Keterkaitan Tata Guna Lahan dan Transportasi

5. Ukuran Kota FC CS . Faktor koreksi FC CS dapat dilihat pada Tabel 2.7 dan faktor tersebut merupakan fungsi dari jumlah penduduk kota. Tabel 2.7 Faktor Koreksi Kapasitas Akibat Ukuran Kota FC CS Ukuran Kota Juta Penduduk Faktor Koreksi Untuk Ukuran Kota 0,1 0,86 0,1-0,5 0,90 0,5-1,0 0,94 1,0-1,3 1,00 1,3 1,03 Sumber: MKJI, 1997

2.7 Keterkaitan Tata Guna Lahan dan Transportasi

Kegiatan atau aktifitas-aktifitas manusia seperti bekerja, berbelanja, belajar dan berekreasi, semuanya dilakukan pada potongan-potongan tanah yang telah diwujudkan sebagai kantor, pabrik, gedung sekolah, pasar, pertokoan, perumahan, objek wisata, hotel dan lain sebagainya. Aktifitas di potongan tanah lahan tersebut dinamakan tata-guna lahan Miro, 2002. Manusia akan selalu beraktivitas dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya, aktifitas itu akan menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang. Dalam melakukan pergerakan mobilisasi dari tata guna lahan yang satu ke tata guna lahan yang lain, seperti dari permukiman ke pasar, maka dikembangkanlah suatu sistem transportasi yang sesuai dengan jarak, kondisi geografis dan wilayahnya, agar pergerakan antar tata guna lahan ini terjamin kelancarannya. Universitas Sumatera Utara Pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang mengakibatkan berbagai macam interaksi. Terdapat interaksi antara pekerja dengan tempat mereka bekerja, antara ibu rumah tangga dan pasar, antara pelajar dan sekolah. Hampir semua interaksi tersebut memerlukan perjalanan yang menghasilkan pergerakan arus lalu lintas Tamin, 1997. Sasaran umum perencanaan transportasi adalah membuat interaksi yang terjadi antar sistem tata guna lahan dan transportasi diharapkan mampu memberikan kemudahan dan seefisien mungkin, kebijakan yang perlu di lakukan untuk mewujudkan sasaran umum tersebut, adalah sebagai berikut: 1. Sistem kegiatan yaitu berupa rencana tata guna lahan yang baik lokasi toko, sekolah, perumahan dan lain-lain dapat mengurangi kebutuhan akan perjalanan yang panjang sehingga membuat interaksi menjadi lebih mudah. 2. Sistem jaringan yaitu meningkatkan kapasitas pelayanan prasarana yang ada yaitu melebarkan jalan, menambah jaringan jalan baru, dan lain-lain. 3. Sistem pergerakkan yaitu mengatur teknik dan manajemen lalu lintas jangka pendek, fasilitas angkutan umum yang lebih baik jangka pendek dan menengah, atau pembangunan jalan jangka panjang. Interaksi guna lahan dan transportasi merupakan interaksi yang sangat dinamis dan komplek. Interaksi ini melibatkan berbagai aspek kegiatan serta berbagai kepentingan. Perubahan guna lahan akan selalu mempengaruhi perkembangan transportasi dan juga sebaliknya. Didalam kaitan ini, Black menyatakan bahwa pola Universitas Sumatera Utara perubahan dan besaran pergerakkan serta pemilihan moda pergerakkan merupakan fungsi dari adanya pola perubahan guna lahan diatasnya. Sedangkan setiap perubahan guna lahan dipastikan akan membutuhkan peningkatan yang diberikan oleh sistem transportasi dari kawasan yang bersangkutan Black, 1981. Aktifitas pada suatu lahan merupakan kemampuan atau potensi untuk membangkitkan lalu lintas, maksudnya jika potensi tata guna lahan dari sepetak lahan yang memiliki aktifitas tertentu, akan membangkitkan sejumlah arus lalu lintas tertentu pula. Analisis tata guna lahan merupakan cara praktis untuk mempelajari aktifitas-aktifitas yang menyebabkan terjadinya pembangkitan perjalanan karena pola perjalanan rute dan arus lalu lintas dipengaruhi oleh jaringan transportasi dan tata guna lahan Khisty dan Lall, 2005. Aktifitas yang