68
11. responden kebanyakan berasal dari latar belakang pendidikan yang rendah. Para petani umumnya berpendidikan rendah. Dimana kebanyakan
mereka hanya tamat Sekolah Dasar. Hal ini yang dimungkinkan menjadikan pola pikir mereka menjadi sederhana. Tingkat pendidikan yang rendah
ditunjukkan dengan lamanya waktu menempuh pendidikan yang sangat singkat yaitu hanya 6 tahun saja. Pendidikan yang rendah dikarenakan
rendahnya perekonomian keluarga pada saat itu, sehingga keterbatasan pendidikan menjadi alasan mereka untuk menjadi seorang petani.
Kesimpulan yang dapat diambil dari pernyataan tersebut adalah sulitnya perekonomian pada saat itu membuat para petani tidak mampu
menempuh pendidikan yang tinggi. Tuntutan untuk membiayai hidup lebih besar dari pada mencapai pendidikan yang tinggi. Pengalaman tentang
bertani yang menjadi modal utama para petani. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin tinggi pula pengetahuan serta pengalaman
yang dimiliki, sehingga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan.
4.2.4. Pekerjaan Pokok Petani
Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pekerjaan pokok petani cabai merah keriting di Desa Ketep adalah sebagai berikut:
69
Tabel 4.9
Pekerjaan Pokok Petani Pada Usahatani Cabai Merah Keriting Di Desa Ketep
No Dusun ∑
Pekerjaan Pokok Petani WirausahaBuruh
lainnya 1 Ketep
20 18
2 2 Dadapan
20 20
- 3 Gondangsari
20 17
3 4 Gintung
20 20
- 5 Puluhan
20 17
3 100
92 8 Sumber: Data Primer diolah, 2010
Berdasarkan data tabel 4.9, dapat diketahui bahwa petani mempunyai pekerjaan pokok sebagai petani dalam arti mereka memang fokus pada
usahatani cabai merah keriting sebesar 92. Sedangkan yang mempunyai pekerjaan pokok sebagai wirausahaburuhlainnya dalam arti usahatani cabai
merah keriting sebagai usaha sampingan sebesar 8. Hal ini menunjukkan pekerjaan pokok petani pada usahatani cabai merah keriting yaitu sebagai
petani. Hal tersebut akan berpengaruh terhadap hasil produksi usahatani mereka. Mereka mendapatkan ilmu tentang bertani dan lahan garapan
umumnya secara turun temurun.
4.2.5. Daerah Pemasaran
Penjualan hasil panen cabai merah keriting dilakukan di rumah dan pasar. Hasil panen biasanya dibeli oleh pedagang. Informasi dan penentu
harga jual adalah pedagang. Kelemahan petani adalah belum bisa menentukan harga jual sehingga hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan
modal yang digunakan untuk usahatani cabai merah keriting. Sedangkan
70
daerah pemasaran yang di maksud dalam hal ini adalah daerah dimana hasil panen cabai merah keriting dijual kepada konsumen.
Cabai merah keriting dipasarkan sesuai dengan pesanan dan kebutuhan pasar. Pemasaran cabai merah keriting untuk kebutuhan pasar dilakukan
secara rutin sedangkan pemasaran hasil panen cabai merah keriting ke luar provinsi menunggu pesanan dan tidak secara rutin dilakukan ke daerah-
daerah yang dituju tersebut. Adakalanya petani tidak mampu memenuhi pesanan yang dibutuhkan dikarenakan produksi cabai merah keriting yang
dihasilkan tidak menentu. Berdasarkan hasil penelitian dapat diterangkan bahwa daerah
pemasaran pada usahatani cabai merah keriting di Desa Ketep kabupaten Magelang sebagai berikut:
Tabel 4.10
Daerah Pemasaran Pada Usahatani Cabai Merah Keriting di Desa Ketep
No. Desa
∑
Daerah Pemasaran Luar
Provinsi Luar
Kabupaten Lokal
1. Desa Ketep
100 40
51 9
100 40
51 9
Sumber: Data Primer diolah, 2010 Dari tabel 4.10 dapat diketahui bahwa daerah pemasaran hasil panen
cabai merah keriting 51 dipasarkan ke luar kabupaten. Sedangkan 9 hasil panen cabai merah keriting. Dalam hal pemasaran tidak terdapat hambatan
dalam perkembangan usahatani karena mereka mempunyai pasar yang tetap yaitu di pasar Soka dan Talun. Saluran pemasaran cabai merah keriting di
Desa Ketep dapat digambarkan sebagai berikut:
71
Gambar 4.4 : Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting
di Desa Ketep
4.3. Hasil Penelitian