3
sama agar dapat mengakomodasi kondisi seperti ini. Hal yang lebih penting bahwa kompetensi lulusan dari program studi di mana pun harus memiliki kompetensi yang relatif
sama. Dengan demikian perlu ada standar kelulusan secara nasional. Walaupun dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Pasal 51 ayat 2 yang mengatur bahwa pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, dan evaluasi yang transparan.
Namun pada kenyataannya perlu adanya kesepahaman di antara JurusanProgram Studi dalam mengelola jurusan dan program studi. Oleh karena itu perlu adanya standar mutu
yang menjadi acuan pengelolaan JurusanProgram Studi. Asosiasi JurusanProgram Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia AJPBSI
adalah forum komunikasi para pengurus JurusanProgram Studi bersifat independen bertujuan untuk 1 menghimpun dan menyalurkan aspirasi dan kreativitas Pengelola
JurusanProgram Studi Pendidikan Bahasa Indonesia dalam bidang pembinaan, pengembangan, penelitian, dan pembelajaran bahasa Indonesia; 2 mengembangkan
model pembelajaran, kurikulum, bahan ajar, dan media pembelajaran dalam bidang bahasa Indonesia; dan 3 meningkatkan kinerja JurusanProgram Studi Pendidikan Bahasa
Indonesia agar dapat menghasilkan calon guru Bahasa Indonesia yang profesional.
B. Peran AJPBSI dalam Pengembangan Kurikulum Program Studi
Guru bahasa Indonesia layaknya guru yang lain dihasilkan oleh LPTK. Bila kita mengharapkan guru bahasa Indonesia masa depan yang mampu mewarnai pendidikan
bangsa Indonesia dalam rangka menuju 100 tahun kemerdekaan Indonesia sebagai bangsa yang memiliki kekuatan SDM yang potensial dan profesional. Kualitas guru sangat
ditentukan oleh kualitas pengelolaan jurusanprogram studi yang menghasilkan guru.
4
Unsur proses pembelajaran yang baik dalam beberapa hal, yaitu: 1 organisasi perguruan tinggi yang sehat; 2 pengelolaan perguruan tinggi yang transparan dan
akuntabel; 3 ketersediaan rancangan pembelajaran perguruan tinggi dalam bentuk dokumen kurikulum yang jelas dan sesuai kebutuhan pasar kerja; 4 kemampuan dan
keterampilan SDM akademik dan nonakademik yang andal dan profesional; 5 ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas belajar yang memadai. Salah satu unsur yang memberikan
arah dalam proses pembelajaran adalah kurikulum. Menurut SK Mendiknas No. 232U2000
tersebut bahwa ”Kurikulum pendidikan tinggi adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta cara penyampaian dan penilaian yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar-mengajar di perguruan
tinggi.” Dalam PP 19 tahun 2005 pasal 19 ayat 1 menyebutkan : 3 Kerangka dasar dan
struktur kurikulum pendidikan tinggi dikembangkan oleh perguruan tinggi yang bersangkutan untuk setiap program studi. 4 Kurikulum tingkat satuan pendidikan dan
kedalaman muatan kurikulum pendidikan tinggi diatur oleh perguruan tinggi masing-masing. Dengan demikian setiap perguruan tinggi mempunyai otonomi dalam mengembangkan
kurikulum yang mencirikan keunggulan perguruan tingginya. Hal ini akan terjadi keragaman kualitas lulusan dari yang unggul sampai yang berkualitas rendah. Tentu ini dapat membawa
dampak yang kurang baik dalam pendidikan bahasa Indonesia yaitu perguruan tinggi akan menetapkan kedalaman dan keluasan subtansi kajian masing-masing.
Walaupun perguruan tinggi memiliki otonomi dalam mengembangkan kurikulum, hematnya perlu adanya acuan yang dapat dijadikan pedoman. Celah tersebut sangat
dimungkinkan dengan adanya Kepmendiknas No. 45U2002, yaitu kompetensi utama
5
merupakan kesepakatan progran studi sejenis atau dengan kata lain merupakan kesepakatan asosiasi keilmuan sejenis seperti gambar di bawah ini.
PROFIL LULUSAN
KLASIFIKASI KOMPETENSI PENCIRI PROGRAM STUDI
PENCIRI LEMBAGA INSTITUSI
KOMPETENSI UTAMA
KOMPETENSI PENDUKUNG
KOMPETENSI LAINNYA
1. 2.