dikenal dengan istilah bangkitan perjalanan ini menentukan fasilitas-fasilitas transportasi bus, taksi, angkutan kota atau kendaraan pribadi yang akan dibutuhkan untuk melakukan pergerakan. Ketika fasilitas tambahan didalam sistem telah tersedia, dengan sendirinya tingkat aksesibilitas akan meningkat. Perubahan aksesibilitas akan menentukan perubahan nilai lahan dan perubahan ini akan mempengaruhi penggunaan lahan tersebut. Jika perubahan seperti ini akan benar-benar terjadi, maka tingkat bangkitan perjalanan akan berubah dan akan menghasilkan perubahan pada seluruh siklus. Siklus ini memberikan ilustrasi tentang hubungan yang fundamental antar transportasi dengan tata guna lahan Khisty dan Lall, 2005, seperti pada Gambar 2.3. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3 Siklus Tata Guna Lahan-Transportasi Sumber: Khristy dan Lall, 2003 Suatu perubahan pemanfaatan lahan akan menyebabkan meningkatnya bangkitan pergerakan. Peningkatan ini akan menyebabkan meningkatnya tingkat aksesibilitas yang nantinya akan menyebabkan naiknya nilai lahan suatu kawasan, peningkatan nilai lahan pada akhirnya akan menyebabkan tumbuhnya aktivitas- aktivitas yang sesuai dengan kondisi kawasan, sehingga memicu perkembangan intensitas bangunan yang tinggi pada guna lahan tersebut. Bila akses transportasi ke suatu ruang kegiatan persil lahan diperbaiki, maka ruang kegiatan tersebut akan lebih menarik dan biasanya menjadi lebih berkembang. Dengan berkembangnya ruang kegiatan, akan meningkat pula kebutuhan akan transportasi. Peningkatan ini kemudian menyebabkan kelebihan beban pada transportasi yang harus ditanggulangi. Siklus ini akan terulang lagi jika aksesibilitas diperbaiki Universitas Sumatera Utara Tamin, 2000:503. Hubungan antara transportasi dengan guna lahan dapat dilihat pada Gambar 2.4. Gambar 2.4 Siklus Guna Lahan–Transportasi Sumber: Paquatte, 1980 dalam Tamin, 2000:503 Dalam pemodelannya, sistem tata guna lahan-sistem transportasi mengandung dua buah variabel yang dapat diidentifikasikan dan diukur Black, 1981 dalam Miro, 2005:43-44, kedua variabel tersebut adalah: 1. Variabel Bebas Independent Variable. a. Sistem tata guna lahanaktivitas, berupa Jumlah penduduk; jumlah lapangan kerja; luas lahan untuk kegiatan; pola penyebaran lokasi kegiatan; pendapatan dan tingkat kepadatan penduduk; pemilikan kendaraan. b. Sistem transportasi, berupa beberapa kondisitingkat pelayanan transportasi seperti waktu perjalanan; biaya angkutan; pelayanan, kenyamanan, keamanan; kehandalan; ketersediaan, dll. Universitas Sumatera Utara 2. Variabel terikat yang akan dihitung, diramalkan Dependent Variable, berupa jumlah kebutuhan transportasi yang dihitung dari jumlah arus lalu lintas penumpang, barang dan kendaraan di jalan raya per satuan waktu. Menurut Victoria Transport Policy Institute, 2004:2-3, faktor-faktor tata guna lahan yang mempengaruhi transportasi yaitu: 1. Kepadatan dan pengelompokan density and clustering, kepadatan mengacu pada jumlah penduduk atau pekerjaan yang tersedia di daerah tersebut, Lokasi aktifitas yang saling berhubungan berdekatan. 2. Aksesibilitas guna lahan land use accessibility, sejumlah tujuan potensial yang terbentang di sepanjang area cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya kepadatan penduduk dan angkatan kerja, mengurangi jarak perjalanan dan kebutuhan akan mobil pribadi. 3. Pilihan transportasi transportation choice, peningkatan kepadatan akan meningkatkan pilihan transportasi yang tersedia yang didasarkan oleh tingkat perekonomian. 4. Tata ruang yang baik akan menghasilkan model yang efisien.

2.8 Bangkitan dan Tarikan Pergerakan