Hitam adalah warna tegas, solid, dan kuat. Sesuai dengan tarian Seudati pula yang selalu membangkitkan semangat pemuda Aceh untuk bangkit
menegakkan ajaran Islam dan bangkit melawan penjajahan. Begitu pula dengan warna kuning mengandung arti memberi kesan kegembiraan, terang, cerah,
bersinar, dan ketegasan. Serta putih mencerminkan kesan yang bersih, yang mana untuk menguatkan identitas Islam dan juga mengkomunikasikan kepada khalayak
ramai bahwa pakaian yang mereka gunakan menggambarkan sifat heroik atau pejuang yang gagah berani.
c. Songket
1 Objek Penelitian dan Makna Denotasi
Pada gambar di bawah merupakan kain songket yang menjadi asesoris tari Aceh termasuk tari Seudati Aceh, yang menjadi sebagai identitas seorang laki-
laki.
Gambar 4.11. Songket
Sumber: Analisis penulis pespektif semiotika Roland Barthes, video Seudati Aceh dari Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe serta
direkomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh, tahun 2013.
Makna denotasi pada gambar di atas adalah seorang penari menggunakan kain songket berwarna merah yang berbentuk seperti sarung, yang digunakan
untuk asesoris tari Seudati Aceh.
2 Makna Konotasi dan Mitos
Makna konotasinya adalah para penari menggunakan kain songket berwarna merah sebagai asesoris pada tarian Seudati Aceh yang dipakai seperti
layaknya sarung tetapi tidak sampai menutupi tumit kaki hanya digunakan sampai di atas lutut. Dan juga kain songket ini sebagai identitas tertentu yaitu bagian dari
identitas laki-laki. Mitosnya adalah songket yang menyimbolkan sebagai identitas tertentu. Seperti layaknya selendang yang merupakan bagian dari identitas
perempuan, maka songket layaknya sarung merupakan bagian dari identitas laki- laki. Kain songket yang digunakan oleh para penari Aceh ini juga mempunyai
fungsi sebagai untuk menyangkutkan rencong. Penggunaan warna merah dalam kain songket Seudati ini sebagai simbol kesan keberanian dan perjuangan. Warna
ini sangat sesuai untuk para laki-laki Aceh yang berani dalam memperjuangkan Agama Allah di tanah airnya.
d. Rencong
1 Objek Penelitian dan Makna Denotasi
Rencong merupakan senjata tajam yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. Sekarang ini digunakan dalam kesenian Aceh.
Gambar 4.12. Rencong
Sumber: diambil dari buku Seudati Aceh yang didapat dari balai pelestarian nilai kebudayaan banda aceh tahun 2014.
Makna denotasinya pada gambar di atas adalah senjata tajam yang disebut dengan rencong, merupakan ciri khas Aceh dan juga sebagai bagian dari identitas
laki-laki.
2 Makna Konotasi dan Mitos
Makna konotasi yang terlihat pada gambar di atas adalah sebuah rencong yang merupakan senjata tajam tradisional. Senjata tersebut merupakan ciri khas
bagi Aceh dan juga sebagai dari bagian identitas laki-laki. Rencong ini digunakan oleh para penari Seudati Aceh dan diselipkan di depan bagian pinggang. Mitosnya
menegaskan dalam gambar ini ialah rencong sebuah senjata tajam tradisional khas Aceh untuk mengkomunikasikan maksud tertentu, diantaranya sebagai bagian dari
identitas laki-laki yang digunakan oleh para kaum Adam tersebut untuk melawan penjajah. Yang mana senjata ini merupakan perkembangan dari pisau yang
semula digunakan sebagai alat potong, hingga masyarakat mengolah pisau tersebut sedemikian rupa untuk dijadikan sebagai alat peperangan. Rencong yang
dulu dan sekarang tidak ada perubahan. Bahkan, dalam bentuk rencong ini juga ada nuansa Islamnya, di mana ada rangkaian huruf Arab Ba, Sin, dan Lam yang
kemudian menyerupai bentuk kalimat Bismillah. Dalam pertunjukan Seudati, rencong diselipkan dipinggang dengan gagang
mencuat ke atas dan miring ke belakang. Meski diselip dibalik ija peundua kain bawaan dan ikat pinggang, rencong tampak menonjol. Hal ini sesuai dengan
karakter orang Aceh yang tidak pernah menyembunyikan niatnya. Rencong selalu dipasang di depan dan dapat dilihat jelas oleh orang lain, sebuah simbol bahwa
orang Aceh selalu berterus terang dan tidak suka berkhianat.
e. Kain Ikat Pinggang