Gerakan Tepuk Dada dan Geudham Kaki

bukit Safa ke bukit Marwah dihitung satu kali dan juga dari bukit Marwah ke bukit Safa dihitung satu kali. Sai adalah suatu rukun haji yang dilakukan oleh umat muslim ketika melakukan ibadah haji. Dalam ibadah sai antara Shafa dan Marwah mengandung pengertian memohon pertolongan kepada Allah dalam menghadapi kesulitan, dan memohon ampunan dari seluruh perbuatan dosa. Karena, pada tempat itu Allah telah menghilangkan kesusahan yang menimpa Hajar dan anaknya yang bernama Ismail. Sebab, orang pertama yang melakukan sai antara dua bukit tersebut ialah ibu Nabi Ismail. Waktu itu, Siti Hajar kebingungan karena anaknya, Nabi Ismail menangis kehausan. Ia mencari air ke sana ke mari untuk minum anaknya. Kesudahannya, Allah memancarkan sebuah mata air untuk mereka berdua. Mata air tersebut kemudian diberi nama zam-zam. Hampir saja rasa haus itu akan menghabisi riwayat mereka berdua.

e. Gerakan Tepuk Dada dan Geudham Kaki

1 Objek Penelitian dan Makna Denotasi Dalam gerakan tepuk dada dan geudham kaki ini ialah mengenai semangat perjuangan rakyat Aceh melawan penjajahan. Gambar 4.6.Hasil Analisis Gerakan Tepuk Dada dan Geudham Kaki Sumber: Analisis penulis pespektif semiotika Roland Barthes, video Seudati Aceh dari Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe serta direkomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh, tahun 2013. Makna denotasi dalam gambar tersebut terlihat para penari menepuk dada dan menghentakan kaki. 2 Makna Konotasi dan Mitos Makna konotasi dalam gambar tersebut terlihat para penari menepuk dada dan menghentakan kaki. Gerakan ini dapat menimbulkan irama tersendiri dalam membawakan tarian Seudati. Yang mana gerakan tersebut sebagai simbol semangat perjuangan dan pantang menyerah. Selain itu, gerakan tersebut ingin menampilkan sisi heroik dan kecepatan para pemainnya. Mitosnya dalam gerakan ini ialah semangat merupakan perwujudan dari sikap rela berkorban dan pantang menyerah. Yang menandakan orang Aceh identik sangat kuat dan perkasa, mereka tidak takut terhadap apapun dalam situasi genting pada masa era kolonial Belanda, mereka berani maju dalam medan perang, mereka berani melawan orang yang melanggar syariat Islam dan mereka berani juga dalam menuntaskan segala perkara yang ada di Aceh, sebagaimana yang telah pernah dicontohkan oleh Rasulullah dalam menyiarkan dan menegakkan agama Islam. Gerakan pada gambar diatas tidak hanya memberi isyarat orang Aceh kuat dan berani akan tetapi juga menandakan gerakan itu bagian dari suara musik Seudati yang dimainkan sebab Seudati itu sendiri tidak menggunakan alat musik tetapi musik tubuh. Pada awalnya masuk Islam ke Aceh, maka datang kolonialisme barat yang bertujuan selain menguasai Aceh dan juga ingin menyebarkan agama kristen ke wilayah Aceh. Namun, dengan keberanian orang Aceh dan keyakinannya yang besar pada agama Islam, dengan semangat yang bergebu-gebu Aceh melawan Belanda dan portugis. Makanya di saat itu, Aceh merupakan wilayah yang tidak pernah bisa dijajah oleh penjajah. Karena keberanian itulah Aceh disebut dengan “Aceh Pungo” Aceh gila. Aceh dan Islam ibarat sekeping mata uang yang tidak dapat dipisahkan atau seperti ikan yang tidak mampu hidup tanpa air. Ini karena segenap aspek kehidupan masyarakat Aceh telah diwarnai oleh Islam. Adat dan budaya Aceh terbungkus indah dalam bingkai Islam. Nafas orang Aceh adalah nafas Islam.

f. Gerakan Keutip Jaroe