7 datang. Pertanyaan itu diajukan mengingat adanya kenyataan yang menunjukkan
bahwa bahasa Jawa dewasa ini tidak sama dengan bahasa Jawa zaman dulu. Bahasa Jawa pada waktu yang akan datang akan berbeda dengan bahasa Jawa dewasa ini.
Gejala-gejala yang akan mengarah ke kenyataan itu sudah terlihat pada saat ini, baik dari sikap generasi muda terhadap bahasa Jawa maupun dari aspek kebahasaan
sendiri yang selalu mengalami perubahan. Hal itu menggambarkan sikap generasi muda terhadap bahasa Jawa dengan sikap yang berbeda-beda antara yang seorang
dengan orang lain.
Bahasa Jawa sebagai bahasa yang masih hidup tidak dapat menghindarkan diri dari tuntutan perkembangan masyarakat pemakainya. Perkembangan bahasa
Jawa telah terjadi sepanjang masa, dapat dibuktikan dengan terdapatnya perbedaan antara bahasa Jawa zaman dulu dengan bahasa Jawa dewasa ini. Perbedaan itu
telah menimbulkan pertentangan antara mereka yang ingin mempertahankan bahasa Jawa seperti keadaan semula, dan generasi muda yang ingin agar bahasa
Jawa dapat berkembang sesuai perkembangan zaman. Hal ini senada dengan, apa yang disampaikan Aldi Firahman Solopos, 22 Juli 2007 bahwa strategi bahasa
agar tidak ditinggalkan oleh pemakainya, yaitu bahasa haruslah tetap terbuka dan dinamis bagi perkembangan zaman, tak terkecuali bagi bahasa Jawa.
D. Peran Media Massa, Guru, dan Dosen dalam Memantapkan Peran
Bahasa Indonesia
Guru dan dosen adalah pendidik profesional di ranah pendidikan dasar, menengah, dan perguruan tinggi. Secara umum pelajar dan mahasiswa di berbagai
instiusi pendidikan terdiri atas latar belakang yang beragam, baik wilayah, sosial, ekonomi, dan latar pendidikan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, guru dan dosen
yang profesional memiliki kesempatan luas untuk menyebarluaskan dan memantapkan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan
dan tulis. Hal ini didukung juga oleh pemikiran Crystal 1997:24; Soenjono 2004:65 bahwa suatu bahasa, dalam hal ini adalah bahasa Inggris dapat menjadi
bahasa Internasional karena dua faktor: a geographical-historical, dan b socio- cultural
. Dua pemikiran tersebut dikembangkan menjadi lima faktor, yakni: 1 struktur dan bobot internal bahasa yang bersangkutan, 2 jumlah pemakai, 3
penyebaran geografis, 4 dominasi kekuasaan, politik, dan ekonomi, dan 5 wahana komunikasi dalam bidang keilmuan dan diplomasi. Dampak lain yanag
muncul akibat kelima faktor tersebut di atas adalah pengaruh kehidupan sosial dan budaya. Berpijak pada pemikiran di atas, tentunya bahasa Indonesia juga memiliki
peluang lebar untuk menjadi bahasaa pilihan khusunya bagi masyarakat Indonesia dan internasional.
8 Untuk mewujudkan pemakaian bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat
dilakukan berbagai upaya strategis dalam pengajaran bahasa Indonesia. Salah satunya adalah dosen bahasa dan sastra Indonesia di perguruan tinggi Rohmadi,
2008. Peluang pengembangan bahasa Indonesia semakin terbuka lebar di perguruan tinggi karena dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Jendral
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 43DIKTIKep.2006 tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian MPK di perguruan tinggi, yakni Bahasa Indonesia, Pendidikan Agama, dan Pendidikan Kewarganegaraan. Merujuk pada SK tersebut
Bahasa Indonesia harus diajarkan di semua program studi baik D-3 dan S-1 sebagai mata kuliah pengembangan kepribadian. Dengan demikian, semakin lebar peluang
untuk mengembangkan bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis untuk semua mahasiswa yang berlatar belakang geografis berbeda-beda Rahayu, 2007:3.
Dosen bahasa dan sastra Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pilar teladan berbahasa melalui pembelajaran bahasa Indonesia yang berbasis
active learning bagi para mahasiswa di semua program studi. Bahasa lisan dapat
diajarkan melalui berbagai aktivitas keterampilan berbicara baik langsung mapun tidak langsung di berbagai ranah dan kontek pembicaraan. Misalnya, diskusi
ilmiah, seminar ilmiah, dan mempresentasikan berbagai tugas tersetruktur dari dosen. Secara tertulis pengembangan pemakaian berbahasa dapat dilakukan melalui
karya tulis mahasiswa yang berwujud makalah, ringkasan, ikhtisar buku, dan bahkan kajian-kajian kritis sebagai bahan diskusi. Karya-karya mahasiswa tersebut
juga dapat dilakukan memlaui program kreativitas mahasiswa yang diadakan oleh DIKTI baik PKMPPKMMPKMTPKMK dan KKTM. Berbagai upaya dapat
dilakukan oleh dosen dalam keterampilan berbahasa lisan melalui prabicara, terampil berbicara, dan evaluasi berbicara. Sementara itu, untuk keterampilan
menulis efektif dapat dipantau melalui pramenulis, menulis, editing, dan publikasi ilmiah.
Berbagai upaya strategis pembinaan dan pengembangan tersebut dapat dilakukan ketiaka dosen mengajar MPK Bahasa Indonesia dengan hati dan
keikhlasan. Artinya sering ada dosen yang mengajara mata kuliah MPK tidak sepenuh hati karena menganggap mahasiswa sudah mendapatkan materi bahasa
Indonesia sejak pendidika TK s.d. SMA. Akan tetapi seorang dosen harus mengajar dengan sepenuh hati dan profesional maka akan terwujudlah impian
strategis bahawa bahasa Indonesia dapat bersaing sebagai bahasa nasional dan internasional. Dengan demikian para generasi muda akan senantiasa
mengembangkan dan melestarikan bahasa Indonesia sebagai pilar teladan berbahasa bagi masyarakat Indonesia. Apabila semua renstra pengembangan dan
pemantapan materi ajar berbasis budaya tersbut berjalan dengan baik, saya yakin
9 Bahasa Indonesia akan berkibar dan memiliki eksistensi di dunia Internasional.
Oleh karena itu, menjadi tugas dan tanggung jawab bersama untuk mewujudkan cita-cita tersebut, khususnya bagi generasi muda dan wisatawan asing yang
mengais rezeki dan pendidikan di Indonesia.
E. Guru dan Dosen sebagai Pilar Teladan Berbahasa dalam Ranah