Adapun mitosnya menegaskan, petik jari dalam tari Seudati disimbolkan sebagai kode isyarat memberitahukan rakyat Aceh ketika ada bahaya yang datang
dari penjajah. Dan juga bermakna sebagai suatu lambang keceriaan dan kegembiraan. Kode isyarat itu sebagai pemberitahuan kepada rakyat Aceh untuk
mengatur strategi apa yang harus dilakukan saat menghadapi bahaya dari penjajah, yang mana strategi itu juga dilakukan atas kesepakatan bersama oleh
rakyat Aceh. Seperti pada masa Teuku Umar, strategi yang dilakukan Teuku Umar untuk mendapat senjata Belanda, maka Teuku Umar menyamar sebagai
orang kepercayaan dari Belanda. Itu semua ia lakukan hanyalah semata-mata demi Aceh. Ketika itu berhasil dilakukan, maka itu menjadi suatu kegembiraan bagi
rakyat Aceh sendiri karena sudah dapat mengelabui Belanda. Tidak hanya rakyat saja yang melakukan strategi untuk melawan penjajah kafir. Namun, Rasulullah
juga pernah melakukan strategi-strategi tertentu di saat lawan menyerang, tujuannya juga untuk menyebarkan Agama Islam. Sebab itu, rakyat Aceh
mengikuti keberanian Rasulullah Saw yang pantang menyerah dalam menyebarkan Agama Allah, apalagi jika ada orang-orang yang ingin menganggu
agamanya dan berusaha untuk menyebarkan agama non Islam ke wilayah Islam, maka rakyat tidak akan mundur karena mereka terus berjihad mengikuti sesuai
syari„at Allah Swt.
Kegembiraan bagi umat muslim itu ialah ketika umat muslim sudah melakukan kebaikan maka perasaan berubah menjadi suatu kegembiraan sendiri,
karena sudah melakukan perbuatan sesuai yang Allah perintah. Begitu juga dengan petik jari ini bagi masyarakat Aceh, rakyat Aceh akan gembira bila ia
sudah dapat mengalahkan pikiran-pikiran jahat bangsa penjajah. Karena dengan mereka mengalahkan perbuatan dan pemikiran bangsa penjajah, maka mereka
juga sudah mempertahankan Agama Allah di tanah airnya dengan tidak dicampuri oleh pemikiran-pemikiran kristenisasi. Bagi rakyat Aceh mempertahankan Agama
Allah merupakan jihad atau ibadah yang sangat baik yang harus dilaksanakan. Sebab Islam bagi rakyat Aceh merupakan keyakinan dan pegangan hidup yang
mengatur norma-norma dan adat istiadat dalam kehidupan.
g. Gerakan Berjalan Selang Seling
1 Objek Penelitian dan Makna Denotasi
Gerakan selang-seling ini adalah tentang bekerjasama dan tolong- menolong.
Gambar 4.8.Hasil Analisis Gerakan Berjalan Selang Seling
Sumber: Analisis penulis pespektif semiotika Roland Barthes, video Seudati Aceh dari Dinas Perhubungan Pariwisata dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe serta
direkomendasi dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Aceh, tahun 2013.
Makna denotasinya pada gambar tersebut terlihat para penari berjalan selang seling, agak membungkukkan badannya.
2. Makna Konotasi dan Mitos
Makna konotasi pada gambar tersebut terlihat delapan penari berjalan selang seling, yang mana badannya agak sedikit dibungkukkan. Gerakan berjalan
selang seling pada gerakan Seudati ini melambangkan sikap kerja sama, tolong menolong dan untuk merajut suatu ikatan persaudaraan. Mitosnya dalam gerakan
ini menegaskan, kerjasama yang baik adalah sikap orang beriman yang saling peduli, saling mendukung, saling melancarkan, tidak jatuh menjatuhkan, tidak
rugi merugikan dan saling memfitnah. Kerjasama yang baik juga mengandung arti kerjasama dalam hal kebaikan yang sama-sama dikerjakan dengan baik untuk
mendapatkan kebaikan bersama.
Tolong-menolong memang telah menjadi sesuatu yang tidak dapat di hilangkan dalam Islam. Islam mewajibkan umatnya untuk saling menolong satu
dengan yang lain. Segala bentuk perbedaan yang mewarnai keidupan manusia merupakan suatu isyarat kepada umat manusia agar saling membantu satu sama
lain sesuai dengan ajaran Islam. Seorang manusia tidak bisa hidup dengan sempurna hanya bermodalkan dirinya sendiri. Manusia tidak akan mampu
memenuhi tanggungjawabnya sebagai pemimpin yang baik di muka bumi hanya bermodalkan dirinya sendiri. Oleh karena itu, manusia butuh berinteraksi, butuh
kerjasama dan tolong menolong terhadap sesamanya agar mampu memenuhi kebutuhannya sendiri dan memenuhi tuntutannya sebagai pemimpin di muka
bumi. Sebagaimana dalam Alquran surat Al-Maidah ayat 2, Allah Swt., berfirman:
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan
takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-
Nya.”
117
Ayat di atas, bahwa manusia tidak mungkin bisa kalau memilih hidup sendirian di muka bumi ini. Setiap individu butuh orang lain dan orang lain juga
butuh individu, agar kehidupan di dunia ini bisa berjalan dengan baik. Oleh karena itu, manusia harus bisa bekerjasama dan tolong-menolong dalam
mengerjakan kebajikan.Kaum muslimin diibaratkan satu tubuh, jika ada satu bagian yang tersakiti maka anggota tubuh lain turut merasakan rasa sakit. Ketika
kaum muslimin di belahan dunia lain terus didzhalimi dan dihinakan, maka kita pantas untuk merasa marah dan membelanya. Seperti ketika sebagian anggota
tubuh kita disakiti, maka kita masih punya kedua tangan untuk menepisnya. Kita
117
Q.S. Al-Maidah5: 2
masih memiliki segala upaya untuk melawan kedzhaliman dan membela saudara seaqidah kita. Ketika saudara yang lain dalam kesulitan, kita yang dalam kondisi
dimampukan Allah untuk menolongnya semestinya tidak berat hati untuk memberikan uluran tangan, meringankan kesusahannya. Ketika kaum muslimin
dalam kondisi kemunduran jauh dari kehidupan Islam, kita semestinya tergerak untuk turut andil dalam menyadarkan kaum muslimin untuk kembali kepada
Islam.
6. Pakaian Seudati