Bagaimana Materi Ajar BIPA Berbasis Komunitas Dikembangkan?

5 dunia sebanyak 4.463.950 orang, data Kemenlu tahun 2011, Kompas.com 28 Oktober 2012. E. Bagaimana Materi Ajar BIPA Berbasis Komunitas Dikembangkan? ASEAN Vision 2020 dan the Hanoi Plan of Action on the Mission of the ASEAN Foundation memaparkan The ASEAN Vision 2020, bahwa “ ASEAN as a concert of Southeast Asian nations, outward looking, living in peace, stability and prosperity, bonded together in partnership in dynamic development and in a community of caring societies ”. Furthermore, the ASEAN Vision 2020 “ envision the entire Southeast Asia to be, by 2020, an ASEAN community conscious of ties of its history, aware of its cultural heritage and bound by a common regional identity ”. Visi inilah yang sepantasnya mendasari penyusunan materi ajar BIPA yang sejauh ini pada umumnya hanya berpijak pada konteks bahasa dan budaya Indonesia. Pembelajaran BIPA berbasis komunitas ASEAN diharapkan mampu menciptakan rasa kebersamaan dan kepedulian yang di dalamnya terdapat spirit Komunitas ASEAN. BIPA dapat disusun dengan mempertimbangkan beberapa hal berikut. a Menyiapkan adanya perbandingan lafal bahasa Indonesia dengan bahasa Melayu dan bahasa-bahasa Filipino, Myanmar, Laos, Thai, Khmer, Vietnam. Berikutnya dapat disertakan juga bahasa Tok Pisin. Ketika komunitas diperluas ke East Asia , bahasa Cina, Jepang, dan Korea juga disertakan. b Analisis kontrastif struktur kalimat secara sederhana disertakan, jika ada, antara bahasa Indonesia dengan bahasa-bahasa Filipino, Myanmar, Laos, Thai, Khmer, dan Vietnam agar pembelajar dari negara-negara tersebut memahami perbedaan struktur bahasa Indonesia dan bahasa nasional mereka; c Ketika tiap negara ASEAN menyiapkan bahasa nasionalnya sebagai bahasa asing, perlu dilakukan pemeringkatan bahasa yang sama, misalnya mengembangkan pemeringkatan kemahiran berbahasa seperti yang diterapkan di Uni Eropa yaitu Common European Framework of References for Languages CEFRL 4 , lengkap dengan Paspor Bahasa dan Portofolio wajib ada sebab keduanya merupakan bukti otentik kemahiran berbahasa. CEFRL membagi pemeringkatan menjadi enam peringkat, yaitu A1, A2 basic user , B1, B2 independent user , dan C1, C2 proficient user http:www.coe.inttdg4 linguistic cadre1_en.asp. Untuk pemeringkatan CEFRL agak rinci dapat merujuk Monash University 4 6 http:artsonline.monash.edu.aulanguage-frameworkindonesian , yang membagi pering- kat antara, yaitu A1, A1+, A2, A2+, B1, B1+, C1, C1+, C2. Petunjuk penyesuaian dapat merujuk kepada Reference Level Descriptions for National and Regional Langauges RLD: Guide for the Production of RLD , Version 2, November 2005 yang ditetapkan oleh Language Policy Division , DG IV- Council of Europe , Strasbourg. Selain itu, American Council on the Teaching of Foreign Languages ACTFL, www.actfl.org juga membagi pemeringkatan yang amat rinci bagi keterampilan berbicara [ Interpersonal interactive, two-way communication atau Presentational one- way, non-interactive ] , menulis, menyimak, dan membaca, yaitu Distinguished, Superior, Advanced High, Mid, Low , Intermediate High, Mid, Low , dan Novice High, Mid, Low . Pemeringkatan kemahiran berbahasa dapat dilakukan secara global dan atau rinci, atau disesuaikan bagi tuntutan profesi bidang tertentu diplomat, bisnis: perbankan, kedokteran, dll., atau jenjang pendidikan yang disesuaikan dengan standar Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia KKNI. Pemeringkatan kemahiran berbahasa berkemungkinan berbeda dari negara-negara ASEAN, namun perlu ada ekivalensi dari pemeringkatan sekian negara agar terdapat rujukan yang sama. Baku mutu dilakukan dengan merujuk pemeringkatan standar internasional yang diakui dalam bidang language testing . Dengan pemeringkatan bahasa yang disepakati bersama, tingkat kemahiran berbahasa bagi keperluan tuntutan kerja bahasa untuk keperluan khusus antarnegara dapat ditentukan. Hal yang perlu diingat dalam pembelajaran di kelas adalah, jika pemeringkatan dibuat sedemikian rinci seperti dalam ACTFL, berkemungkiann akan menyulitkan pembelajaran jika kelas tersebut kelas kecil. ACTFL hanya akan efektif bagi kursus bahasa dengan banyak peserta dan pengelompokan dilakukan dengan tes penempatan agar kelas homogen dapat diadakan. Jika tidak, kelas kecil dapat dikelola dengan CEFRL atau CEFRL yang dikembangkan Monash University, namun perbedaan individu perlu mendapatkan perhatian. d Aspek budaya dapat disampaikan dengan mencari persamaan nilai-nilai yang senada antara satu negara dan negara lainnya dalam lingkup komunitas ASEAN agar dapat terbangun ikatan emosi dalam spirit ASEAN. Materi yang dapat disajikan: tradisi, cerita 7 rakyat, kuliner, novel, film tema klasik hingga kontemporer, musik dan lagu tradisonal dan kontemporer. SEAMEO Project Exemplar in Southeast Asia diunduh dari http:www.seameo.org dapat menjadi referensi yang amat tepat dan bermanfaat. e ASEAN memiliki ASEAN Centre 5 http:www.seameo.org . CHAT- Centre for History and Tradition dapat memperkaya khazanah tradisi dan sejarah negara-negara ASEAN. QITEP- Centre for Quality Improvement of Teachers and Education Personnel in Language mendukung dengan penelitian-penelitian bahasa asing dan pembelajarannya. RIHED- Centre for Higher Education and Development mendukung kebutuhan kebijakan dan perencanaan, administrasi dan manajemen pendidikan tinggi. SEAMOLEC- Open Learning Centre dapat mendukung pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi komunikasi bagi upaya pembelajaran jarak jauh. Akan sangat bagus jika mahasiswa asing yang akan belajar BIPA di Indonesia dapat belajar sendiri sebelum mereka datang ke Indonesia agar mereka dapat menyesuaikan diri dengan cepat ketika mereka mulai pembelajaran secara formal di kelas. Permasalahannya adalah, apakah institusi kebahasaan telah menyiapkan program pembelajaran Bahasa Indonesia untuk penutur asing secara memadai? F. Siapa yang Berperan dalam Pengembangan Program BIPA?