Faktor-faktor Penyesuaian F Arus Jenuh

23

2.11 Rasio Arus FR

Rasio arus FR merupakan perbandingan antara arus lalu lintas dan arus jenuh nyata S pada setiap pendekat yang ditinjau. Departemen P.U.,1997. Rasio arus dapat dihitung menggunakan rumus: FR = QS 2.9 Dimana: Q = Arus lalu lintas smpjam S = Arus jenuh nyata smpjam hijau Nilai kritis FR crit maksimum dari rasio arus simpang diperoleh dari penjumlahan rasio arus kritis dari masing-masing pendekat simpang. Dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: IFR = ∑ FR crit 2.10 Dari kedua nilai di atas maka diperoleh rasio fase Fase Ratio PR untuk tipe fase yaitu: PR = FR crit IFR 2.11 Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain: a. Jika nilai FRcrit 0.8 ini menunjukkan pada pendekat tersebut telah terjadi kemacetan dan simpang dalam kondisi jenuh. b. Jika nilai IFR mendekati atau lebih dari 1 maka simpang sudah dalam keadaan lewat jenuh dan akan dihasilkan waktu siklus yang tinggi sehingga tundaan rata-rata simpang meningkat. 2.12 Waktu Siklus dan Waktu Hijau 2.12.1 Waktu Siklus Sebelum Penyesuaian c ua Waktu siklus adalah waktu untuk urutan lengkap dan indikasi sinyal Departemen P.U.,1997. Waktu siklus sebelum penyesuaian Cua untuk pengendalian waktu tetap dapat dihitung menggunakan rumus: c ua = 1,5 x LTI+51-IFR 2.12 Dimana: Cua = Panjang siklus sebelum penyesuaian detik LTI = Jumlah waktu yang hilang setiap siklus detik FR = Arus dibagi dengan arus jenuh QS 24 FR crit = Nilai FR tertinggi dari semua pendekat yang berangkat pada suatu fase sinyal IFR = ∑ FR crit = Rasio arus simpang = Jumlah FR crit dari seluruh fase pada siklus tersebut. Waktu siklus yang didapat kemudian disesuaikan dengan waktu siklus yang direkomendasikan seperti Tabel 2.6. Tabel 2.6 Pengaturan waktu siklus Tipe Pengaturan Waktu Siklus yang Layak detik 2 Fase 40-80 3 Fase 50-100 4 Fase 80-130 Sumber : Departemen P.U. 1997 Jika waktu siklus lebih rendah dari waktu yang disarankan, akan menyebabkan kesulitan bagi para pejalan kaki untuk menyebrang jalan. Siklus yang melebihi 130 detik harus dihindari kecuali pada kasus sangat khusus simpang sangat besar. Karena hal itu sering kali menyebabkan kerugian dalam kapasitas keseluruhan. Jika perhitungan menghasilkan waktu siklus yang jauh lebih tinggi dari batas yang disarankan, maka hal ini menandakan bahwa kapasitas dari denah simpang tersebut adalah tidak mencukupi.

2.12.2 Waktu Hijau g

Waktu hijau adalah waktu nyala hijau dalam suatu pendekat Alamsyah,2005. Perhitungan waktu hijau untuk setiap fase dapat dihitung dengan rumus: g i = c ua -LTI x PRi ≥ 10 detik 2.13 Dimana: g i = Tampilan waktu hijau pada fase i detik c ua = Waktu siklus detik LTI = Waktu hilang total persiklus detik PRi = Rasio Fase FR crit ∑ FR crit Syarat untuk waktu hijau minimal adalah 10 detik, apabila lebih kecil dari 10 detik dapat mengakibatkan pelanggaran lampu lalu lintas yang berlebihan dan 25 kesulitan bagi pejalan kaki untuk menyebrang jalan, dan bila disesuaikan harus dimasukkan dalam waktu siklus.

