dengan cara-cara di luar prosedur yang wajar tak konvensional dan berupa kekerasan
violence, seperti aksi demonstrasi unjuk rasa, pembangkangan halus seperti memilih kotak kosong daripada memilih calon yang disodorkan
pemerintah, huru-hara, mogok, pembangkangan sipil, serangan bersenjata dan gerakan-gerakan poltik, seperti kudeta dan revolusi.
Kepekaan aktivis mahasiswa yang kemudian diimplementasikan dalam kegiatan-kegiatan mereka, termasuk di dalamnya adalah aksi
demonstrasi, diskusi dan kegiatan-kegiatan yang lainnya menandakan kesaradan partisipasi politik sebagai warga negara.
4.1.3. Fokus Perhatian Aktivis Mahasiswa Unnes terhadap Isu-Isu