2. Penentu yang berhubungan dengan kehidupan ekonomi. Dalam kehidupan ekonomi, peranan daya guna dan biaya sangat penting,
maka diadakan pengaturan tempat sekolah supaya lebih ekonomis, program lalita rekreasi yang ekonomis berhubung dengan pendapatan
perkapita, dan sebagainya. Pola tata guna lahan di daerah perkotaan yang diterapkan dalam teori jalur sepusat, teori sektor, dan teori pusat lipat
ganda dihubungkan dengan kehidupan ekonomi. 3. Kepentingan umum sebagai penentu.
Kepentingan umum yang menjadi penentu dalam tata guna lahan meliputi:
kesehatan, keamanan, moral, dan kesejahteraan umum termasuk keindahan, kenikmatan, dan sebagainya.
2.2 Sistem Transportasi
Menurut Papacostas 1987:33, transportasi didefinisikan sebagai suatu sistem yang memungkinkan orang atau barang dapat berpindah dari suatu tempat ke tempat
lain secara efisien dalam setiap waktu untuk mendukung aktivitas yang diperlukan oleh manusia. Sedangkan menurut Nasution 2004:97 transportasi sebagai
perpindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tujuan mengandung 3 tiga hal yakni a ada muatan yang diangkut, b tersedia kendaraan sebagai alat angkutan dan
c ada jalan yang dilalui. Menurut Miro, F 1997, sistem transportasi merupakan gabungan elemen-
elemen atau komponen-komponen yaitu prasarana jalan dan terminal, sarana
Universitas Sumatera Utara
kendaraan dan sistem pengoperasian yang mengkordinasikan komponen prasarana dan sarana. Ini berarti bahwa pengembangan sistem transportasi untuk mendukung
kelancaran mobilitas manusia antar tata guna lahan dalam memenuhi kebutuhan kehidupan ekonominya adalah mengembangkan salah satu komponen elemen
tersebut di atas atau bisa juga ketiganya secara bersamaan kalau keadaan memungkinkan, misalnya kalau ketersedian dana melimpah.
Menurut Tamin 1997:22-29, Sistem transportasi secara makro terdiri dari beberapa sistem mikro, yaitu; a sistem kegiatan; b sistem jaringan; c sistem
pergerakan; dan d sistem kelembagaan. Masing-masing sistem tersebut saling terkait satu sama lainnya. Sistem transportasi makro tersebut terlihat pada Gambar 2.1
Gambar 2.1 Sistem Transportasi Makro Sumber: Tamin, 1997:27
Dari Gambar 2.1 tersebut, dapat dijelaskan bahwa interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan akan menghasilkan suatu pergerakan manusia dan
barang dalam bentuk pergerakan kendaraan. Perubahan pada sistem kegiatan akan mempengaruhi sistem jaringan melalui suatu perubahan pada tingkat pelayanan
sistem pergerakan. Perubahan pada sistem jaringan akan mempengaruhi sistem
Sistem Kegiatan
Sistem Jaringan
Sistem Pergerakan
Universitas Sumatera Utara
kegiatan melalui peningkatan mobilitas dan aksessibilitas dari sistem pergerakan tersebut.
Sistem pergerakan
memegang peranan
yang penting
dalam mengakomodasikan permintaan akan pergerakan yang dengan sendirinya akan
mempengaruhi sistem kegiatan dan jaringan yang ada. Keseluruhan sistem tersebut diatur dalam suatu sistem kelembagaan.
2.2.1 Sistem kegiatan
Pada dasarnya transportasi kota adalah kegiatan yang menghubungkan antara tata guna lahan satu dengan yang lainnya dalam suatu kota. Dalam perencanaan kota,
perkembangan transportasi dan perkembangan kota tidak dapat diabaikan karena merupakan dua hal yang saling mendukung.
Berkembangnya tata guna lahan dalam suatu kota merupakan salah satu sebab meningkatnya kebutuhan akan transportasi. Sebaliknya kebutuhan transportasi yang
baik dan lancar akan mempercepat perkembangan tata guna lahan dalam suatu kota karena akan mempercepat pergerakan penduduk.
Tata guna lahan dalam suatu kota memiliki pola yang berbeda, yaitu menyebar misalnya permukiman, mengelompok perkotaan dan aktivitas tertentu
yang memiliki lokasi one off misalnya terminal, bandar udara. Berkaitan dengan transportasi, tata guna lahan tersebut menghasilkan bangkitan maupun tarikan lalu
lintas yang berbeda, tergantung pada jenis tata guna lahan dan intensitas kegiatan yang ada Black, 1981. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari beberapa aspek, antara
lain jumlah perjalanan, jenis jalan, maupun waktu perjalanan Tamin, 1997.
