Gerakan Rheng Pesan-Pesan Komunikasi Islam yang Terkandung dalam Gerakan-

b. Gerakan Rheng

1 Objek Penelitian dan Makna Denotasi Dalam gambar di bawah ini para penari membentuk lingkaran, memetik jari dalam posisi tangan diangkat ke depan. Gambar 4.3.Hasil Analisis Gerakan Rheng Sumber: Analisis penulis pespektif semiotika Roland Barthes, video Seudati Aceh dari Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe serta direkomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh, tahun 2013. Makna denotasinya dalam gambar tersebut adalah para penari berbentuk lingkaran, memutar sambil menjentikan jari dalam posisi kedua tangan diangkat ke depan dan arah gerakan tangan saat memetik jari adalah setengah lingkaran. 2 Makna Konotasi dan Mitos Gambar di atas memiliki konotasi yaitu delapan penari memutar sambil menjentikan jari, tampak membentuk lingkaran. Dalam posisi tersebut kedua tangan mereka diangkat ke depan dan arah gerakan tangan ketika memetik jari hanya berbentuk setengah lingkaran. Adapula mitosnya menegaskan, Bentuk lingkaran ini menyimbolkan bahwa masyarakat Aceh selalu meupakat musyawarah dalam mengambil keputusan. Dalam Islam musyawarah sebagai suatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia, bukan saja dalam kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan dalam kehidupan berumah tangga dan lain- lainnya. Musyawarah itu di pandang penting, karena musyawarah merupakan suatu alat yang mampu mempersatukan sekelompok orang, di samping sebagai suatu sarana untuk mencari pendapat yang lebih dan baik. Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah disepakati dalam memecahkan suatu masalah. Cara pengambilan keputusan bersama dibuat jika keputusan tersebut menyangkut kepentingan orang banyak atau masyarakat luas. Terdapat dua cara yang dapat ditempuh dalam pengambilan keputusan bersama, yaitu dengan musyawarah dan dengan pengambilan suara terbanyak atau yang lebih dikenal dengan istilah voting. Sebagaimana dalam Alquran yang membahas tentang musyawarah yaitu dalam surat Asy-Syura ayat 38:             Artinya: “Dan bagi orang-orang yang menerima mematuhi seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka diputuskan dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” 116 Ayat di atas menjelaskan bahwa apapun masalah dalam kehidupan manusia, maka harus diselesaikan dengan musyawarah. Seperti pada masa Rasulullah juga melakukan musyawarah dalam mengambil suatu keputusan. Pada waktu itu kaum muslimin mendapatkan kemenangan dalam perang Badar, banyak orang-orang musyrikin yang menjadi tawanan perang. Untuk menyelesaikan masalah itu Rasulullah Saw mengadakan musyawarah dengan Abu Bakar Shiddik dan Umar Bin Khattab. Begitu juga, dengan rakyat Aceh ketika para penjajah ingin menguasai daerah mereka dan menyebarkan ilmu-ilmu yang dianggap melang gar syari„at Allah, rakyat Aceh tidak tinggal diam mereka bersatu dan bermusyawarah. Memusyawarahkan taktik apa yang harus dilakukan ketika para 116 Q.S. Asy-Syura42: 38 penjajah menyerang bangsa Aceh. Namun, tekat yang kuat dan keberanian yang membara masyarakat Aceh terus berjuang melawan para penjajah atau disebut juga oleh orang Aceh yaitu jihad fisabilillah. Bukan hanya itu saja, masyarakat Aceh juga bermusyawarah dalam segala hal apapun temasuk mengenai agama Islam yaitu bagaimana caranya menyebarkan agama Islam kepada masyarakat hingga sampai ke seluruh dunia.

c. Gerakan Dhoet