Wacana Pembuka TRACER STUDY

3

A. Wacana Pembuka

Mimpi dan imajinasi dengan bahasa memiliki kekuatan yang luar biasa untuk mewujudkan satu cita-cita mulia seorang manusia. Mimpi masyarakat Indonesia untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar baik di tingkat nasional maupun internasional mungkin dapat terjadi. Hal ini selaras dengan pemikiran para ahli bahasa beberapa tahun yang lalu bahwa bahasa Indonesia memiliki peluang menjadi bahasa Internsional serasa mustahil. Namun demikian, semua itu bukan tidak mungkin dapat terjadi. Tulisan ini terinspirasi dari tulisan pakar linguistik Unika Atma Jaya Jakarta, Prof. Soenjono Dardjowidjojo, Ph.D. yang berjudul “Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Internasional?” yang dimuat pada buku Menabur Benih Menuai Kasih. Membaca tulisan tersebut, muncul pertanyaan kritis, mengapa generasi muda kita enggan menggunakan bahasa Indonesia? Ada apa dan mengapa bahasa Indonesia? Siapa yang salah? Pada hal banyak penutur asing yang berbondong-bondong ke Indonesia untuk belajar bahasa Indonesia. Merujuk pemikiran tersebut, apa ada yang salah materi ajar bahasa Indonesia, baik untuk penutur asli mapun penutur asing? Penulis berpikir tidak perlu saling menunjuk siapa yang salah? Yang perlu dipikirkan adalah bagaimana menumbuhkembangkan materi ajar dan penguasaan bahasa Indonesia tersebut bagi para generasi muda di Indonesia khususnya dan dunin Internasional pada umumnya. Berdasarkan tulisan Soenjono 2004:65 bahwa bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan memiliki kesempatan lebar untuk menjadi bahasa Internasional karena a cukup banyak tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri, yang tentunya menyebarkan bahasa nasional kita, b cukup banyak negara asing yang mengajarkan bahasa Indonesia, dan c cukup banyak pelajar kita yang belajar di negara-negara asing. Menurut Warouw 1999, ketiga faktor ini mendukung bahasa kita untuk menjadi bahasa Internasional. Mantan Kepala pusat Bahasa, Dendy Sugono, juga optimis bahwa bahasa nasional kita akan dapat menjadi bahasa Internasional dengan alasan natara lain, bahwa ada 40 negara yang memiliki universitas dan sekolah yang mengajarkan bahasa Indonesia Sugono, 2003ª dan 2003b. Dengan demikian, bahasa nasional kita telah masuk ke dalam “pasar bebas” dalam era globalisasi. Hal ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia tidak dapat dipandang sebelah mata oleh siapa pun dalam interaksi di dunia nasional maupun internasonal. Untuk mendukung pemikiran optimis di atas, bahwa dalam pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia, kita memiliki dua landasan yang fundamental. Pertama, ikrar butir ketiga Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, bahwa “Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa 4 Indonesia”. Dengan kategori “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”, terkandung makna bahwa bahasa daerah termasuk bahasa Jawa memiliki hak hidup yang sama dengan bahasa Indonesia. Kedua, penjelasan pasal 36 UUD 1945 menyatakan bahwa “Di daerah-daerah yang mempunyai bahasa sendiri yang dipelihra oleh rakyatnya dengan baik-baik misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, dll., bahasa-bahasa itu akan dihormati dan dipelihara juga oleh negara. Pernyataan bahwa bahasa-bahasa daerah yang memenuhi kriteria yang bersangkutan secara sah memiliki hak hidup untuk digunakan oleh para penuturnya. Sesuai dengan landasan tersebut, bahasa Jawa sebagai bahasa daerah di Indonesia yang terbanyak penuturnya memiliki hak sepenuhnya untuk dihormati dan dipelihara oleh negara. Oleh karena itu, perlu dipikirkan upaya pembinaan dan pengembangan bahasa dan sastra Indonesia di era teknologi dan informasi yang semakin memprihatinkan perkembangannya. Dengan demikian, bahasa Indonesia akan dapat dikembangkan oleh pemakainya melalui jejaring nasional dan interasional melalui media cetak dan elektronik. Hal ini dapat menunjang eksistensi bahasa Indonesia di berbagai ranah kehidupan, baik pendidikan, pemerintahan, perdagangan politik, dan budaya. Merujuk beberapa pemikiran dan landasan filosofis yang mendasar di atas, maka perlu dipikirkan upaya penting bagaimana untuk mengembangkan dan melestarikan materi pembelajaran dan penguasan bahasa Indonesia di tingkat nasional dan internasional yang berbasis budaya melalui media cetak dan elektronik. Oleh karena itu, dalam tulisan ini saya ingin mengulas peran media massa, dosen, dan guru dalam memantapkan materi pembelajaran dan penguasaan bahasa Indonesia berbasis budaya sebagai wahana pemersatu bangsa dan negara dalam rangka peningkatan kerja sama pendidikan dan hubungan internasional di kawasan Asia.

B. Metode Penelitian