Universitas Sumatera Utara
Demikian juga kalau dikaitkan dengan jumlah perjalanan dari suatu terminal, sangat tergantung pada lokasi terminal tersebut. Jumlah perjalanan yang dihasilkan
tidak hanya ditentukan berdasarkan jumlah perjalan masing-masing individu, tetapi terkait dengan tingkat kepadatan, maka akan makin banyak jumlah individu yang
melakukan perjalanan Puskharev, 1977. Puskharev juga mengatakan bahwa jumlah perjalanan ditentukan oleh jarak antar tata guna lahan.
2.2.2 Sistem jaringan
Struktur tata ruang kota pada dasarnya dibentuk dari dua elemen utama, yaitu Link dan Node. Kedua elemen tersebut sekaligus merupakan elemen transportasi
Morlok, 1978, Link jalur adalah suatu garis yang melewati panjang tertentu dari suatu jalan, rel, atau rute kendaraan. Sedangkan Node akan membentuk suatu pola
jaringan jalan transportasi perkotaan secara garis besar dapat dibagi menjadi Morlok, 1978.
1. Grid. Adalah bentuk paling sederhana dari sistem jaringan. Sistem ini mampu mendistribusikan pergerakkan secara merata keseluruhan bagian
kota, dengan demikian pergerakkan secara merata keseluruh kota, dengan demikian pergerakkan tidak memusat pada beberapa fasilitas saja. Kota-
kota dengan sistem jaringan semacam ini umumnya memiliki topografi yang datar.
Universitas Sumatera Utara
2. Radial. Tipe ini akan memusatkan pergerakkan pada suatu lokasi, biasanya berupa pusat kota. Sistem radial biasanya dimiliki oleh suatu
kota dengan konsentrasi kegiatan pada pusat kota. 3. Circumferential. Tipe ini memisahkan lalu lintas dalam suatu kota,
dengan cara menyediakan jaringan jalan untuk lalu lintas menerus. Bentuk jaringan ini umumnya berupa jalan bebas hambatan.
4. Electic, adalah jaringan yang terbentuk karena perluasan kota. Sistem jaringan ini berfungsi untuk menghubungkan dua jaringan yang semula
terisolasi.
2.2.3 Sistem pergerakan
Untuk memenuhi kebutuhan manusia melakukan perjalan dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan memanfaatkan sistem jaringan transportasi dan sarana
transportasi. Hal ini menimbulkan pergerakan arus manusia, kendaraan dan barang. Pergerakan yang terjadi dalam suatu kota sebagian besar merupakan pergerakan rutin
dari tempat tinggal ke tempat kerja. Pergerakan ini akan membentuk suatu pola misalnya alat pergerakan, maksud perjalanan, pilihan moda dan pilihan rute tertentu.
Secara keruangan pergerakan dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu sebagai berikut:
1. Pergerakan internal, adalah pergerakan yang berlangsung suatu wilayah. Pergerakan tersebut merupakan perpindahan kendaraan atau orang antara
satu tempat lainnya dalam batas-batas wilayah tertentu.
Universitas Sumatera Utara
2. Pergerakan external, Adalah pergerakan dari luar wilayah menuju
wilayah tertentu atau sebaliknya. 3. Pergerakan Through, adalah pergerakan yang hanya melewati satu
wilayah tanpa berhenti pada wilayah tersebut. Pergerakan penduduk terbagi atas pergerakan dengan maksud berbelanja,
sekolah, bisnis dan keperluan sosial Saxena, 1989. Maksud pergerakkan akan menentukan tujuan pergerakan yang terbagi atas tujuan utama dan tujuan pilihan
Tamin, 1997. Maksud dari tujuan utama pergerakan adalah tujuan dari pergerakan rutin yang dilakukan oleh setiap orang setiap hari, umumnya berupa tempat kerja atau
tempat pendidikan sedangkan tujuan pilihan merupakan tujuan dari pergerakan yang tidak rutin dilakukan, misalnya ketempat rekreasi. Selain itu pergerakan akan
mengikuti pola waktu. Pada waktu tertentu, pergerakan akan menyentuh jam sibuk peak hours karena volume pergerakan akan tinggi, yaitu pada pagi hari dan sore
hari.
2.3 Tingkat Pelayanan