251 Gambar 3.38. Penilaian Hasil Belajar
Untuk menghasilkan perangkat penilaian tersebut, maka diperlukan perencanaan penilaian hasil belajar dan merancang perangkat penilaian
berbasis kelas.
a. Perencanaan Penilaian Hasil Belajar
Merencanakan penilaian hasil belajar yang baik, harus memperhatikan prinsip-prinsip evaluasi dan prosedur merencanakan seperti yang telah
dijabarkan pada unit kegiatan belajar satu. Selain itu dalam penilaian, pemahaman akan klasifikasi hasil belajar seperti yang telah diuraikan pada
komponen kegiatan belajar satu menjadi titik tolak perencanaan penilaian. Oleh karena itu jenjang tujuan pembelajaran hendaknya dipahami dengan
baik.
Perencanaan penilaian hasil belajar menurut Gronlund 1985 dalam Zaenal Arifin 1009, h. 91-102 dari beberapa langkah:
1 Menentukan Tujuan Penilaian
Dalam kegiatan penilaian, tentu guru mempunyai maksud atau tujuan tertentu. Tujuan penilaian harus dirumuskan secara jelas dan tegas serta
ditentukan sejak awal, karena dasar untuk menentukan arah mencakup ruang lingkup materi, jenismodel, dan karakter alat penilaian.
Ada empat kemungkinan tujuan penilaian, yaitu untuk memperbaiki kinerja atau proses pembelajaran formatif, untuk menentukan
keberhasilan peserta didik sumatif, untuk mengindentifikasi kesulitan belajar peserta didik dalam proses pembelajaran diagnostik, atau
Tujuam Pembelajaran SK-KD dan Indikator
Komponen penilaian dalam RPP:
KD dan Indikator Komponen penilaian
dalam silabus: SKKD
Butir-butir tes, non tes, tugas, dll
perangkat Metode dan
teknik
252 untuk menempatkan posisi peserta didik sesuai dengan kemampuannya
penempatan.
Tujuan penilaian yang dirumuskan harus sesuai dengan jenis penilaian yang akan dilakukan, seperti penilaian formatif, sumatif, diagnostik,
penempatan atau seleksi.
2 Mengidentifikasi Kompetensi dan Hasil Belajar Kompetensi adalah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai
yang direfleksikan dalam kegiatan berfikir dan bertindak. Peserta didik dianggap kompeten apabila dia memiliki pengetahuan, keterampilan,
dan sikap serta nilai untuk melakukan sesuatu setelah mengikuti proses pembelajaran. Sedangkan
hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh seseorang sesudah mengikuti
proses belajar. Jenis kompetensi dan hasil belajar sudah dirumuskan dalam standar
kompetensi, kompetensi dasar dan indikator yang terdapat didalam silabus dan RPP. Dengan kata lain, pada tahap ini harus diidentifikasi
tujuan-tujuan pembelajaran yang akan diukur dengan tes atau non tes. Untuk memudahkan kegiatan tahap ini, dapat dilakukan dengan cara
mengidentifikasi hasil belajar yang akan diuji berdasarkan pada taksonomi tujuan pembelajaran yang biasa dikenal sebagai Taxonomy
Bloom yang dikemukakan oleh Benyamin S Bloom. Hasil belajar yang dikelompokkan dalam tiga ranah yaitu ranah
kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor.
3 Menyusun Kisi-kisi Kisi-kisi adalah format pemetaan soal yang menggambarkan distribusi
item untuk berbagai topik atau pokok bahasan berdasarkan jenjang kemampuan tertentu. Kisi-kisi adalah rancangan tujuan-tujuan khusus
dan perilaku-perilaku khusus yang akan menjadi dasar penyusunan butir tes dan atau non tes. Tujuannya adalah merumuskan setepat
mungkin ruang lingkup dan tekanan tesnon tes dan bagian-bagiannya, sehingga perumusan tersebut dapat menjadi petunjuk yang efektif bagi
guru dalam menyusun butir-butir tes non tes.
Kisi-kisi atau dapat disebut tabel spesifikasi menjadi penting dalam pengembangan dan penyusunan tes non tes, karena didalamnya
terdapat sejumlah indikator sebagai acuan dalam mengembangkan instrumen. Dalam penyusunan kisi-kisi harus memenuhi persyaratan
tertentu, antara lain:
253 a Representatif yaitu harus betul-betul mewakili isi kurikulum sebagai
sampel perilaku yang akan dinilai. b Komponen-komponennya harus terurai, jelas, dan mudah dipahami.
c Soal dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan.
