Area Traffic Control System ATCS

13 memindai gambar dan fungsi public announcer pada suatu lokasi yang terpasang kamera dan speaker yang terkoneksi didalam jaringan lokal Local Area Network. 5. Pengaturan waktu siklus ditentukan pada workstationtraffic client yang berisikan aplikasi traffic client yang digunakan untuk mengatur data persimpangan dan mengendalikan simpang yang terkoneksi didalam jaringan lokal Local Area Network. 6. Setelah melewati beberapa tahap, pergerakan dari beberapa simpang yang sudah terkoneksi di dalam jaringan lokal Local Area Network dapat dilihat pada suatu wall display yang terdiri dari beberapa monitor multi-monitor.

2.7 Waktu Antar Hijau dan Waktu Hilang

2.7.1 Waktu Antar Hijau

Waktu antar hijau adalah waktu antara berakhirnya hijau dengan berawalnya hijau fase berikutnya Alamsyah, 2005. Maksud dari periode antar hijau diantara dua fase yang berurutan adalah untuk: a. Memperingati lalu lintas yang sedang bergerak bahwa fase telah berakhir. b. Menjamin agar kendaraan yang terakhir pada fase hijau yang baru saja diakhiri memperoleh waktu cukup untuk keluar dari daerah konflik sebelum kendaraan pertama dari fase berikutnya memasuki daerah yang sama. Untuk analisa operasional dan perenanaan, disarankan untuk membuat suatu perhitungan rinci dari waktu pengosongan merah semua dan waktu hilang total. Pada analisa yang dilakukan untuk keperluan perancangan, waktu antar hijau kuning+merah semua dapat dianggap sebagai nilai-nilai normal. Untuk nilai normal waktu antar hijau dapat dilihat pada Tabel 2.1. 14 Tabel 2.1 Nilai normal waktu antar hijau Ukuran simpang Lebar jalan rata-rata Nilai normal waktu antar hijau Kecil 6-9 m 4 detikfase Sedang 10-14 m 5 detikfase Besar ≥ 15 m ≥ 6 detikfase Sumber : Departemen P.U, 1997

2.7.2 Waktu Hilang

Waktu hilang adalah jumlah semua periode antar hijau dalam siklus yang lengkap detik. Waktu hilang dapat diperoleh dari beda antara waktu siklus dengan jumlah waktu hijau dalam semua fase yang berurutan Departemen P.U., 1997. Prosedur untuk perhitungan rinci: Waktu merah semua yang diperlukan untuk pengosongan pada akhir setiap fase harus memberi kesempatan bagi kendaraan terakhir melewati garis henti pada akhir sinyal kuning, berangkat dari titik konflik sebelum kedatangan kendaraan yang datang pertama dari fase berikutnya pada titik yang sama. Jadi merah semua merupakan fungsi kecepatan dan jarak dari kendaraan yang berangkat dan yang datang dari garis henti sampai ketitik konflik, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Titik konflik dan jarak untuk keberangkatan dan kedatangan Sumber : Departemen P.U, 1997 15 Titik konflik kritis pada masing-masing fase i adalah titik yang menghasilkan waktu merah semua sebesar: MERAH SEMUA 2.1 Dimana : L EV , L AV : Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk kendaraan yang berangkat dan datang m l EV : Panjang kendaraan yang berangkat m V EV , V AV : Kecepatan konflik masing-masing untuk kendaraan yang berangkat dan datang mdet Nilai-nilai yang dipilih untuk V EV , V AV dan l EV tergantung dari komposisi lalu lintas dan kondisi kecepatan pada lokasi . Nilai-nilai sementara berikut dapat dipilih dengan ketiadaan aturan di Indonesia akan hal ini. Kecepatan kendaraan yang datang V AV : 10 mdtk kendaraan bermotor Kecepatan kendaraan yang berangkat V EV : 10 mdtk kendaraan bermotor : 3 mdtk kendaraan tak bermotor : 1,2 mdtk pejalan kaki Panjang kendaraan yang berangkat l EV : 5 m LV atau HV : 2 m MC atau UM Perhitungan dilakukan untuk semua gerak lalu lintas yang bersinyal tidak termasuk belok kiri jalan terus. Apabila periode merah semua untuk masing- masing akhir fase telah ditetapkan, waktu hilang LTI untuk simpang dapat dihitung sebagai jumlah dari waktu-waktu antar hijau : LTI = Σ MERAH SEMUA + KUNING I = ΣIGi 2.2 Panjang waktu kuning pada sinyal lalu lintas perkotaan di Indonesia biasanya adalah 3,0 detik Departemen P.U., 1997.

2.8 Fase Sinyal

Fase sinyal adalah bagian dari siklus sinyal dengan lampu hijau disesuaikan bagi kombinasi tertentu dari gerakan lalu lintas Alamsyah, 2005. Untuk merencanakan fase sinyal silakukan berbagai alternatif antara lain :

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus : Jalan Gajah Mada – Jalan K.H. Wahid Hasyim

30 194 127

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL PURWOSARI SURAKARTA (Studi Kasus Simpang Empat Jalan Hasanudin, Jalan Perintis ANALISIS SIMPANG BERSINYAL PURWOSARI SURAKARTA (Studi Kasus Simpang Empat Jalan Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Brigjen Slamet Riya

0 3 14

EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL BUGISAN YOGYAKARTA EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL BUGISAN YOGYAKARTA ( Studi Kasus : Jalan Bugisan – Jalan Sugeng Jeroni – Jalan Madumurti).

0 5 18

ANALISIS SIMPANG EMPAT BERSINYAL JALAN YOS SUDARSO – JALAN PAHLAWAN KABUPATEN MANOKWARI ANALISIS SIMPANG EMPAT BERSINYAL JALAN YOS SUDARSO – JALAN PAHLAWAN KABUPATEN MANOKWARI – PAPUA BARAT.

0 3 19

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL Jalan Ahmad Yani Kartasuro, Surakarta ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL Jalan Ahmad Yani Kartasuro, Surakarta.

0 3 22

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL FRONTAGE ROAD JALAN AHMAD YANI SURABAYA.

0 0 106

Kinerja Simpang Bersinyal dan Tak Bersinyal (Studi Kasus Simpang Bersinyal Gendengan dan Simpang Tak Bersinyal Jalan Dokter Moewardi – Jalan Kalitan, Surakarta).

0 0 5

Evaluasi Kinerja Simpang Tak Bersinyal Simpang Tiga Jalan Diponegoro - Jalan Bima Kabupaten Klaten.

0 1 4

Kinerja Simpang Bersinyal dan Tak Bersinyal (Studi Kasus Simpang Bersinyal Gendengan dan Simpang Tak Bersinyal Jalan Dokter Moewardi – Jalan Kalitan, Surakarta)

1 10 8

KATA PENGANTAR - EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL FRONTAGE ROAD JALAN AHMAD YANI SURABAYA

0 0 16