penjajah menyerang bangsa Aceh. Namun, tekat yang kuat dan keberanian yang membara masyarakat Aceh terus berjuang melawan para penjajah atau disebut
juga oleh orang Aceh yaitu jihad fisabilillah. Bukan hanya itu saja, masyarakat Aceh juga bermusyawarah dalam segala hal apapun temasuk mengenai agama
Islam yaitu bagaimana caranya menyebarkan agama Islam kepada masyarakat hingga sampai ke seluruh dunia.
c. Gerakan Dhoet
1 Objek Penelitian dan Makna Denotasi
Gerakan dhoet ini lebih memainkan bahu. Sebagai tanda bahwa tari Seudati ini dahulu adalah tari perang melawan kafir.
Gambar 4.4.Hasil Analisis Gerakan Dhoet
Sumber: Analisis penulis pespektif semiotika Roland Barthes, video Seudati Aceh dari Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe serta
direkomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh, tahun 2013.
Makna denotasi dalam gerakan dhoet ini sangat berperan gerakan bahu, sambil dikepakan tangan dan petik jari mengikuti irama lagu yang dinyanyikan.
2 Makna Konotasi dan Mitos
Makna konotasi dalam gerakan ini adalah mengambarkan semua penari menggerakkan bahunya, sambil mengepakkan tangan serta petik jari mengikuti
lantunan syair yang dinyanyikan aneuk syahi penyanyi. Sedangkan mitosnya gerakan dhoet atau kepakan sayap ini merupakan sebuah ilustrasi yang
mengambarkan keindahan dalam sebuah tarian. Pesan komunikasi Islam yang bisa ditangkap pada gerakan ini adalah memberi isyarat bahwa Seudati dulu dikenal
dengan tari perang, jadi dalam gambar di atas menyerukan memperluas wilayah dalam melakukan taktik untuk melawan penjajah Belanda. Selain itu, gerakan
kepakan sayap merupakan suatu gambaran alam semesta dan makhluk yang ada di dalamnya.
Dulu di Aceh adanya kerajaan yang dimaksud adalah kerajaan Islam yang didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah. Dengan usahanya yang gigih, Sultan
telah mempersatukan kekuatan, sebuah kerajaan di kawasan Aceh Barat.Setelah berhasil mempersatukan kekuatan, Sultan melanjutkan usahanya.Usaha tersebut
berhasil dengan ditaklukkannya Pidie dan Pasai serta Aru Maluku. Setelah kerajaan-kerajaan tersebut berhasil ditaklukkan, berdirilah sebuah kerajaan yang
merdeka dan berdaulat bernama Aceh Darussalam. Dalam perjalanannya, kerajaan Aceh Darussalam mengalami banyak
peristiwa. Dari mulai peristiwa menyenangkan, seperti masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, sampai peristiwa-peristiwa tragis yang dialami sultan-sultan Aceh
karena terjadi krisis politik yang serius hingga menyebabkan terbunuhnya 5 sultan yang berkuasa saat itu. Adapun Sultan Ali Mughayat Syah tidak lama memerintah
pada kerajaan Aceh. Namun, beliau berhasil membebaskan seluruh bumi Aceh dari cengkraman penjajahan Portugis.Selain itu, untuk melawan misionaris
penyebaran agama Kristen Portugis, Sultan meniupkan semangat jihad yang membara disanubari rakyat Aceh dengan memperkokoh pendidikan Islam
diseluruh wilayah pemerintahannya. Usaha sultan dalam memperluas Kerajaan Aceh dan memerangi penjajah atas nama Islam, diteruskan oleh beberapa sultan
berikutnya.Maka karena itulah, gerakan kepakan sayap dalam Seudati Aceh yang disebut sebagai memperluas wilayah untuk mempersatukan kekuatan dalam
melawan penjajah kafir serta para sultan Aceh juga dapat menyebarkan agama Islam ke wilayah-wilayah yang telah berhasil ditaklukkannya.
d. Gerakan Kusyeit