Dari persyaratan-persyaratan yang dikemukakan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa, dalam konteks penilaian hasil belajar, kisi-kisi disusun
berdasarkan silabus mata pelajaran atau RPP. Jadi guruevaluator harus melakukan analisis silabusRPP terlebih dahulu sebelum menyusun kisi-
kisi soal. Format kisi-kisi tidak ada yang baku, dapat berkembang sesuai dengan
kebutuhan. Pada umumnya, format kisi-kisi soal dapat dibagi menjadi dua komponen pokok, yaitu komponen identitas dan komponen pokok.
Contoh :
Gambar 3.39. Contoh Format Kisi-kisi Dalam kisi-kisi, guru harus memperhatikan domain hasil belajar yang akan
diukur, seperti yang telah dikemukakan sebelumnya domain meliputi domain kognitif, afektif, dan psikomotor.
4 Mengembangkan Draf Instrumen Menulis butir-butir instrumen
Mengembangkan draf instrumen adalah kegiatan penulisan butir tesnon tes dengan menjabarkan indikator menjadi pertanyaan-
pertanyaan atau aspek kinerja yang karakteristiknya sesuai dengan pedoman kisi-kisi. Setiap pertanyaan atau aspek kinerja harus jelas dan
terfokus serta menggunakan bahasa yang efektif.
254 Selain itu guru harus mengenal siswa agar dapat memperkirakan taraf
kesukaran, kompleksitas, serta gaya pemahaman yang paling sesuai dengan siswa.
Butir instrumen diperlukan kemampuan untuk membahasakan gagasan dalam bahasa verbal yang jelas dan mudah dipahami. Maksudnya,
penulisan soal membutuhkan bahasa yang lugas dan tidak berbelit-belit. Selanjutnya adalah kemampuan dalam teknik penulisan soal,
kemampuan dalam hal ini harus menguasai teknik penulisan butir-butir instrumen yang baik dan benar, perlu juga diketahui mengenai ciri
masing-masing jenis soal, tata cara penulisannya, kelebihan dan kekurangannya sehingga objektivitas soal dapat terjamin seperti sub
kegiatan belajar berikutnya.
5 Uji-coba dan Analisis Kegiatan uji coba dilakukan sebagai dasar untuk memperbaiki dan
memilah butir instrumen yang memadai untuk disusun menjadi sebuah tesnon tes. Secara garis besar, tujuan uji-coba adalah untuk mengetahui
butir instrument yang perlu diubah, diperbaiki, bahkan dibuang sama sekali, serta butir instrument mana yang baik untuk dipergunakan
selanjutnya.
Kegiatan uji coba dapat dilakukan dengan kesesuaian butir instrumen dengan hasil belajar yang akan diukur apakah butir instrumen telah
mengukur apa yang akan diukurvalid. Selanjutnya dapat dilakukan analisis butir instrument dari aspek bahasa, sehingga dapat
dimungkinkan kesalahan siswa dalam merespon karena faktor bahasa. Sedangkan uji coba dan analisis secara empiris membutuhkan proses
yang panjang mulai dari ahli, siswa secara perorangan, siswa secara kelompok kecil dan sekelompok siswa sesuai dengan situasi nyata di
lapangan. Diperlukan pula perangkat uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda.
6 Revisi dan Merakit Instrumen Baru Langkah selanjutnya adalah mengkonfirmasikan butir instrumen yang
valid dengan kisi-kisi. Apabila sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan, selanjutnya dirakit menjadi
sebuah perangkat tesnon tes. Sedangkan yang belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan
perbaikan.
255 Revisi soal dapat dilakukan dengan memperbaiki bahasa pada butir
instrument secara total. Untuk soal-soal yang valid dan telah mencerminkan semua pokok bahasan serta aspek kemampuan yang
hendak diukur dapat dirakit menjadi sebuah tesnon tes yang valid dan dilanjutkan dengan merakit tesnon tes hasil revisi. Selanjutnya terkait
urutanpenomoran, dalam suatu tesnon tes pada umumnya urutan dilakukan menurut tingkat kesukaran yaitu dari yang mudah sampai
yang sulit, dari yang sederhana menuju kompleks.
b. Perangkat Penilaian Berbasis Kelas