2.12.3 Waktu Siklus yang Disesuaikan c

Waktu siklus yang disesuaikan c dihitung pada waktu hijau yang diperoleh dan telah dibulatkan dengan waktu hilang. Dinyatakan dengan rumus sebagai berikut Departemen P.U.,1997: c = ∑ g + LTI 2.14 Dimana: c = Waktu siklus yang telah disesuaikan detik ∑ g = Jumlah waktu hijau pada setiap fase detik LTI = Waktu hilang total detik

2.13 Kinerja Persimpangan

Unsur terpenting didalam pengevaluasian kinerja persimpangan bersinyal adalah lampu lalu lintas, kapasitas dan tingkat pelayanan. Sehingga untuk menjaga agar kinerja persimpangan dapat berjalan dengan baik kapasitas dan tingkat pelayanan perlu dipertimbangkan dalam mengevaluasi operasi daripada persimpangan dengan lampu lalu lintas. Ukuran dari kinerja persimpangan dapat ditentukan berdasarkan panjang antrian, jumlah kendaraan terhenti dan tundaan, syarat dari perhitungan kinerja simpang adalah: Tundaan ≤ 40 detiksmp, Tingkat pelayanan ≤ D TRB., 1994. Ukuran kualitas dari kinerja persimpangan adalah dengan menggunakan variable sebagai berikut Departemen P.U., 1997:

2.13.1 Kapasitas Persimpangan C

Kapasitas adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat dipertahankan. Kapasitas simpang dinyatakan dengan rumus: C = S x gc 2.15 Dimana: C= Kapasitas smpjam S = Arus jenuh smpjam hijau

Dokumen yang terkait

Analisis Kinerja Simpang Bersinyal (Studi Kasus : Jalan Gajah Mada – Jalan K.H. Wahid Hasyim

30 194 127

ANALISIS SIMPANG BERSINYAL PURWOSARI SURAKARTA (Studi Kasus Simpang Empat Jalan Hasanudin, Jalan Perintis ANALISIS SIMPANG BERSINYAL PURWOSARI SURAKARTA (Studi Kasus Simpang Empat Jalan Hasanudin, Jalan Perintis Kemerdekaan, dan Jalan Brigjen Slamet Riya

0 3 14

EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL BUGISAN YOGYAKARTA EVALUASI KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL BUGISAN YOGYAKARTA ( Studi Kasus : Jalan Bugisan – Jalan Sugeng Jeroni – Jalan Madumurti).

0 5 18

ANALISIS SIMPANG EMPAT BERSINYAL JALAN YOS SUDARSO – JALAN PAHLAWAN KABUPATEN MANOKWARI ANALISIS SIMPANG EMPAT BERSINYAL JALAN YOS SUDARSO – JALAN PAHLAWAN KABUPATEN MANOKWARI – PAPUA BARAT.

0 3 19

ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL Jalan Ahmad Yani Kartasuro, Surakarta ANALISIS KINERJA SIMPANG EMPAT BERSINYAL Jalan Ahmad Yani Kartasuro, Surakarta.

0 3 22

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL FRONTAGE ROAD JALAN AHMAD YANI SURABAYA.

0 0 106

Kinerja Simpang Bersinyal dan Tak Bersinyal (Studi Kasus Simpang Bersinyal Gendengan dan Simpang Tak Bersinyal Jalan Dokter Moewardi – Jalan Kalitan, Surakarta).

0 0 5

Evaluasi Kinerja Simpang Tak Bersinyal Simpang Tiga Jalan Diponegoro - Jalan Bima Kabupaten Klaten.

0 1 4

Kinerja Simpang Bersinyal dan Tak Bersinyal (Studi Kasus Simpang Bersinyal Gendengan dan Simpang Tak Bersinyal Jalan Dokter Moewardi – Jalan Kalitan, Surakarta)

1 10 8

KATA PENGANTAR - EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL FRONTAGE ROAD JALAN AHMAD YANI SURABAYA

0 0 16