Pemilihan Materi Bahan Ajar

7 Untuk mencapai tujuan yang maksimal, pengajaran bahasa Indonesia untuk mahasiswa asing perlu mempertimbangkan: 1 materi pengajaran, 2 tujuan pengajaran, 3 pengajar, 4 metode pengajaran, dan 5 evaluasi. Materi pengajaran merupakan hal yang sangat penting. Materi yang dipilih harus dapat mengarahkan mahasiswa untuk terampil berbahasa. Materi yang harus diberikan mencakup kebahasaan dan aspek sosial budaya masyarakat Indonesia. Tujuan pengajaran bahasa Indonesia untuk mahasiswa asing sebagaimana telah disebutkan adalah menyimak dan membaca serta berbicara dan menulis. Tujuan jangka pendek dapat menitikberatkan penggunaan bahasa Indonesia untuk keperluan sosialisasi dengan lingkungan kelas, sedangkan tujuan jangka panjang dapat menjangkau penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik lisan maupun tulisan. Tentu saja tujuan ini harus dimanifestasikan dalam bahan ajar. Metode pengajaran memiliki peran yang besar dalam keberhasilan mahasiswa. Oleh sebab itu, sebagai pengajar harus dapat memilih metode yang tepat. Banyak metode yang ditawarkan, tetapi dewasa ini yang patut dipertimbangkan adalah metode komunikatif sehingga mahasiswa memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan kompetensi kebahasaannya. Aspek yang dipentingkan dalam metode ini adalah kemampuan competence kebahasaan dan penampilan performance bahasa. Pengajar tidak hanya memiliki kemampuan, penampilan, dan sikap bahasa yang baik, tetapi juga harus memiliki pengetahuan pendidikan yang baik pula. Di samping itu, seorang pengajar sebaiknya memiliki kendali emosi, matang dalam kepribadian, memahami kondisi psikologis mahasiswa, fleksibel, inovatif, dan tentu akan lebih baik memiliki rasa humor untuk menghindari kebosanan belajar. Hal lain, yang tidak dapat diabaikan, adalah evaluasi. Melalui evaluasi dapat diketahui materi yang sudah dikuasai mahasiswa dan penentuan langkah selanjutnya. Oleh sebab itu, model evaluasi harus mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

4. Pemilihan Materi Bahan Ajar

8 Sebagaimana telah disinggung di muka, materi buku ajar mencakup dua aspek, yaitu kebahasaan dan nonkebahasaan. Materi kebahasaan yang utama adalah struktur dan kosakata. Struktur meliputi fonologi, morfologi, dan sintaksis. Bidang fonologi mencakup fonetik dan fonemik. Kedua aspek fonologi ini dapat dituangkan melalui pengenalan tata bunyi bahasa Indonesia mengingat mahasiswa kelas pemula belum semuanya mengenal bahasa Indonesia, bahkan ada yang pertama kali mengenalnya. Misalnya, pengenalan tersebut dilakukan dengan membandingkan bunyi-bunyi bahasa Indonesia dengan bahasa ibunya bahasa Mandarin. Wujud lain, pengenalan bunyi dapat berupa latihan drill melalui kata-kata yang mengandung bunyi tertentu. Misalnya, penutur bahasa Cina berlatih bunyi getar [r] dan lateral [l], nasal dental [n], dan nasal velar [n]. Bidang morfologi menyangkut bentuk kata. Bentuk kata meliputi kata dasar, berimbuhan, berulang, dan majemuk. Pemberian materi bentuk kata hendaknya berjenjang, tidak sekaligus diberikan. Maksudnya, pada awal-awal pelajaran mahasiswa diperkenalkan pada kata-kata dasar Indonesia. Sebagai contoh, berangkat. Kata tersebut bersinonim dengan pergi. Jika dibandingkan, kata berangkat lebih kompleks daripada pergi karena kata berangkat berasal dari dua morfem ber- dan angkat. Pengenalan imbuhan pun sebaiknya berjenjang. Dalam hierarki gramatika, yang lebih dulu disebut adalah awalan aktif meN-, selanjutnya ber-, di-, ter-, akhiran, dan imbuhan gabung. Supaya tidak membingungkan mahasiswa, penyusun bahan ajar harus sedapat mungkin menghindari penumpukan kata berimbuhan yang berbeda dalam satu teks. Sudah barang tentu, selain hal tersebut menyulitkan mahasiswa, juga menyulitkan pengajar, harus dari mana dulu menerangkan hal itu. Di samping itu, tidak mengherankan pada pelajaran selanjutnya bentuk yang sama akan muncul kembali sehingga terjadi pengulangan pembahasan. Hal lain yang harus mendapat perhatian adalah penjelasan. Karena buku ajar pada umumnya diperuntukkan bagi mahasiswa, tentu penjelasannya pun seyogianya dalam bahasa Indonesia yang sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Adakalanya buku ajar yang tersedia memuat perintah yang bahasanya sulit 9 dimengerti oleh mahasiswa karena memang tidak seimbang dengan kemampuan kebahasaan mahasiswa. Berkaitan dengan sintaksis, sebelum mahasiswa diperkenalkan pada kalimat, terlebih dahulu diperkenalkan pada frasa dan klausa. Pengenalan kalimat pun harus berjenjang, dimulai dari kalimat tunggal sampai kalimat kompleks. Bidang lain yang tidak kalah penting adalah kosakata. Kosakata dapat menjadi parameter penguasaan bahasa seseorang. Untuk itu, pengajarannya pun memerlukan pertimbangan integratif. Oleh sebab itu, pengajaran kosakata harus mempertimbangkan tingkat mahasiswa: tingkat pemula, tingkat media, dan tingkat lanjut. Di samping itu, penentuan kosakata yang akan diajarkan perlu mempertimbangkan kriteria, di antaranya 1 frekuensi pemakaian, 2 tingkat kesukaran, dan 3 kegunaan Notion, 1986:1; lihat pula Pateda, 1995: 216-217.

5. Penutup