Ukuran Pohon Beringin Kemampuan Beringin dalam Mereduksi Bahan Pencemar Udara

57 Tabel 12. Kapasitas Jerapan Debu Per Tanaman Per Hari Spesies Luas tajuk m 2 Kapasitas jerapan debu per tanaman per hari g Pancang Tiang Pohon Pancang Tiang Pohon Beringin Ficus benjamina 5.93 35.76 572.26 0.12660 0.76347 12.21775 Preh Ficus ribes 0.00539 0.03254 0.52075 Sumber: Analisis data primer.

4. Pengetahuan Masyarakat Tradisional Kota Yogyakarta tentang Beringin

Kategori pengetahuan masyarakat tradisional ditunjukkan pada Tabell 13. Tabel 13. Kategori Hasil Wawancara No Narasumber ∑ menjawab ∑ pertanyaan Kategori 1 Narasumber 1 6 7 4 2 Narasumber 2 7 7 4 3 Narasumber 3 4 7 2 4 Narasumber 4 5 6 4 5 Narasumber 5 7 7 4 6 Narasumber 6 2 9 1 7 Narasumber 7 20 10 4 8 Narasumber 8 23 23 4 Sumber: Analisis data primer.

B. Pembahasan

1. Eksistensi dan Distribusi Pohon Beringin di Kota Yogyakarta

Eksistensi pohon beringin tidak lepas dari peranan sejarah masa lalu sejak zaman Kerajaan Mataram. Popularitasnya merupakan peran inisiatif masyarakat tradisional Kota Yogyakarta dalam perspektif mitologi. Pohon beringin dianggap sebagai pohon sakral dan suci serta dikenal sebagai pohon kehidupan. Sampai saat ini eksistensinya di tengah masyarakat tetap terjaga dan 58 berguna bagi lingkungan sekitar baik secara ekologi dan sosial-budaya. Dengan demikian, secara langsung masyarakat telah berpartisipasi dalam rangka implementasi pelestarian keanekaragaman hayati dan plasma nutfah. Filosofi dalam sejarah kehidupan keraton dan mitologi pohon beringin bagi masyarakat tradisional Kota Yogyakarta merupakan fondasi utama yang menjadikan pohon beringin tetap eksis sampai saat ini. Kedua fondasi tersebut merupakan manifestasi dari adanya keyakinan dalam diri masyarakat yang diperoleh dari praktik ajaran agama. Sudut pandang tersebut menjadikan ajaran agama sebagai komponen yang begitu berperan dalam ekologi. Ajaran agama dan masyarakat tradisional menjadi komponen terpenting dalam pengelolaan lingkungan. Keduanya memberikan andil dalam menghindari inefisiensi dalam rangka upaya penyelenggaraan pengelolaan lingkungan. Dalam kerangka aksi konservasi masyarakat tradisional berperan sebagai variabel intervening Gambar 23. Masyarakat tradisional mempengaruhi hubungan kuat lemahnya antara stimulasi dengan tanggapan, pengetahuan, dan perilaku oleh karena adanya sikap dan pola pikir masyarakat. Ajaran agama, keyakinan, dan sejarah pohon beringin merupakan stimulator dari sikap dan pola pikir masyarakat tradisional Kota Yogyakarta yang kemudian menghasilkan tanggapan, pengetahuan, dan perilaku. Ketiga variabel ini dapat berupa respon positif dan negatif. Hal tersebut, tergantung pada sikap dan pola pikir masyarakat yang didukung oleh pemahaman masing-masing individu. 59 Aksi konservasi masyarakat Kota Yogyakarta terhadap pohon beringin diinisiasi dari filosofi dan kedudukan pohon beringin sebagai tanaman keraton. Pohon beringin memiliki keistimewaan tersendiri dibandingkan dengan tanaman lainnya dalam tatanan filosofi tanaman keraton. Selain filosofi dan kedudukannya, pohon beringin juga berperan dalam arsitektur tata ruang wilayah Yogyakarta. Sejarah pembangunan wilayah Yogyakarta berpusat di kawasan keraton yang ditunjukkan dengan bingkai warisan budaya sumbu imaginer. Sistematik urutan sumbu imaginer dari selatan ke utara meliputi Laut Selatan, Panggung Krapyak, Alun-alun Selatan, Keraton, Alun-alun Utara Tugu Golong Gilig, Gunung Merapi Gambar 2. Pada bagian tengah kedua alun-alun tersebut ditanami pohon beringin. Hal ini menambah poin keunikan jika pohon beringin benar-benar hendak dijadikan maskot tumbuhan dari Kota Stimulasi ajaran agama, keyakinan, sejarah pohon Beringin Variabel Bebas Variabel Intervening Sikap dan Pola Pikir Masyarakat Tradisional Tanggapan Pengetahuan Perilaku Aksi Konservasi Variabel Moderator Variabel terikat Gambar 23. Variabel dalam Aksi Konservasi Pohon Beringin Modifikasi dari Zuhud. 2007: 6 60 Yogyakarta. Pohon beringin yang berada di bagian tengah Alun-alun Utara dan Alun-alun Selatan memiliki arti dan nama tersendiri. Berdasarkan hal tersebut diatas, secara garis besar peranan pohon beringin kaitannya dengan aksi konservasi di wilayah Yogyakarta dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Filosofi, kedudukan, mitologi, dan penanaman Pohon beringin dalam sejarah tata ruang wilayah Yogyakarta merupakan 4 poin penting yang selama ini menjadi tonggak dalam aksi konservasi pohon beringin bagi masyarakat tradisional Kota Yogyakarta. Dengan demikian, masyarakat tradisional berperan penting dalam aksi konservasi keanekaragaman hayati. Distribusi pohon beringin di Kota Yogyakarta merupakan implementasi dari adanya aksi konservasi masyarakat tradisional terhadap pohon beringin. a b Gambar 24. Pohon Beringin di Alun-alun Kota Yogyakarta. a. Pohon Beringin di Alun-alun Selatan. b. Pohon Beringin di Alun-alun Utara