pakaian. Dari pakaianlah menjadi sebuah pembentuk karakter dan pemberi identitas budaya dalam tarian yang bersangkutan.
Sementara itu jika kita lihat sekilas busana dalam tari seudati ada kemiripan dengan pakaian yang dikenakan oleh para penari saman. Diantaranya
ialah kaos lengan panjang sebagai pakaian atas, celana panjang sebagai bawahan, kain songket yang dikenakan untuk menutupi pinggang hingga paha di sela kain
songket ini biasanya rencong dan sapu tangan diselipkan.
a. Bagian Kepala
1 Objek Penelitian dan Makna Denotasi
Pada gambar di bawah merupakan tangkulok Aceh yang menjadi ciri khas Aceh.
Gambar 4.9. Tangkulok Aceh
Sumber: Analisis penulis pespektif semiotika Roland Barthes, video Seudati Aceh dari Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe serta
direkomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh, tahun 2013.
Makna denotasi pada gambar di atas adalah tampak seorang penari Seudati menggunakan tangkulok merupakan hiasan kepala berwarna merah yang terbuat
dari kain songket. Tampak seperti bentuk ekor burung balam yang tegak namun indah.
2 Makna Konotasi dan Mitos
Makna konotasinya adalah para penari menggunakan hiasan di bagian kepala, yang mana itu menjadi ciri khas budaya Aceh. Hiasan kepala itu disebut
dengan tangkulok Aceh terbuat dari kain songket. Terlihat pada gambar tersebut seperti bentuk ekor burung balam yang tegak namun begitu indah. Mitosnya
menegaskan bahwa tangkulok merupakan suatu hiasan kepala yang digunakan oleh para penari Seudati Aceh, dan tangkulok ini juga menjadi ciri khas bagi
Nanggroe Aceh Darussalam. Ada juga tangkulokkhas Aceh lainnya yaitu tangkulok palet. Tangkulok palet ini berbahan kain segitiga yang dilipat-lipat
hingga berbentuk seperti topi sehingga tidak dijahit, sedangkan tangkulok yang dipakai oleh para penari Seudati sekarang ini, umumnya sudah dijahit. Ditengah
tangkulok juga biasa dipakaikan karton agar ia dapat berdiri tegak seperti berbentuk lidah.
Adapun bentuk hiasan kepala itu terinspirasi dari bentuk ekor burung balam yang tegak namun indah. Bentuk yang demikian itu sangat tepat untuk
menggambarkan figur laki-laki yang tegas dan bijaksana. Dahulu, tangkulok dijahit dengan tangan tanpa pola. Untuk menyambung bagian ujungnya biasanya
cukup dengan jahitan tangan. Hal ini menunjukkan keistimewaan tangkulok yang dibuat tanpa teknik gunting sambung. Layaknya pertunjukkan Seudati yang
bersifat pemersatu.
b. Pakaian Seudati Bajee Seudati