Salem Syahi dan Saleum Rakan

sejumlah perilaku yang digunakan untuk penyampaian makna. 115 Berikut pesan- pesan komunikasi Islam yang terkandung dalam gerakan-gerakan NonVerbal Seudati Aceh dilihat dari perspektif semiotika Roland Barthes.

a. Salem Syahi dan Saleum Rakan

1 Objek Penelitian dan Makna Denotasi Dalam gambar Seudati Aceh ini memperlihatkan seluruh para penari memberi salam sebagai penghomatan kepada masyarakat sebelum memulai acara. Gambar 4.2.Hasil Analisis Gerakan Saleum Syahi dan Saleum Rakan Sumber: Analisis penulis pespektif semiotika Roland Barthes, video Seudati Aceh dari Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe serta direkomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh, tahun 2013. Makna denotasinya dalam gambar tersebut adalah semua penari Seudati terlihat menyusun barisan untuk memulai tarian dengan mengatup tangan ke depan dan badan agak membungkuk untuk memberi salam tandanya dimulai acara. Adapun aneuk syahi berdiri di sebelah kiri para penari. 2 Makna Konotasi dan Mitos Makna konotasi dalam gerakan tersebut ialah terlihat semua penari menyusun barisan dengan rapi bahwa akan dimulainya acara, dengan mengatup kedua tangan ke depan dan badan terlihat membungkuk sebagai tanda 115 Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa, h. 133-143 penghormatan salam kepada penonton bahwa acara akan segera dimulai. Adapun aneuk syahi penyanyi berdiri di sebelah kiri para penari dengan rapi. Sedangkan mitosnya menegaskan bahwa sudah menjadi tradisi di seluruh suku bangsa yang ada di dunia ini bahwa ketika bertemu antara satu orang dengan orang yang lainnya akan memberikan kode isyarat komunikasi sebagai bentuk ungkapan penghormatan dan kegembiraan mereka karena bisa berjumpa atau berhadapan. Kode isyarat itu sendiri bisa berupa ucapan, gerak tubuh gesture atau kombinasi dari keduanya. Kode isyarat ini juga dianggap sebagai budaya. Misalnya seperti di Jepang ketika seseorang bertemu dengan orang lain, ia akan memberikan penghormatan atau salam dengan membungkukkan badannya. Demikian juga yang terjadi di Indonesia yaitu tradisi jabat tangan yang dilakukan dengan baik. Tetapi di Indonesia kadang jabat tangan ini dilakukan dengan merangkapkan kedua tangan. Jika dilakukan oleh dua orang yang berlainan jenis kelamin, ada kalanya tangan mereka tidak bersentuhan. Letak tangan setelah jabat tangan dilakukan, pun berbeda-beda. Ada sebagian orang yang kemudian meletakkan tangan di dada, ada juga yang diletakkan di dahi, sebagai ungkapan bahwa hal tersebut tidak semata lahiriah, tapi juga dari batin.Terlihat seperti pada gambar tersebut para penari membungkukkan badannya dan mengatupkan kedua tangan kepada penonton, yang berarti sebagai kode isyarat dalam komunikasi Islam yang berarti menyampaikan salam. Ada juga pada zaman dahulu pada masa kerajaan dilakukan sebagai rasa penghormatan kepada raja atau pemimpin, begitulah yang terjadi sekarang ini. Sekian banyak negara berbeda budaya maka berbeda pula cara dari setiap negara ketika memberi penghormatan kepada orang lain.Bukan hanya manusia, bahkan binatangpun memiliki cara tersendiri untuk mengucakan salam. Misalnya Semut, ketika ia bertemu dengan temannya maka ia akan memberi salam dengan cara mereka sendiri ketika bertemu. Salam yang diperlihatkan dengan gerakan secara umum orang hanya menganggap itu sebagai rasa penghormatan. Namun Islam, salam juga diartikan sebagai doa dan harapan dari satu pihak kepada pihak yang lainnya.

b. Gerakan Rheng